Showing posts with label Cerpen Religi. Show all posts
Showing posts with label Cerpen Religi. Show all posts

Aku Sayang Kamu Karya Kartono Anwar

AKU SAYANG KAMU
Karya Kartono Anwar

Perjuangan seorang anak berumur sebelas tahun dalam mengarungi pahit getirnya kehidupan. Berbagai macam halangan dan rintangan telah ia lalui., rasa lelah, letih, lesu, lunglai dan bahkan  sampai harus terluka, dan berdarah-darah. Tapi mungkin kini dia telah mengalami titik jenuh dalam hidupnya. Perasaan takut itu tak terelakan lagi, jantungnya berdegup sangat kencang, napasnya tak beraturan,yang hanya bisa dia lakukan ketika ini hanya menghindar, berlari sejauh mungkin, alasannya kini dia sedang di kejar oleh pak ustad alasannya tertangkap tangan nyolong sandal di mesjid.

Dalam pelarian Andi tak fokus melihat kedepan, dia selalu menengok kebelakang. Karena itu kepalanya benjol-benjol akhir kejedot tembok dan pohon beberapa kali. Rasa takut Andi tak terelakan lagi. Karena pak ustad larinya semakin kencang, bahkan 100 kali lipat lebih kencang dari yang sebelumnya. Begitu kagetnya Andi, pak ustad yang tadi tertinggal jauh di belakangnya, kini hanya beberapa centi saja dari punggungnya.”Mungkin pak ustad pakai NOS kali ya? Larinya cepet buanget” ucap Andi dalam hatinya. Diapun menambah kecepatan larinya namun apalah daya pak ustad lebih cepat darinya. Bahkan pak ustad berhasil menginjak sandal kiri Andi dari belakang hingga putus.”kita sudah putus, jadi tak ada urusan lagi diantara kita.”  ucap Andi seraya meninggalkan sandal yang mungkin terluka hatinya alasannya  telah di tinggal tanpa alasan. “Salahku apa? Selama ini saya setia kok sama kamu.” Mungkin itu yang akan di ucapkan si sandal bilakah ia bisa berbicara.

****

Andi heran kenapa pak ustad tidak menangkapnya ketika sudah sangat akrab dengannya tapi pak ustad malah melewatinya. Ternyata eh ternyata, pak ustad di kejar anjing galak. Sewaktu mengejar Andi tadi tak sengaja kakinya tersandung rantai anjing, rantai itupun putus lalu anjing galak itupun mengejarnya. Betapa senangnya hati Andi kolam mendapat durian runtuh setelah lepas dari kejaran pa ustad. Tapi ia lengah, alasannya kelengahannya itulah kini dia mendapat bencana alam kembali, andi sibuk menunduk melihat betapa bagusnya sandal yang telah di curinya itu, belum pernah ia melihat sandal yang sebagus itu dan yang serupa dengannya, mungkin ini keluaran terbaru kali ya pikirnya. Andi merasa sangat kagum. Dia memeluk erat sandal itu, dan tak ingin melepasnya. Sepertinya rasa cinta  telah memenuhi relung kalbunya, dan kisah cinta beda alam itu hanya berlangsung beberapa detik saja. Karena hadirnya orang ke tiga. Dia yaitu selokan. Seketika Andi masuk dalam dekapan selokan itu seketika itu juga ia melepaskan pelukkan eratnya terhadap si Sandal. Sisandalpun pergi jauh dengan luka di hatinya. Andi tak dapat mengejarnya, iapun hanya bisa menyesali apa yang telah terjadi. Namun ia sadar bahwa semua itu tiada arti. Andi lalu menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya lalu berkata” mungkin bukan jodoh kali.” 

******

Aku Sayang Kamu Karya Kartono Anwar

Sementara itu usaha pak ustad belum berakhir, langkahnya belumlah terhenti. Apalagi setelah sudah sangat dengat target yang di burunya. Setelah seminggu ini dia berusaha menyelidiki siapakah buronan yang selama ini meresahkan warga itu. Pak ustad merasa terpanggil untuk memecahkan kasus ini. Karena ini  menyangkut urusan dunia dan akhirat. Karena  ketika solat di mesjid solat mereka jadi tidak khusyu, tidak fokus alasannya hatinya selalu tertuju pada sandal. Warga komplek perumahan elit ini.memang terkenal dengan gengsinya yang tinggi. Termasuk dalam urusan sandal. Tak ada satu wargapun yang tak memakai sandal bermerek. Atau sandal-sandal yang ada di warung-warung pinggir jalan yang kata mereka murahan. Hal ini  sangat menguntungkan si maling bin buronan bin penjahat itu. Karena tidak perlu lama-lama memilih atau memilah alasannya semua sandalnya bagus. Akhirnya mesjidpun lama-lama sepi pengunjung. Karena warga lebih memilih solat di rumah daripada berjamaah di mesjid dengan alasan lebih khusuk solat dirumah katanya.

