AKU DAN SELEMBAR AL-ISLAM
Oleh Ulfiatul Khomariah
(Mahasiswi S1 Sastra Indonesia FIB Universitas Jember)
“Dan hendaklah di antara kau ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (TQS. Ali-Imran [03]: 104)
“Assalamu’alaikum... permisi mbak-mbak, boleh minta waktunya sebentar nggak?” tanyaku kepada segerombolan akhwat yang sedang asyik berbincang-bincang di gazebo. “Oh iya mbak, silahkan” ucap salah satu akhwat yang ada dalam gerombolan itu. Dengan segera saya eksklusif mengambil posisi daerah duduk diantara mereka. Ku rogoh tasku yang di dalamnya berisi buletin Al-Islam berjudul “Merebut Kembali Sumberdaya Alam Indonesia”.
“Oya, sebelumnya kita kenalan dulu ya! Namaku Ulfi” ku sodorkan tanganku dan berkenalan dengan mereka satu-satu. “Aku Firda, Aku Sofi, Aku Puput, Aku Icha” mereka meraih tanganku secara bergantian. Selembar buletin Al-Islam ku berikan kepada mereka. Kemudian perbincangan ideologis pun dimulai. “Apa yang mampu kalian tangkap dari judul buletin ini?.” Tanyaku.
“Yah kita tahu sendiri kan ya kalo sumberdaya alam di Indonesia itu memang melimpah, cuma ya mau gimana lagi meskipun melimpah tapi yang ngelola orang-orang asing” jawab Sofi dengan semangatnya menanggapi pertanyaanku. Ku perhatikan mereka satu-satu, ada yang sibuk dengan gadgetnya, ada yang sibuk dengan laptopnya, dan ada juga yang menyimak namun hanya menanggapi dengan senyuman.
Alunan gerimis begitu syahdu di telinga. Teriakan petir yang menggelegar menambah semangat dalam jiwa. Ku ulumkan senyuman hangat pada mereka yang tengah menunggu responku. “Iya mbak, apa yang samean katakan barusan ialah benar. Kita punya SDA yang melimpah. Namun sayang apalah daya semua SDA itu ada di tangan-tangan asing. Kenapa mampu begitu? Karena negeri kita tercinta ini dicengkeram oleh sistem ekonomi neoliberalisme. Kalian tau apa itu neoliberalisme?” Mereka serentak menggelengkan kepala.
“Neoliberalisme ialah wujud pembaruan dari paham ekonomi liberalisme yang telah ada sebelumnya. Dengan neoliberalisme acara ekonomi harus berjalan mengikuti prinsip-prinsip pasar bebas. Pengembangan sektor ekonomi cukup diserahkan kepada pihak swasta atau korporasi, baik nasional maupun asing. Dengan menggunakan tangan lembaga keuangan dunia, menyerupai IMF, World Bank, WTO, serta lembaga yang ada di bawahnya menyerupai ADB, kini Indonesia dibelenggu hutang menembus angka Rp 4000 triliun.” Lanjutku. Mereka memperhatikanku dan mengangguk-anggukan kepala.
“Ya ampun, sampek segitunya ya mbak efeknya. Aku aja yang jurusan ekonomi gak sampek berfikir sejauh itu. Trus kira-kira gimana nih solusinya?” Sanggah Sofi dengan muka penasaran. “Hehe.. mau tau jawabannya ya mbak? Coba dibaca dulu tuh buletinnya sampek selesai. Pasti ketemu deh jawabannya.” Sergahku. Mereka pun membaca selembar buletin Al-Islam yang bercoretkan tinta hitam dan biru. Dalam lembaran pertamanya terukir kalimat cantik yang sering kita baca ketika ingin memulai sesuatu, Basmalah. Lagi-lagi ku perhatikan mereka satu-satu. Ada yang menggaruk-garuk kepala tanda ia resah dengan maksud buletin itu. Adapula yang mengangguk-anggukkan kepala, menyiratkan ia paham dengan isinya.
