BANGKIT (SAAT BANGSAKU DIAMBANG BATAS)
Karya Eko Yulianto Budi.KN
Sore itu bulan januari 1998. Aku Panji mahasiswa semester dua,di universitas di Jakarta. Saat itu saya merasa ada yang aneh dengan negeri ini, saya merasa, sepertinya ekonomi di negeriku ada yang tidak beres. Sepertinya semua masyarakat bergumam, “Kalo kita ibarat ini terus ,Bakal mampus deh kita, gimana gak mampus, Mau unjuk rasa saja kita eksklusif di DORR ditempat “ selentingan-selentingan ibarat itu selalu kudengar di kampus . Mata kuliah sudah selesai, saya eksklusif pulang ke rumah, biasa anak kuliah, Rambut gondrong, celana Jeans sobek, sudah Cool banget waktu itu.
Sampai di rumah.
"Assalamualikum, Buk, pak."
“Wa’alaikumsalam, sudah pulang Ji?”
"Iya bu, Alhamdulilah. memang ada apa bu?, kok ibarat orang panik gitu?"
“Gimana gak panik, tadi dijalan tidak ada demo, atau penembakan kan?”
"Ahh..ibu ini, tadi memang ada demo bu, tapi sepertinya tidak ada korban tembak atau kerusuhan bu, antara mahasiswa dengan aparat."
“Nak, Jika nanti suatu saat, Negeri ini terbelit duduk perkara yang begitu memukul, tolong kau jangan ikut unjuk rasa ya nak.“
"Buuu… Ibu gak usah khawatirkan saya bu, bila memang ini sudah klimaksnya, apa ibu mau untuk terus-terusan dengan keadaan ibarat ini?"
“Nak biarlah pemerintah yang mengurus ini semua, Mereka lebih tau nak, cara untuk mengatasi Negara ini.”
"emm… Ibu, Ibu. 30 tahun dengan pemimpin yang sama, apa ibu gak bosan?"
“Sudahlah nak, tak usah dibahas, kau itu mahasiswa, tugasmu hanya belajar”.
Saat malam menjelang,Seperti biasa,aku menonton Tv untuk mengusir penatku, setelah, Bolak-balik ganti Chanel, Tiba-tiba ada program yang menarik dan sayang untuk dilewatkan, Acara debat dengan pakar, Sudah terperinci mau bagaimanapun mahasiswa tetap ngotot sementara Pakar yang tua, Juga menjelaskan teori-teori membosankan. Mahasiswa tetaplah Mahasiswa, Jiwa muda penuh semangat membara, sebagai biro perubahan dan juga Tunas bangsa yang akan tumbuh mekar.
Pagi menjelang, dengan mata yang masih sedikit ngantuk, saya harus berangkat ke kampus. Sesampainya di kampus, tiba-tiba eza memanggilku, ”Panjii…Panjiii.“ "ada apa sampek kayak gitu banget?" “Ada pemberitahuan dari kak anang, Ketua Himpunan Mahasiswa FE, supaya seluruh anggota berkumpul di aula Jam tujuh malam nanti.“ "Memang ada apa?" "Sudah tak usah dibahas, nanti kau akan mengerti sendiri.” Aku sedikit terheran-heran, ada apa ya?, tumben diadakan rapat hingga seluruh anggota FE di kampus ini.
Tepat pukul tujuh malam, saya segera menuju Aula FE kampusku, dari dalam Aula , Kudengar kak anang Berorasi membara dan menggebu-gebu, ”KITA ADALAH POWER NEGARA!… KITA TAK BOLEH TAKLUK OLEH NEGARA YANG ZHALIM … KAWAN KAWAN SEKALIAN!, APA KALIAN INGIN MENJADI BUDAK BODOH NEGARA? Serentak semua Berkata “ TIIDAKKK!”