Pak ustad masih mencari Andi meski dia tanpa ganjal kaki. Sandal yang di curi Andi itu yaitu sandal miliknya. Meski perih dia rasa dan sakit yang bukan main. Karena selama pengejaran tadi dia telah menginjak paku, duri dan beling. Tak terhitung berapa banyak paku, duri dan kaca yang telah ia injak, tapi yang paling sakit baginya yaitu yang di gigit anjing tadi.

Pak ustad melihat Andi yang telah menepi di pinggir selokan, seketika itu masa mudanya bangkit, energinya kembali, rasa sakit dan lelah itu tiada lagi. Namun Andi juga menyadari itu, diapun berlari kembali. Pak ustad berhasil menangkap Andi. Tapi dia kaget ada perempuan setengah baya sedang terbaring lemah sempurna di hadapan dia dan Andi ketika ini berdiri. Ya dia yaitu ibunya Andi. Yang telah setahun ini mengidap penyakit TBC. Andipun menjelaskan bahwa ibunya begini semenjak ayahnya meninggal sekitar setahun yang lalu.

“Hidup kami sudah susah pak, semenjak ayah masih adapun, apalagi semenjak dia meninggal. Sejak itu pula saya putus sekolah. Ya alasannya tak bisa bayar saya juga harus merawat ibu saya. Saya menjadi pencopet, maling ayam, ngutil di warung, hingga saya nyolong sandal di mesjid. Itu semua saya lakukan yang penting ibu saya bisa makan dan minum obat. Walaupun nyawa saya taruhannya. Saya rela melaksanakan apapun demi ibu saya. Saya sayang sama dia, saya sangat sayang ibu saya, hanya dia orang yang saya punya di dunia ini. Tapi kini saya sadar, perbuatan yang saya lakukan ini salah walaupun tujuannya benar. Sekarang semua diam-diam yang saya sembunyikan selama ini dari ibu saya sudah terbongkar, bahwa saya ini bergotong-royong penjahat. Bapak boleh tangkap saya sekarang, asal bapak berjanji bapak mau merawat ibu saya hingga sembuh.” Ucap Andi panjang lebar. Diapun menyerahkan kedua tangannya untuk di borgol.

Berlinangan air mata pak ustad ketika Andi berucap tadi. Teringat akan ibunya yang telah tiada dua tahun yang lalu. Tak sempat ia berbakti alasannya terlalu sibuk bekeja di luar kota. Dan tak tahu juga bahwa ibunya mengidap kanker hati kronis. Yang ia tahu ibunya baik-baik saja di kampung halaman. Ia jarang sekali pulang untuk  mengunjungi ibunya. Dalam setahun hanya libur hari raya idul fitri saja dia pulang kekampung halaman. Dalam pikirannya dengan  mengirim ibunya uang setiap bulan itu sudah cukup untuk  membuat ibunya senang, membuat ibunya bahagia. Tapi uang bukan segalanya, tidak semua hal di dunia ini dapat di beli dengan uang. Seperti kebahagaiaan dan rasa sepi yang di rasakan ibunya.”Ibu tidak butuh uang nak, ketika ini ibu hanya butuh kamu. Pulanglah nak, ibu sangat rindu dengan kamu, ibu sudah memasak makanan kesukaan kamu. Kita habiskan waktu walau hanya semalam.” Itu ucapan terakhir ibunya sebelum simpulan hidup menjemputnya. Dia di temukan meninggal di meja makan oleh pembantunya. “Kenapa ibu tak pernah cerita? Dedi sayang sama ibu.”  Ucapan terakhirnya di kerikil nisan ibunda tercinta.