Aku dan Selembar Al-Islam Oleh Ulfiatul Khomariah |
Ku tengok jam yang terus berdetak di wajah Hpku. Tak terasa jam sudah menyampaikan pukul 14.00 WIB. “Oya mbak, gimana kalau kita ngaji Islam bareng-bareng? Biar kita tahu hakikat Islam yang sesungguhnya bahwa Islam itu bukan hanya sebatas ibadah ritual belaka. Tapi islam juga sebagai aturan dalam hidup (habblumminallah, habblumminnafsi, dan hablumminannas)” ucapku, memecah keheningan setelah sekian menit keempat akhwat itu sibuk membaca dan memahami isi buletin.
“Emmm, gimana ya? Kayaknya gak mampu deh mbak. Soalnya saya sudah ikut dua organisasi, ditambah lagi sama tugas-tugas kampus.” Jawab Firda. “InsyaAllah saya mampu mbak. Setelah membaca buletin ini alhasil saya mengerti, ternyata aturan dalam Islam itu sangat lengkap. Dengan ekonomi syariah pasti hidup kita jadi sejahtera dan makmur. Kayaknya saya butuh deh ngaji Islam, gak cukup nih kalau di kampus pelajaran agama cuma 2 sks doang. Kaprikornus kapan nih kita mampu ngaji bareng?” jawab Sofi, sangat antusias. “Alhamdulillah. Nanti kita atur jadwalnya ya!.” “Oke mbak. Siap!”
Rasa bahagia menggelayut dalam dada. Entah mengapa rasa damai itu selalu hadir tatkala mulut ini mengajak umat pada jalan kebaikan. “Alhamdulillah ya Allah, terimakasih atas waktu yang Engkau berikan, sehingga saya masih memiliki kesempatan untuk menebarkan mutiara-mutiara cinta-Mu.” Ucapku dalam hati. Seperti biasa, ku akhiri percakapanku dengan ucapan salam dan bersalaman.
Deru angin sepoi-sepoi memecah kesunyian. Ku langkahkan kakiku menyosori jalan di sepanjang keramaian. Dari arah timur sana terlihat ada yang sedang memperhatikanku, mengamatiku dari ujung kaki sampai ujung kepala. Entah apa yang mereka pikirkan wacana diriku yang bergamis panjang dan berkerudung lebar ini. “Mungkin mereka juga ingin berpakaian sepertiku”. Ucapku dalam hati.
Di persimpangan jalan saya bertemu dengan seorang akhwat yang berasal dari Thailand, ia terlihat anggun dengan gamis dan kerudungnya yang lebar. Ku berikan selembar buletin Al-Islam itu kepadanya. Ia menerimanya dengan senyuman manis dan mengucapkan terimakasih dengan logat melayunya. Ia terlihat sangat terburu-buru sampai saya tak sempat berkenalan dengannya.
Hari semakin gelap. Awan hitam menari-nari di atas langit. Butiran-butiran mutiara jatuh perlahan, melintasi pohon-pohon, sampai alhasil jatuh ke tanah. Dengan sigap ku langkahkan kaki kecil ini menuju rubin daerah saya dan teman taat menopang kehidupan. Rubin Ar-Rayah namanya, diambil dari salah satu nama bendera Rasulullah saw., yang memiliki makna perjuangan. Ya, rubin usaha lebih tepatnya. Disanalah kita sama-sama berjuang dari kerasnya kehidupan. Berdakwah, kuliah, kerja, belajar, dan tak lupa mengkaji islam, begitulah acara kami setiap harinya. Dan kami saling menyayangi alasannya ialah Allah.
Profil Penulis:
Nama : Ulfiatul Khomariah
Status : Mahasiswi S1 Sastra Indonesia FIB Universitas Jember
Alamat : Jember-Besuki Situbondo
Aktivitas : Kuliah, Dakwah, Kerja, Menulis, dan Mengkaji Islam
Riwayat Pendidikan:
SD Negeri 5 Jatibanteng
SMP Negeri 1 Besuki
SMA Negeri 1 Suboh
PT Negeri Universitas Jember
Don't forget to follow my sosmed guys!
FB : Ulfiatul Khomariah
IG : ulfiatul.khomariah
Twitter : @ulfiatul05