Lalu ia malanjutkan Orasinya : KAWAN KAWAN SEKALIAN ! , KITA BERSAMA SELURUH MAHASISWA DI INDONESIA ,SEPAKAT DENGAN BUTIR PERJAJIAN ,ATAU SEBUAH PETISI
1.Bongkar KKN negeri ini !
2.hancurkan antek-antek yang membuat Negara ini Lemah!
3 Kestabilan dan Kesejahteraan ekonomi
4 Menjadikan Negara ,Tanpa intimidasi dan tekanan dari Aparat
5 Menjadikan Negara Manusiawi dan Bukan Negara Tangan Besi
6 Tidak Membatasi Hak ,untuk mengeluarkan Aspirasi dan Pendapatnya .
DENGAN KEENAM BUTIR PETISI ITU,KITA AKAN MELAKUKAN PERUBAHAN. UNTUK NEGARA INI! UNTUK RAKYAT KITA! KAWAN-KAWAN KITA BUTUH APA! REFORRMASII !!!! KITA BUTUH APA !, REFOORRMASIII !!! Terima kasih atas semangatnya.
Begitulah Orasi yang disampaikan oleh mas anang, setelah selesai , saya menyapa Ernest, anak akuntansi FE kampusku, yang tadi duduk disebelahku , saya sebetulnya ingin menyapanya di aula tadi ,tapi nampaknya ia begitu serius dan bersemangat ketika mendengar orasi mas anang.
"Hai nest." “Ehh..panji, Tumben loe nyapa gue?” "Tadinya gue pengen ngajak ngomong loe, tapi gak enak, soalnya gue liat loe serius banget denger orasinya kak anang." ”Heheheh …sorry brohh, Gue kebawa emosi nih tadi, Kebawa berkobar semangat gue.” "Ahh.. Loe kayak jaman penjajahan aje, pake semangat juang segala."
”Yeee.. ya semangatlah ji, Emang loe mau idup loe kayak gini gini aja, Kagak kan ?, bisa bobrok nih Negara, kalo dipegang orang-orang yang maruk kekuasaan.“
"Iya sihh, bener juga yang loe bilang nest. Terus langkah selanjutnya kita ngapain?" “Demo ji, kita harus menuntut mereka melaksanakan perubahan, nahh bentar lagi kan pemilu. Kita liat, apa pemilu ini bersih, atau cuman rekayasa politik, yang emang udah di skenario jalannya." "Demo? Ahhh gila loe nest. Emang loe gak takut ditembak aparat? Lagian loe kan perempuan."
“Untuk membuat bangsa lebih baik apa salahnya? Peluru yang menembus tubuh gue, gak akan menyurutkan semangat gue. Gue pengen ngeliat generasi setelah gue atau mungkin anak gue nanti gak ngerasain apa yang kita rasain; ditekan pemerintah, dibungkam senjata.” "Tapi nest?" “Loe mau ikut atau loe cuman jadi mahasiswa kacang, yang takut perubahan?" "Okee Gue ikut nest, Kapan?” "Setelah pemilu sekitar bulan mei.” "Okee, kita lakukan perubahan untuk negeri ini, atau untuk masa depan yang lebih baik!"
“Nah, gitu Dong, masa loe mau jadi mahasiswa kacang.” "Ahh.. loe nest bisa aja, mungkin ketika inilah waktu yang sempurna untuk perubahan dan sebuah hal besar dalam sejarah sebuah bangsa."
Setelah beberapa ketika Universitas Panca Bakti, melintas di jalan depan Gedung kampusku, mereka menggunakan setidaknya mungkin 4 hingga 5 bus Kota, dengan spanduk-spanduk yang berisi sama (tentang tuntutan ). Saat mereka lewat, mereka menyapa juang kepada mahasiswa kampusku yang ketika itu ada di depan pagar kampus. “SALAM REFORMASI KAWAN” ” SAATNYA PERUBAHAN!” Dengan semangat juang yang menggebu-gebu, ibarat para pejuang kemerdekaan yang gigih dalam bertempur melawan Militer belanda. Rasanya semua sama, kami dan mereka yang ada di kampus lain, punya visi dan misi yang sama, membuat perubahan menimbulkan Negara ini menjadi lebih baik. Setelah itu saya hendak pulang ke rumah, ibarat biasa saya pulang menggunakan bus kota, ya ibarat inilah, sesak, padet, ditemani pengamen yang menyapa sore ini. Ahh.. Jakarta, ibukota yang katanya lebih kejam daripada ibu tiri. Kota dengan sejuta warna dan realita kehidupan. Ya mungkin kayak yang ada di lyricnya ikang Fawzi, Pap Cuapap Preman-preman wuoo ..ooo.