Tersadar dari kenangan masa lalunya ustad sekaligus polisi inipun berkata
“Bapak tak akan menangkap kamu. Penjara anak di Tangerang, bukan daerah yang cocok buat anak baik menyerupai kamu, bapa besar hati sama kamu.” Seraya memegang bahu Andi. “Bapa akan menanggung semua perawatan ibu kamu, dan bapa juga yang akan membiayai sekolah kamu. Kamu harus sekolah lagi semoga kau bisa jadi orang sukses. Setelah sukses kau bisa bahagiain ibu kamu. Dan ingat pesan bapak sesibuk apapun kau jangan hingga melupakan ibu kamu, jangan pernah biarkan dia sendiri dimasa tuanya, selalu ada buat dia dan selalu bahagiain dia. Surga itu ada di bawah telapak kaki ibu.” Ujar pak ustad. Rona bahagia terpancar dari wajah Andi dan ibunya. Andipun memeluk ibunya seraya berkata “aku sayang kau ibu”

****

“Ibu selama engkau hidup saya tak pernah bisa membuatmu bahagia, apalagi membalas jasamu yang begitu besarnya padaku, tapi ibu semoga hal ini bisa membuatmu bahagia atau paling tidak memunculkan lengkung mengagumkan di bawah hidungmu, senyuman mengagumkan yang selalu kurindukan itu. Ibu saya sayang kamu.” Ucap Pak ustad sebelum kesannya ia pingsan alasannya kehilangan banyak darah.

TAMAT

Profil Penulis:
Penulis: Kartono Anwar, dari Garut Jawa Barat
Alamat FB   : Kartono Anwar Nasution
            Email: anwar_kartono@yahoo.com
                        pangerankartono@gmail.com

Aku Sayang Kamu Karya Kartono Anwar

AKU SAYANG KAMU
Karya Kartono Anwar

Perjuangan seorang anak berumur sebelas tahun dalam mengarungi pahit getirnya kehidupan. Berbagai macam halangan dan rintangan telah ia lalui., rasa lelah, letih, lesu, lunglai dan bahkan  sampai harus terluka, dan berdarah-darah. Tapi mungkin kini dia telah mengalami titik jenuh dalam hidupnya. Perasaan takut itu tak terelakan lagi, jantungnya berdegup sangat kencang, napasnya tak beraturan,yang hanya bisa dia lakukan ketika ini hanya menghindar, berlari sejauh mungkin, alasannya kini dia sedang di kejar oleh pak ustad alasannya tertangkap tangan nyolong sandal di mesjid.

Dalam pelarian Andi tak fokus melihat kedepan, dia selalu menengok kebelakang. Karena itu kepalanya benjol-benjol akhir kejedot tembok dan pohon beberapa kali. Rasa takut Andi tak terelakan lagi. Karena pak ustad larinya semakin kencang, bahkan 100 kali lipat lebih kencang dari yang sebelumnya. Begitu kagetnya Andi, pak ustad yang tadi tertinggal jauh di belakangnya, kini hanya beberapa centi saja dari punggungnya.”Mungkin pak ustad pakai NOS kali ya? Larinya cepet buanget” ucap Andi dalam hatinya. Diapun menambah kecepatan larinya namun apalah daya pak ustad lebih cepat darinya. Bahkan pak ustad berhasil menginjak sandal kiri Andi dari belakang hingga putus.”kita sudah putus, jadi tak ada urusan lagi diantara kita.”  ucap Andi seraya meninggalkan sandal yang mungkin terluka hatinya alasannya  telah di tinggal tanpa alasan. “Salahku apa? Selama ini saya setia kok sama kamu.” Mungkin itu yang akan di ucapkan si sandal bilakah ia bisa berbicara.

