Cinta dan Sahabat Karya Rizky Aditya

CINTA DAN SAHABAT
Karya Rizky Aditya

Kenalkan namaku Aldy Firmansyah,teman-temanku biasanya memanggilku Aldy. Aku anak pertama dari 3 bersaudara, ya otomatis saya harus mampu jadi panutan adik-adikku dong.. Sekarang umurku udah 18 tahun mau ke 19, sedangkan adik-adikku masih kecil. Aku di besarkan oleh seorang ibu yang sangat tangguh, ya alasannya ayahku udah meninggal semenjak adikku yang terakhir masih dalam kandungan. Ibuku mencari nafkah seorang diri untuk membesarkan saya dan adik-adikku. Memang berat kehidupan keluargaku. Eits.. kok malah sedih-sedihan begini ... Oke eksklusif saja, saya masih bersekolah di salah satu SMA favorit di kotaku, dan semuanya berawal dari sekolah ini. Di kelas saya punya seorang sobat dekat, saking dekatnya saya dengan ia ibarat saudara sendiri, namanya Dian.

Ddddddrrrreeettt.. dddrrrreeeetttt... (bunyi sms masuk). “Dy, besok pagi kita berangkat sekolah bareng yuk.” Kata ia di sms. “iya deh, tapi bangunin saya ya, soalnya saya suka kesiangan, hehe..”. “iya, tapi kau nggak usah bawa sepeda, kita pakai sepedaku saja, gres beli nih tadi, hehe”. Kata dia. “iya..”. dan beberapa lama kemudian kita saling sms’an hingga alhasil saya ketiduran.

PAGI HARI.

Ting tong.. ting tong.. ting tong.. (bunyi bel rumahku). “pagi tante..” sapa Dian pada ibuku. “eh Dian, masuk.Aldynya masih tidur tuh, bangunin aja. Dia di kamar kok” ujar ibuku. “ iya tante, permisi.”. kreeekkk.. (pintu di buka) “emmmm.. enaknya di apain ya anak ini”, pikir Dian dalam hatinya. Tiba-tiba... bbyyuuurrrr... “aahhhhhh... dingin-dingin. Bbbrrrrrrrrr”. Kataku kaget. “hahaha.. rasain tuh, udah jam segini belum bangun, gimana sayang? Enak?” kata Dian, sambil tertawa cekikikan. “eh lu, keterlaluan banget sih..” kataku. “biarin, habisnya kau sih udah jam segini belum bangkit juga, lupa sama janjinya kemarin?”. Kata Dian yang masih ketawa. “iya nggak lupa, tapi ya jangan di guyur air juga kali Din,”. Kataku agak kesal. “ya udah, maaf. Udah buruan mandi gih, udah siang, katanya mau berangkat bareng.” Kata Dian.” Iya tunggu bentar.” Kataku masih kesal.

Tidak begitu lama saya pun sudah rapi dan siap untuk sarapan. “ Dian, ikut sarapan sekalian ya.” Ucap ibuku pada Dian. “eh nggak usah tan, udah kenyang kok.” Kata Dian menolak. “udah makan aja, kenapa? Takut gendut ya?” kataku bercanda. “yee.. nggak ya, Cuma lagi nggak pengen makan aja.” Kata Dian sambil cemberut. “ya udah, saya juga nggak makan deh.” Kataku menghibur Dian. “loh, kok malah nggak makan sih.” Kata Dian heran. “bu, saya eksklusif berangkat aja ya, udah kenyang” kataku. “loh kenapa?” tanya ibuku. “udah, nggak apa-apa kok bu, saya berangkat ya”ucapku meninggalkan ibu. “saya juga pamit tante” kata Dian sambil mencium tangan ibuku. 