“Bang Minyak Tanah 1000 cuman dapet segini doang bang?” Terdengar riuh di pasar, seoarang ibu sambil membawa drigen dan tampak kaget, alasannya yaitu minyak tanah yang ia beli hanya dapat ½ drigen.
“Yahh… Bu Minyak tanah sekarang tambah mahal.“
“Ya ampun bang idup udah susah, jadi makin susah aja nih bang.”
Bangkit (Saat Bangsaku Diambang Batas) Karya Eko Yulianto Budi.KN |
Iseng-iseng kuhampiri abang-abang tukang minyak tanah itu,
"Emm..bang, ibu-ibu tadi kenapa bang?"
“Biasa bang, namanya ibu-ibu bang, mahal dikit ngeluh. Padahal ya bang, kalo boleh jujur, kita juga untungnya dikit bang.”
"Wahh bang tambah susah aja bang.”
"Yahhh si abang, kan si abang ini mahasiswa bang. Katanya orang pinter noh si Dollar lagi naek bang, gara-gara die nih, apa-apanya jadi mahal.”
"Iya bang, kita juga kena krisis bang, semua Negara kena imbasnya bang, apalagi korupsi semakin parah, gak tau deh bang."
”Iya bang mudah-mudahan keajaiban dari yang diatas dateng buat nih Negara bang.”
"iyee amin bang.."
Langit merah ada apa gerangan? Akankah.. rasanya hidup semakin berat saja. Pemilu di tahun 1998. Mungkin ini yaitu penentuan dari simpulan kejenuhan kami atau kah menjadi Mimpi buruk yang berkepanjangan. Dalam perhitungan cepat, jantung kami semua terasa berdegup cepat, akankah Soeharto kembali menjadi tongkat kekuasaan negeri ini dengan tangan besinya?
Setelah hingga rumah , eksklusif ku bergegas menelpon ernest, saya berarap udah-mudahan ernest mengangkat teleponku, diseberang sana pun ada yang mengangkat akhirnya.
“Haloo ini siapa?”
"Ini gue nest panji."
“Ehh..loe ji, ada apa nih? Tumbenan malem-malem gini telpon gue.“
"Gue resah nest, gue gak habis pikir, tadi gue ketemu abang–abang tukang minyak tanah. Gilaa minyak tanah sekang mahal banget! Terus gimana nest?"
“Wdihhh sabar-sabar sob, gila loe sampai, terjun ke pasar.“
"Gila pemerintah harga minyak segitu, bank-bank banyak yang pailid, harga dollar terhadap rupiah anjlok. Gimana ini?"
“Tangal 12 mei kita akan melaksanakan perubahan, ji. Kita (gue dan loe) dan semua mahasiswa juga masyarakat udah muak didikte pemerintah. Loe udah siap kan?”
Aku melamun sejenak dan rasa kebimbangan yang muncul kembali, rasanya ingin kuurungkan niat dan tak ikut-ikut berdemo di bawah senjata dan brondongan peluru dari pegawanegeri yang beringas .
“Ji?! Loe kenapa diem? Takut!, Loe harus ikut demo ji. Loe masih inget kata-kata gue yang kemaren kan? Dan malahan dampaknya bisa loe rasain sendiri ji. Loe mau kayak gini terus atau bahkan bisa parah dari ini?“
"Ya, gue ikut nest, Kita lakukan perubahan lebih baik!"