****

Andi heran kenapa pak ustad tidak menangkapnya ketika sudah sangat akrab dengannya tapi pak ustad malah melewatinya. Ternyata eh ternyata, pak ustad di kejar anjing galak. Sewaktu mengejar Andi tadi tak sengaja kakinya tersandung rantai anjing, rantai itupun putus lalu anjing galak itupun mengejarnya. Betapa senangnya hati Andi kolam mendapat durian runtuh setelah lepas dari kejaran pa ustad. Tapi ia lengah, alasannya kelengahannya itulah kini dia mendapat bencana alam kembali, andi sibuk menunduk melihat betapa bagusnya sandal yang telah di curinya itu, belum pernah ia melihat sandal yang sebagus itu dan yang serupa dengannya, mungkin ini keluaran terbaru kali ya pikirnya. Andi merasa sangat kagum. Dia memeluk erat sandal itu, dan tak ingin melepasnya. Sepertinya rasa cinta  telah memenuhi relung kalbunya, dan kisah cinta beda alam itu hanya berlangsung beberapa detik saja. Karena hadirnya orang ke tiga. Dia yaitu selokan. Seketika Andi masuk dalam dekapan selokan itu seketika itu juga ia melepaskan pelukkan eratnya terhadap si Sandal. Sisandalpun pergi jauh dengan luka di hatinya. Andi tak dapat mengejarnya, iapun hanya bisa menyesali apa yang telah terjadi. Namun ia sadar bahwa semua itu tiada arti. Andi lalu menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya lalu berkata” mungkin bukan jodoh kali.” 

******

Aku Sayang Kamu Karya Kartono Anwar

Sementara itu usaha pak ustad belum berakhir, langkahnya belumlah terhenti. Apalagi setelah sudah sangat dengat target yang di burunya. Setelah seminggu ini dia berusaha menyelidiki siapakah buronan yang selama ini meresahkan warga itu. Pak ustad merasa terpanggil untuk memecahkan kasus ini. Karena ini  menyangkut urusan dunia dan akhirat. Karena  ketika solat di mesjid solat mereka jadi tidak khusyu, tidak fokus alasannya hatinya selalu tertuju pada sandal. Warga komplek perumahan elit ini.memang terkenal dengan gengsinya yang tinggi. Termasuk dalam urusan sandal. Tak ada satu wargapun yang tak memakai sandal bermerek. Atau sandal-sandal yang ada di warung-warung pinggir jalan yang kata mereka murahan. Hal ini  sangat menguntungkan si maling bin buronan bin penjahat itu. Karena tidak perlu lama-lama memilih atau memilah alasannya semua sandalnya bagus. Akhirnya mesjidpun lama-lama sepi pengunjung. Karena warga lebih memilih solat di rumah daripada berjamaah di mesjid dengan alasan lebih khusuk solat dirumah katanya.

Pak ustad masih mencari Andi meski dia tanpa ganjal kaki. Sandal yang di curi Andi itu yaitu sandal miliknya. Meski perih dia rasa dan sakit yang bukan main. Karena selama pengejaran tadi dia telah menginjak paku, duri dan beling. Tak terhitung berapa banyak paku, duri dan kaca yang telah ia injak, tapi yang paling sakit baginya yaitu yang di gigit anjing tadi.

Pak ustad melihat Andi yang telah menepi di pinggir selokan, seketika itu masa mudanya bangkit, energinya kembali, rasa sakit dan lelah itu tiada lagi. Namun Andi juga menyadari itu, diapun berlari kembali. Pak ustad berhasil menangkap Andi. Tapi dia kaget ada perempuan setengah baya sedang terbaring lemah sempurna di hadapan dia dan Andi ketika ini berdiri. Ya dia yaitu ibunya Andi. Yang telah setahun ini mengidap penyakit TBC. Andipun menjelaskan bahwa ibunya begini semenjak ayahnya meninggal sekitar setahun yang lalu.

“Hidup kami sudah susah pak, semenjak ayah masih adapun, apalagi semenjak dia meninggal. Sejak itu pula saya putus sekolah. Ya alasannya tak bisa bayar saya juga harus merawat ibu saya. Saya menjadi pencopet, maling ayam, ngutil di warung, hingga saya nyolong sandal di mesjid. Itu semua saya lakukan yang penting ibu saya bisa makan dan minum obat. Walaupun nyawa saya taruhannya. Saya rela melaksanakan apapun demi ibu saya. Saya sayang sama dia, saya sangat sayang ibu saya, hanya dia orang yang saya punya di dunia ini. Tapi kini saya sadar, perbuatan yang saya lakukan ini salah walaupun tujuannya benar. Sekarang semua diam-diam yang saya sembunyikan selama ini dari ibu saya sudah terbongkar, bahwa saya ini bergotong-royong penjahat. Bapak boleh tangkap saya sekarang, asal bapak berjanji bapak mau merawat ibu saya hingga sembuh.” Ucap Andi panjang lebar. Diapun menyerahkan kedua tangannya untuk di borgol.