DI JALAN

“Dy, maaf ya. Tadi saya udah keterlaluan sama kamu.” Katanya sambil memelas. “hallah, iya nggak apa,udah lupain aja. Lagi pula jikalau nggak ada kau pasti tadi saya udah terlambat.” Kataku menghibur dia. Lalu ia hanya tersenyum sambil berpegangan pada pinggangku. Tak terasa hampir 30 menit saya mengayuh sepeda Dian,dan alhasil kami pun hingga di depan sekolah.
“Din, udah sampai,turun gih..” kataku menyuruhnya turun, namun ia kelihatan lemas dan pucat. “Din,kamu kenapa?kok pucat?”kataku khawatir. “eh, nggak apa-apa kok dy, Cuma lagi kurang enak tubuh aja.”kata Dian. “kamu tadi kan belum makan?makan dulu ya? Habis itu saya anterin ke UKS aja,nggak usah masuk kelas.” Kataku tambah khawatir. “iya, makasih ya dy,” kata ia sambil tersenyum.

Setelah itu saya ajak ia ke kantin untuk makan, pada dikala makan pun ia kelihatan lemas banget, “kamu beneran nggak apa-apa din?” tanyaku. Dia hanya tersenyum, lalu setelah makan saya antar ia ke UKS. “dy, makasih ya. Kamu emang temen saya paling baik.” Ucap Dian sambil tersenyum padaku. “eh, iya Din, cepet sembuh ya.”. setelah itu saya eksklusif menuju ke kelas alasannya bel pun juga udah bunyi.

Seharian ini saya sibuk sekali dengan tugas-tugas dan presentasi, sampai-sampai saya nggak sempet nengok Dian di UKS. “pulang sekolah aja deh saya nyamperin Dian, sekalian ngajak ia pulang, semoga aja ia udah sembuh.” Harapku dalam hati. Bel pulang pun berbunyi, saya eksklusif bergegas menuju UKS, tapi ternyata UKS pun sudah di tutup. “maaf bu, pasien tadi yang dari kelas 11 IPA-1 itu apa sudah sembuh? Kok nggak ada?” tanyaku pada salah seorang petugas UKS disitu. “ oh, Dian maksud kamu? Dia udah di jemput ayahnya tadi pas istirahat.”katanya. “oh jikalau gitu makasih bu,” ucapku padanya.

“Pulang kok nggak ngasih kabar, terus sepedanya ini gimana, ya udah deh saya anterin ke rumahnya aja.” Kataku dalam hati. Dengan agak kawatir ku kayuh sepeda Dian dengan cepat, nggak beberapa lama saya udah hingga di depan rumahnya.

Ting tong.. ting tong.. “eh  mas Aldy, masuk mas” ujar pembantunya Dian, “iya bi, Diannya ada?” tanyaku, “oh, non Dian tadi pulang agak cepat mas di jemput ayahnya,trus balik lagi deh ayahnya.”jelas pembantunya Dian, “sekarang Diannya dimana bi?”tanyaku lagi. “non Dian lagi di kamar mas, eksklusif kesana aja.” Kata pembantunya tadi. 

Setelah itu saya eksklusif ke kamar Dian, sungguh saya tak tega melihat Dian terbaring lemas di atas ranjang. “Din, kau kenapa?” tanyaku agak sedih. “eh Aldy, saya nggak apa-apa dy, Cuma agak sakit aja kepalaku.” Dia tersenyum. “bener kau nggak apa-apa?, tadi udah di periksain ke dokter belum?”tanyaku kawatir. “udah kok, maaf ya dy tadi saya pulang duluan, ayahku udah jemput aku, terus eksklusif di anter ke dokter, maaf ya dy.” Sambil tersenyum lagi. “ohh iya nggak apa-apa, maaf juga nggak mampu jenguk kau tadi, saya sibuk banget tugasku banyak dan presentasi juga.” Kataku menjelaskan. “iya dy nggak apa-apa” tersenyum manis. “ya udah istirahat aja gih, cepet sembuh ya kelinciku” kataku sambil goda. “eh kok kelinci sih?” protesnya. “ya habisnya kau hyperactive banget sih kemarin-kemarin,kayak kelinci tuh sukanya lompat-lompat, hehe..” candaku. “kamu mampu aja deh,dasar kebo” ledeknya. “yah, kok kebo? Jelek dong aku?”mencoba cemberut. “hehe, habisnya kau itu bangunnya susah, kayak kebo tau suka molor (tidur).”ledeknya lagi. “iya juga sih, ya udah deh saya trima panggilan itu, hehe” sambil nyengir. Dan alhasil kami ngobrol berdua,sampai perut kami sakit saking lamanya ketawa. “eh udah ya, perutku sakit nih, kau buruan istirahat, malah nggak sembuh-sembuh nanti kamunya.” Ucapku sok berwibawa. “hehe, iya-iya dy, emmzz.. nanti jikalau saya udah sembuh saya mau ngajak kau ke suatu tempat, mau?” tanya Dian. “emang mau kemana?” tanyaku penasaran. “emmmzzz.. ada deh.. supaya sureprice buat kau bo.” Katanya  sambil tersenyum. “iya deh, ya udah saya pulang dulu ya, udah sore nih” kataku pamit. “iya, hati-hati ya bo.” Kata Dian sambil bersalaman denganku.