Pemilu telah usai dan bisa ditebak yang terpilih yaitu Soeharto kembali. Orde gres akan berlanjut. Harga rupiah kembali anjlok. Mahasiswa resah. Korupsi mungkin akan lebih mengila lagi di negeri ini. Mereka yang di pelosok kawasan menjadi resah, apabila Negara ini bangkrut, otomatis Negara kami akan mengalami disintergrasi atau mungkin kawasan yang awalnya bersatu akan memisahkan diri dengan Indonesia atau dengan kata lain ketika bangsaku di ambang batas.
Sudah diduga krisis global membuat dampak yang besar untuk negeriku, harga bbm yang tidak masuk akal. Sebagian perusahaan yang menarik diri dan mengalihkan investasinya dari Negaraku ke Negara lain. Bank-bank yang ditutup alasannya yaitu mengalami krisis financial dan penembakan brutal yang dilakukan pihak keamanan dan telah menewaskan 4 mahasiswa trisakti.
Tanggal 14 mei 1998, mahasiswa berduyun-duyun memadati Jakarta, sudirman, jembatan semanggi, s.parman dll. Mereka yang berasal dari seluruh kampus bersatu dan satu bunyi menyuarakan tentag tuntutan kami yaitu reformasi yang sudah harga mati. Aparat kepolisian, TNI dengan perlengkapan anti huru-hara berbaris dengan tameng gagah yang siap menghalau kami. Tapi saya dan Ernest tak bergeming sedikitpun dan tak akan mundur. Kami tetap saling berpegang erat berbaris dan menyanyikan yel yel. Di tengah suasana yang makin memanas di jembatan semanggi kami berorasi dan menyanyikan lagu Halo-Halo bandung di bawah terik matahari.
Haloo haloo bandung
Ibukota priyangan
Halooo haloo bandung
Kota kenang kenangan
Sudah lama beta
Tidak berjumpa denganmu
Sekarang telah menjadi lautan api!
Mari bunng rebut kembali!
Suasana setelah dzuhur semakin memanas dan mulai ada desakan emosi antara barisan mahasiswa yang mendesak dan brikade polisi, TNI yang berbaris. Suasana semakin memanas ketika beberapa Mahasiswa berteriak ke pegawanegeri “PEMBUNUH, PEMBUNUH, PEMBUNUH!” Sebagian yang terpancing dan menghampiri mahasiswa, dan barisan aparat, yang sedikit terpecah konsentrasinya, berhasil di dobrak mahasiswa yang mendesak TNI hingga barisannya terpencar. Dengan membabibuta dan tak kalah dengan aparat, megejar pegawanegeri dan menghakiminya. Hanya beberapa jam setelah kami berhasil mendobrak dan beristirahat akhir lelah ketika kami berorasi siang tadi.
Sore menjelang, tiba-tiba bunyi sirine terdengar. Kami tak percaya yang kami lihat. Beberapa truk pengangkut pasukan TNI dan Polisi kendaraan beroda empat Water Cannon, panser militer. Truk truk militer menurunkan pasukan bersenjatanya. Kami merapat, tapi tak lama kemudian, pasukan bersenjata lengkap menembakkan kearah mahasiswa sehingga mahasiswa berhamburan melarikan diri ke gedung gedung di sekitar.
Dor…Dor…Dor ..Dor... Desingan peluru menghujani kami semua. Kulihat ernest terjatuh, kupapah ia dan berlindung di sebuah gedung. Semakin malam, namun penembakan terus berlangsung hingga pukul sepuluh malam.
Ditengah ketakutan ku, saya memegang erat tangan ernest dan bilang
"Nest loe dulu pernah bilang kan, kalo peluru yang mehujam diri loe itu lebih baik daripada kita hidup sengsara dibawah tekanan, iya kan? Ijinin gue yang tertembus peluru itu, nyawa loe masih sangat berarti, dari diri loe, kelak akan lahir penerus-penerus bangsa nest.”