Berlinangan air mata pak ustad ketika Andi berucap tadi. Teringat akan ibunya yang telah tiada dua tahun yang lalu. Tak sempat ia berbakti alasannya terlalu sibuk bekeja di luar kota. Dan tak tahu juga bahwa ibunya mengidap kanker hati kronis. Yang ia tahu ibunya baik-baik saja di kampung halaman. Ia jarang sekali pulang untuk  mengunjungi ibunya. Dalam setahun hanya libur hari raya idul fitri saja dia pulang kekampung halaman. Dalam pikirannya dengan  mengirim ibunya uang setiap bulan itu sudah cukup untuk  membuat ibunya senang, membuat ibunya bahagia. Tapi uang bukan segalanya, tidak semua hal di dunia ini dapat di beli dengan uang. Seperti kebahagaiaan dan rasa sepi yang di rasakan ibunya.”Ibu tidak butuh uang nak, ketika ini ibu hanya butuh kamu. Pulanglah nak, ibu sangat rindu dengan kamu, ibu sudah memasak makanan kesukaan kamu. Kita habiskan waktu walau hanya semalam.” Itu ucapan terakhir ibunya sebelum simpulan hidup menjemputnya. Dia di temukan meninggal di meja makan oleh pembantunya. “Kenapa ibu tak pernah cerita? Dedi sayang sama ibu.”  Ucapan terakhirnya di kerikil nisan ibunda tercinta.

Tersadar dari kenangan masa lalunya ustad sekaligus polisi inipun berkata
“Bapak tak akan menangkap kamu. Penjara anak di Tangerang, bukan daerah yang cocok buat anak baik menyerupai kamu, bapa besar hati sama kamu.” Seraya memegang bahu Andi. “Bapa akan menanggung semua perawatan ibu kamu, dan bapa juga yang akan membiayai sekolah kamu. Kamu harus sekolah lagi semoga kau bisa jadi orang sukses. Setelah sukses kau bisa bahagiain ibu kamu. Dan ingat pesan bapak sesibuk apapun kau jangan hingga melupakan ibu kamu, jangan pernah biarkan dia sendiri dimasa tuanya, selalu ada buat dia dan selalu bahagiain dia. Surga itu ada di bawah telapak kaki ibu.” Ujar pak ustad. Rona bahagia terpancar dari wajah Andi dan ibunya. Andipun memeluk ibunya seraya berkata “aku sayang kau ibu”

****

“Ibu selama engkau hidup saya tak pernah bisa membuatmu bahagia, apalagi membalas jasamu yang begitu besarnya padaku, tapi ibu semoga hal ini bisa membuatmu bahagia atau paling tidak memunculkan lengkung mengagumkan di bawah hidungmu, senyuman mengagumkan yang selalu kurindukan itu. Ibu saya sayang kamu.” Ucap Pak ustad sebelum kesannya ia pingsan alasannya kehilangan banyak darah.

TAMAT

Profil Penulis:
Penulis: Kartono Anwar, dari Garut Jawa Barat
Alamat FB   : Kartono Anwar Nasution
            Email: anwar_kartono@yahoo.com
                        pangerankartono@gmail.com

Aku dan Selembar Al-Islam Oleh Ulfiatul Khomariah

AKU DAN SELEMBAR AL-ISLAM
Oleh Ulfiatul Khomariah
(Mahasiswi S1 Sastra Indonesia FIB Universitas Jember)

“Dan hendaklah di antara kau ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (TQS. Ali-Imran [03]: 104)
“Assalamu’alaikum... permisi mbak-mbak, boleh minta waktunya sebentar nggak?” tanyaku kepada segerombolan akhwat yang sedang asyik berbincang-bincang di gazebo. “Oh iya mbak, silahkan” ucap salah satu akhwat yang ada dalam gerombolan itu. Dengan segera saya eksklusif mengambil posisi daerah duduk diantara mereka. Ku rogoh tasku yang di dalamnya berisi buletin Al-Islam berjudul “Merebut Kembali Sumberdaya Alam Indonesia”. 
“Oya, sebelumnya kita kenalan dulu ya! Namaku Ulfi” ku sodorkan tanganku dan berkenalan dengan mereka satu-satu. “Aku Firda, Aku Sofi, Aku Puput, Aku Icha” mereka meraih tanganku secara bergantian. Selembar buletin Al-Islam ku berikan kepada mereka. Kemudian perbincangan ideologis pun dimulai. “Apa yang mampu kalian tangkap dari judul buletin ini?.”  Tanyaku.
“Yah kita tahu sendiri kan ya kalo sumberdaya alam di Indonesia itu memang melimpah, cuma ya mau gimana lagi meskipun melimpah tapi yang ngelola orang-orang asing” jawab Sofi dengan semangatnya menanggapi pertanyaanku. Ku perhatikan mereka satu-satu, ada yang sibuk dengan gadgetnya, ada yang sibuk dengan laptopnya, dan ada juga yang menyimak namun hanya menanggapi dengan senyuman.