Cinta dan Sahabat  Karya Rizky Aditya

Aku pulang dengan berjalan kaki, alasannya sepeda punya Dian nggak saya pakai lagi. Di sepanjang perjalanan saya tiba-tiba teringat dengan senyuman Dian yang mungkin membuat semua orang yang melihatnya akan terpana, “ah tidak, hanya perasaanku saja, Dian yaitu sahabatku nggak mungkin saya suka sama dia.” Kataku dalam hati. Sepanjang perjalanan saya terus saja memikirkan itu hingga di rumah pun saya masih tetap memikirkan itu.

“Aldy, kau kenapa? Kok dari tadi ibu lihat kau nglamun terus.” Kata ibu yang mengagetkanku. “eh ibu, ngagetin aja, nggak apa-apa bu, Cuma lagi kepikiran sesuatu aja.”emmmzz.. emanag anak ibu ini mikirin apa sih, kok dari kau pulang sekolah hingga sekarang kau nglamun terus, mikirin apa?”tanya ibuku. “emmm itu bu, si Dian sakit tadi. Padahal kan tadi pagi ia nggak apa-apa.” Jelasku. “oh, itu.. kau kawatir sama dia?” tanya ibuku. “iya bu,”kataku. “ya sudah, besok atau lusa kita sama-sama nengok dia, siapa tau ia udah baikan.” Ucap ibuku. “iya deh bu.”. 

Saat saya akan tidur, saya teringat lagi akan senyuman Dian yang sangat menawan itu, “ya tuhan, ada apa denganku. Apa saya benar-benar suka sama dia? Semoga saja tidak tuhan.”harapku. lalu saya tertidur dengan pulas dengan senyuman Dian yang masih ada dalam pikiranku.

Keesokan harinya saya terbangun dan saya kesiangan,cepat-cepat saya bangkit lalu mandi dan nggak sempat sarapan. “bu, saya berangkat ya.” Kataku tergesa. “loh, nggak makan dulu dy?” kata ibuku. “nggak usah bu, takut telat.”kataku lagi. Memang saya niatin berangkat agak pagi alasannya saya ingin lewat rumahnya Dian, barangkali ia udah sembuh terus mampu berangkat bareng lagi. Tapi yang ku temuai hal yang berbeda, rumah Dian terlihat sepi sekali, ibarat tidak ada seorang pun. “ah mungkin Dian udah berangkat.”kataku dalam hati. Dengan semangatnya saya mengayuh sepedaku, berharap segera bertemu dengan Dian di sekolah. Tapi tak di sangka di sekolah pun ia nggak ada, dan dikala itu pun saya agak kecewa. Di sekolaha saya nggak mampu sepenuhnya konsentrasi,slalu saja teringat dengan senyuman Dian. “oke, pulang sekolah saya mau eksklusif ke rumah Dian aja, tugas-tugas di kerjain nanti aja.” Ungkapku dalam hati.