Alunan gerimis begitu syahdu di telinga. Teriakan petir yang menggelegar menambah semangat dalam jiwa. Ku ulumkan senyuman hangat pada mereka yang tengah menunggu responku. “Iya mbak, apa yang samean katakan barusan ialah benar. Kita punya SDA yang melimpah. Namun sayang apalah daya semua SDA itu ada di tangan-tangan asing. Kenapa mampu begitu? Karena negeri kita tercinta ini dicengkeram oleh sistem ekonomi neoliberalisme. Kalian tau apa itu neoliberalisme?” Mereka serentak menggelengkan kepala.

“Neoliberalisme ialah wujud pembaruan dari paham ekonomi liberalisme yang telah ada sebelumnya. Dengan neoliberalisme acara ekonomi harus berjalan mengikuti prinsip-prinsip pasar bebas. Pengembangan sektor ekonomi cukup diserahkan kepada pihak swasta atau korporasi, baik nasional maupun asing. Dengan menggunakan tangan lembaga keuangan dunia, menyerupai IMF, World Bank, WTO, serta lembaga yang ada di bawahnya menyerupai ADB, kini Indonesia dibelenggu hutang menembus angka Rp 4000 triliun.” Lanjutku. Mereka memperhatikanku dan mengangguk-anggukan kepala.
“Ya ampun, sampek segitunya ya mbak efeknya. Aku aja yang jurusan ekonomi gak sampek berfikir sejauh itu. Trus kira-kira gimana nih solusinya?” Sanggah Sofi dengan muka penasaran. “Hehe.. mau tau jawabannya ya mbak? Coba dibaca dulu tuh buletinnya sampek selesai. Pasti ketemu deh jawabannya.” Sergahku. Mereka pun membaca selembar buletin Al-Islam yang bercoretkan tinta hitam dan biru. Dalam lembaran pertamanya terukir kalimat cantik yang sering kita baca ketika ingin memulai sesuatu, Basmalah. Lagi-lagi ku perhatikan mereka satu-satu. Ada yang menggaruk-garuk kepala tanda ia resah dengan maksud buletin itu. Adapula yang mengangguk-anggukkan kepala, menyiratkan ia paham dengan isinya.

Aku dan Selembar Al-Islam Oleh Ulfiatul Khomariah

Ku tengok jam yang terus berdetak di wajah Hpku. Tak terasa jam sudah menyampaikan pukul 14.00 WIB. “Oya mbak, gimana kalau kita ngaji Islam bareng-bareng? Biar kita tahu hakikat Islam yang sesungguhnya bahwa Islam itu bukan hanya sebatas ibadah ritual belaka. Tapi islam juga sebagai aturan dalam hidup (habblumminallah, habblumminnafsi, dan hablumminannas)” ucapku, memecah keheningan setelah sekian menit keempat akhwat itu sibuk membaca dan memahami isi buletin.

“Emmm, gimana ya? Kayaknya gak mampu deh mbak. Soalnya saya sudah ikut dua organisasi, ditambah lagi sama tugas-tugas kampus.” Jawab Firda. “InsyaAllah saya mampu mbak. Setelah membaca buletin ini alhasil saya mengerti, ternyata aturan dalam Islam itu sangat lengkap. Dengan ekonomi syariah pasti hidup kita jadi sejahtera dan makmur. Kayaknya saya butuh deh ngaji Islam, gak cukup nih kalau di kampus pelajaran agama cuma 2 sks doang. Kaprikornus kapan nih kita mampu ngaji bareng?” jawab Sofi, sangat antusias. “Alhamdulillah. Nanti kita atur jadwalnya ya!.” “Oke mbak. Siap!”