Seperti yang telah ku rencanakan sepulang sekolah saya lamgsung menuju ke rumah Dian, namun mungkin dewa berkata lain, saya tak menjumpai Dian yang ada hanya pembantunya. “sore bi, Diannya ada?” tanyaku. “oh mas Aldy, masuk dulu mas.”ajak bibi. “Diannya ada bi?” tanyaku lagi. “loh, mas Aldy belum di kasih tau sama non Dian toh?”tanya  bibi heran. “belum bi, emang ada apa sih bi?”tanyaku penasaran. “oh, bentar mas ada titipan dari non Dian.” Kata bibi lalu pergi meninggalkanku. Tak berapa lama bibi pun kembali menghampiriku sambil membawa sebuah kotak. “ini titipan dari non Dian mas, katanya di suruh ngasih ke mas jikalau mas kesini.”kata bibi sambil menyodorkan kotak tersebut. “iya bi makasih”. Tidak menunggu waktu lama eksklusif ku buka kotak itu, dan saya lihat ada jam weker dan sebuah surat.

“Hai kebo, maafin saya ya selama ini saya udah banyak ngrepotin kamu. Aku bahagia udah kenal sama kamu,bisa jadi sahabat kamu. Eh bo, ini saya kasih jam buat kamu, supaya kau bangunnya nggak telat terus, masak saya terus sih yang harus bangunin kamu, hehe.. maaf  ya bo, kita belum mampu ketemu dulu, saya sekarang lagi di Singapura mau ngobatin penyakitku, saya terserang penyakit radang selaput otak, ya do’ain aja semoga saya mampu sembuh terus mampu bercanda lagi bersama kamu. Oh iya, nanti jikalau saya sembuhkan  aku komitmen ke kau mau ngajak kau ke suatu tempat,jadi kau harus mau ya bo. Tapi seandainya saya nggak mampu sembuh nggak apa-apa, saya udah bersyukur sama dewa alasannya semasa hidupku saya udah di kenalin sama kamu, dan saya udah bahagia. Terima kasih kebo, jangan lupain saya ya bo..
Salam sayang, kelincimu
(Dian)”

Ketika baca surat itu air mataku pun jatuh dengan sendirinya, saya duka sekaligus menyesal kenapa dari dulu nggak mampu jaga Dian, “mas, yang tabah ya, semoga aja non Dian nggak kenapa-kenapa.” Kata bibi menghiburku. “iya bi, amiinn.. ya udah bi saya pulang saja, makasih ya bi.” Kataku sambil menyeka air mataku. Sepanjang perjalanan pulang saya nggak henti-hentinya memikirkan Dian.

Hari berganti hari, bulan berganti bulan, tak ada satu pun kabar darinya. Jam yang ia berikan padaku tetap setia membangunkanku di pagi hari, hingga alhasil pada suatu pagi.

Krrrriiiinnnggg... kkkrrrriiiinnnggg... krrriiiinnnggg... (bunyi jam wekerku). “ehhh,, udah pagi ternyata, hmmmmzzz... seandainya Dian yang bangunin aku, pasti lebih semangat.”kataku sambil menghayal. Tiba-tiba “mau di bangunin jam berapa sih emang?” kata seseorang yang membuyarkan hayalanku. Aku ingat bunyi itu, itu seperti.. “Dian?” kataku. “hehe, selamat pagi kebo, masih aja yah kau itu, udah ada jam masih aja bangunnya siang.”kata Dian sambil jewer kupingku. Langsung aja ku peluk dia. “eh eh, maen peluk-peluk, amis tau. Belum mandi gitu kok.”katanya sambil ketawa. “habisnya kangen sih,kamu udah sembuh kan Din?”tanyaku penuh harap. “ya alasannya itu saya kesini bo, tapi nanti ajalah, kau mandi aja dulu, terus ikut aku.”suruh Dian. “iya-iya,bentar.” Langsung saya bergegas menuju ke kamar mandi. Aku begitu bangga melihat Dian kembali, sosok wanita dan sahabat yang selama ini kunantikan kedatangannya.

Tak lama saya udah selesai dengan hati bangga eksklusif ku temui Dian. “mau kemana kita hari ini?” tanyaku penasaran.” Udah deh ikut aja, saya mau ngajak kau ke suatu daerah yang spesial buatku.”katanya. Kami berangkat menggunakan sepeda milik Dian yang dulu kami pakai dikala berangkat sekolah. “kamu yang bonceng ya bo.” Suruh Dian. “iya-iya, emang mau kemana sih?”tanyaku yang masih penasaran. “udah ikut aja, nanti jalannya saya kasih tau.”katanya.