Rasa bahagia menggelayut dalam dada. Entah mengapa rasa damai itu selalu hadir tatkala mulut ini mengajak umat pada jalan kebaikan. “Alhamdulillah ya Allah, terimakasih atas waktu yang Engkau berikan, sehingga saya masih memiliki kesempatan untuk menebarkan mutiara-mutiara cinta-Mu.” Ucapku dalam hati. Seperti biasa, ku akhiri percakapanku dengan ucapan salam dan bersalaman.

Deru angin sepoi-sepoi memecah kesunyian. Ku langkahkan kakiku menyosori jalan di sepanjang keramaian. Dari arah timur sana terlihat ada yang sedang memperhatikanku, mengamatiku dari ujung kaki sampai ujung kepala. Entah apa yang mereka pikirkan wacana diriku yang bergamis panjang dan berkerudung lebar ini. “Mungkin mereka juga ingin berpakaian sepertiku”. Ucapku dalam hati. 

Di persimpangan jalan saya bertemu dengan seorang akhwat yang berasal dari Thailand, ia terlihat anggun dengan gamis dan kerudungnya yang lebar. Ku berikan selembar buletin Al-Islam itu kepadanya. Ia menerimanya dengan senyuman manis dan mengucapkan terimakasih dengan logat melayunya. Ia terlihat sangat terburu-buru sampai saya tak sempat berkenalan dengannya.

Hari semakin gelap. Awan hitam menari-nari di atas langit. Butiran-butiran mutiara jatuh perlahan, melintasi pohon-pohon, sampai alhasil jatuh ke tanah. Dengan sigap ku langkahkan kaki kecil ini menuju rubin daerah saya dan teman taat menopang kehidupan. Rubin Ar-Rayah namanya, diambil dari salah satu nama bendera Rasulullah saw., yang memiliki makna perjuangan. Ya, rubin usaha lebih tepatnya. Disanalah kita sama-sama berjuang dari kerasnya kehidupan. Berdakwah, kuliah, kerja, belajar, dan tak lupa mengkaji islam, begitulah acara kami setiap harinya. Dan kami saling menyayangi alasannya ialah Allah.

Profil Penulis:
Nama : Ulfiatul Khomariah
Status : Mahasiswi S1 Sastra Indonesia FIB Universitas Jember
Alamat : Jember-Besuki Situbondo
Aktivitas : Kuliah, Dakwah, Kerja, Menulis, dan Mengkaji Islam

Riwayat Pendidikan:
SD Negeri 5 Jatibanteng
SMP Negeri 1 Besuki
SMA Negeri 1 Suboh
PT Negeri Universitas Jember

Don't forget to follow my sosmed guys!
FB : Ulfiatul Khomariah
IG : ulfiatul.khomariah
Twitter : @ulfiatul05

Allah Bersama Orang Yang Sabar Karya Naufal Nurfikri Muhammad

ALLAH BERSAMA ORANG YANG SABAR 
Karya Naufal Nurfikri Muhammad
           
Ketika di pagi hari yang begitu cerah matahari menampakkan sinarnya, disaat itulah saya melangkahkan kakiku di bumi untuk mencari nafkah demi menghidupkan istri dan anakku. Pekerjaan yang kujalani hanyalah menjadi seorang tukang becak, setiap pagi saya turun dan pulang ketika fajar meredupkan sinarnya, tiadalah banyak rezky yang kudapatkan, tetapi rasa syukur atas rezky yang kudapatkan menimbulkan kenikmatan untuk ku,istri dan anakku. Saat pagi itu sang fajar mulai naik, tidak lupa saya untuk bersinggah ke masjid untuk menunaikan shalat dhuha dua rakaat yang setiap paginya kutunaikan,setiap doa kupanjatkan kepada allah swt dengan hati yang lapang dada dan sabar.

Matahari telah naik tinggi dengan sinarnya yang menembus kulitku,kulanjutkan mengayuh becak sebagai alat untukku mencari nafkah ke pasar tempatku biasa mencari penumpang, telah lama saya berkeliling dan menunggu penumpang, tapi apa daya tiada satupun masih kudapatkan penumpang. Tetap kujalani apa yang saya kerjakan walaupun tiada satupun masih saya dapatkan penumpang, usaha, usaha, usaha, tawakkal, tabah dan semangat, hanya itulah kunci perjuangan yang saya jalani. Keringatpun bercucuran membasahi badanku, hanyalah lelah yang kudapatkan,tetapi lelah tidak membuatku patah semangat mencari nafkah demi istri dan anakku. Kujadikaan pekerjaan yang saya jalani sebagai ikhtiar kepada allah juga sebagai meningkatkan keyakinan dan kesabaran, alasannya ialah saya yakin allah maha mencintai orang yang tabah dan selalu bersama orang yang sabar.

Adzan dzuhur telah berkumandang dan penumpang masih belum kudapatkan, saya tinggalkan sejenak pekerjaan untuk menunaikan shalat dzuhur.Usai saya menunaikan shalat kupanjatkan doa kepada yang maha kuasa “Ya allah yang maha pengasih, kasihilah saya dengan kasihmu yang lembut, sayangilah saya dengan sayangmu yang tulus,, engkau dzat yang maha agung, engkau dzat yang maha tinggi, engkau dzat yang maha nyata, engkau dzat yang maha tahu, engkau dzat yang maha kaya, engkau dzat yang maha kuasa dan berkendak, engkau dzat yang maha penyantun, sungguh tiadalah tempatku meminta, hanya engkaulah penolong sebaik-baiknya, berilah pemberian serta kelancaran dalam saya mencari nafkah untuk menghidupkan aku, istri dan anakku, sungguh engkaulah yang maha kaya, lancarkanlah rezky ku,mudahkanlah rezky ku, berkahilah rezky ku, jauhkanlah saya dari rezky yang haram dekatkanlah saya dengan rezky yang hallal”. Itulah doa yang selalu kupanjatkan tiada henti dengan penuh kesabaran diiringi dengan perjuangan dan kerja keras.

Allah Bersama Orang Yang Sabar  Karya Naufal Nurfikri Muhammad

Kembali saya kepada becakku untuk mencari nafkah kembali, panaspun menjadi semakin terik, tetap saya kayuh becak dengan sekuat tenaga dan semangat, keringatpun tiada henti membasahi tubuh ku,namun ihtiar doa serta perjuangan dan kerja keras dengan penuh keiklasan dan kesabaran dalam mencari nafkah mungkin ini lah doaku  di ijabah allah swt, kulihat lelaki berjas rapi di tepian jalan dengan kendaraan beroda empat mewahnnya menghentikanku, seraya berkata “maukah bapak mengantarkan kekantor,ada rapat penting yang harus dilaksanakan segera, kendaraan beroda empat saya mogok”,dengan bergegas saya mengatakan “iya”,dan bergegas mengantarkan beliau kekantornya. Ditengah perjalan banyak hal yang kami bicarakan, hingga tibalah saya mengantarkan beliau kedepan kantornya yang begitu besarnya, dan tidak ku sangka sungguh allah maha kaya dan tepatlah janjinya yang menyertai orang-orang yang sabar, beliau menunjukkan ongkos dengan nilai yang sangat besar bagiku dengan uang 200.000, saya kaget dan berkata “ini terlalu besar tuan, tidaklah seberapa dengan jasa yang saya berikan kepada tuan”, beliau hanya tersenyum dan berkata “bapak sudah membantu saya datang kekantor dengan sempurna waktu, jikalau saya tidak bertemu bapak, dan tidak datang di kantor sempurna waktu untuk rapat yang akan dilaksanakan, sungguh karir saya akan hancur, ini sebagai tanda terimakasih saya kepada bapak yang telah menyelamatkan karir saya”. Dia pun bergegas dan masuk kedalam untuk melakukan tugasnya, sungguh tiada kusangka usaha, kesabaran, ihtiar, semangat dan doa tidaklah pernah sia-sia, dan allah selalu bersama orang yang sabar.

Kupanjatkan syukur kepada allah atas rezky yang telah allah berikan, lelah, keringat, semuanya sudah terbalaskan. Sudah hampir seharian saya berkeliling mencari nafkah, hari pun semakin sore, adzan ashar berkumandang dan segera saya bergegas kemasjid untuk melakukan kewajibanku dan atas rasa syukur dari rezky yang telah allah berikan. Usai melakukan shalat bergegaslah saya untuk pulang menunjukkan rezky yang telah saya dapatkan kepada istri dan anakku.

Profil Penulis:
Nama : Naufal Nurfikri Muhammad
Umur  : 21 Tahun
Pekerjaan : Mahasiswa di jurusan analis kesehatan politeknik kementerian kesehatan negeri pontianak, kalimantan barat.