Tak berapa lama kami hingga di sebuah area persawahan yang sangat bagus, disana ada sungai yang airnya sangat jernih. “eh, berenang yuk!” ajakku. “eh nggak ah,nggak bawa baju ganti aku.”katanya. “udah ayo!!”. Ajakku sambil menarik tangannya, lalu ia jatuh ke dalam sungai. “bbbrrrrr... hambar dy,”ujarnya kedinginan.”haha.. Cuma gini aja nggak kuat, cemen kau Din.” Ejekku. “udah ah saya mau ke gubuk itu aja”. Katanya sambil berlalu meninggalkanku. “eh tunggu Din.”teriakku. “kamu marah ya?” tanyaku pada Dian. “eh, nggak kok bo, Cuma rada pusing aja kepalaku.” Katanya. “kamu sakit lagi?”tanyaku. “hehe, udah sehat gini loh.”candanya. Namun saya tidak yakin dengan perkataan Dian. Suasana sejenak menjadi hening tanpa adanya suara, namun tiba-tiba “eh...” kata kami bersamaan. “emmm.. kau dulu.”katanya. “eh, nggak deh, ladies first.”kataku. “loh beneran kau dulu aja,”katanya lagi. “emm jadi gini Din, nggak tau kenapa semenjak kau pergi dulu setiap hari saya slalu keinget kamu, terus saya kayaknya juga takut banget buat 
Kehilangan kamu,dan nggak tau kenapa itu terjadi.”jelasku. “emmm, gitu ya bo, terus?”tanya Dian. “ya jadi kayaknya saya suka deh sama kau Din.”jawabku gemeteran. “hehe, sama jikalau gitu bo, saya juga kayaknya ada rasa sama kau bo.” Jawabnya lalu mencium pipiku. “apa itu berarti iya?”tanyaku. “iya kebo sayang.” Sambil mencium pipiku lagi.
        
Lama kami berdua di gubuk itu,kami saling berpelukan bagaikan sepasang kekasih yang lama tak bertemu. Dan entah siapa yang mulai duluan alhasil kami saling berciuman cukup lama, ciuman ini beda dari yang lain entah kenapa mungkin alasannya kami saling mencintai, dan cinta kami tulus. Sejernih air sungai yang kami buat untuk berenang tadi. “ini kali pertama saya berciuman” kata Dian. “terima kasih dy.” Lanjutnya sambil tersenyum. “iya Din, saya sayang kamu.” Kataku.

Lama kami di situ dan hari pun sudah sore, kami mampu melihat sunset dari arah kami duduk. “dy, sunsetnya rupawan ya. Aku seneng banget.” Katanya sambil meletakkan kepalanya di pundakku. “iya Din, saya juga seneng kok. Terima kasih ya Din. “kataku. Lama saya melihat sunset dengannya, namun suasana itu berkembang menjadi sunyi. “Din, udah mau malam nih, pulang yuk.”ajakku. namun Dian membisu saja. Lalu saya tengok ke arahnya. Dian sudah terkulai lemas tak berdaya. “Din, sayang bangun,, kau kenapa?” kataku gemetaran takut terjadi apa-apa padanya. Lalu saya lekas minta tolong kepada warga sekitar untuk membawa Dian pulang, namun na’as sebelum saya sempat membawanya ke rumah sakit ia telah menghembuskan nafas terakhirnya.

“Selamat tinggal Dian,terima kasih atas semua kenangan yang kau berikan padaku selama ini, saya bahagia mengenalmu, saya bahagia pernah menjadi orang yang spesial dalam hidupmu, semoga kau damai di alam sana. Selamat tinggal kelinciku.”

TAMAT

Profil Penulis:
M.rizky Artaditya jombang,jawa timur alamat facebook arshy.kenanganmasalalu.3@facebook.com

Previous
Next Post »