"Ji.. loe ngomong apa ji? , Kita berjuang bareng JI.. Sampai mati ji! Sampai mati!"
Lalu kupeluk erat dia, "Enggak nest, Loe gak boleh mati loe harus hidup, Harusss!"
Setelah perdebatan panjang, kami tertidur di pojok sebuah ruangan dengan meja yang menutupi kami.
Pagi tiba, kami di bangunkan oleh sebuah bunyi yang keras, "Heh Kamu! .. Bangun!" Pria tegap berbaju Loreng, "Cepat bangun! Kalian sudah di perbolehkan pulang, situasi kondusif!"
Kami yang masih setengah sadar, memaksa diri untuk berdiri , matahari sudah menyingsing dan teriknya terasa panas di kulit .
"Ayoo Cepat", perintah pegawanegeri itu.
"I...iiyaa pak" kujawab dengan sedikit pelan .
Kupapah Ernest, kakinya terluka alasannya yaitu terjatuh ketika berlari menyelamatkan diri kemarin. Semua berbaris dan keluar dalam bentuk grup dan berjumlah 4 orang, setiap 3 menit setiap grup boleh meninggalkan gedung ini dengan tangan terangkat tanda menyerah! Begitulah perintah yang kudengar dari pengeras bunyi di luar gerbang itu.
Kami pun keluar bergantian, saya tidak pecaya dengan apa yang kulihat di depan gerbang, ratusan tentara berjaga dengan senjata lengkap, Susana kota luluh lantak, kendaraan beroda empat terbalik, gedung mall yang masih menyisakan sedikit asap akhir terbakar alasannya yaitu penjjarahan semalam, pos polisi dan semua marka jalan yang rusak di Jakarta.
Sejenak kulihat ernest yang masih terlihat lemah dan sedikit pincang, betapa tak ada gurat mengalah dalam dirinya, semangat itu terlihat. Ia perempuan ahli yang tak kusangka mempunyai semangat yang membara. Kampusku tidak jauh dari tempat kami melaksanakan agresi semalam. Setalah hingga dikampus, kami disambut oleh unit kesehatan. Ernest eksklusif dibawa ke ruang perawatan sementara saya hanya minta diberi alcohol untuk membersihkan luka di tanganku. Saat cairan itu menetes, rasa sakit dan perih kurasakan. Namun dalam hatiku bagaimana dengan ernest ?
"Nin thanks ya udah ngasih gue alkhohol"
"Iya sama-sama, lagian kan ini peran gue juga kali jadi petugas kesehatan kampus."
"Ehh ji, korban banyak yang berjatuhan ji, jujur gue kewalahan. Tapi gue juga besar hati merawat mereka, para pejuang reformasi."
"Iya nin, oh iya udah selesai kan ini?"
"Bentar bentar, baiklah ji sudah selesai gue perban luka loe."
"Oke deh nin thanks banget. Gue mau ngeliat keadaan ernest dulu."
"iya ji."
"Nest, loe gak apa-apa kan nest." Lantas beliau memegang dan mengelus pipiku.
"Gue gak apa-apa ji, gue baik baik aja kok."
"Serius loe?"
"Bentar ya ji gue pengen bangun, awwww"
"Nest loe kenapa?"
"Gak apa-apa cuman sakit sedikit aja kaki gue."
"Loe yakin? Udah ya nest, jagan maksain. Besok belum dewasa mau ngelanjutin agresi ke gedung DPR. Kalo loe gak kuat, biar gue aja yang ikut agresi itu nest.
"Gue tetep ikut ji. Gue akan ikut."
3 hari kemudian, kami long murch menuju gedung DPR dengan pengawalan ketat dan sniper dimana-mana. Hal itu tidak akan membuat kami gentar dan kecut menghadapi mereka. Karena kami punya niatan baik untuk membawa negeri ini menjadi lebih baik. Sorak sorai orasi mahasiswa menggelora, hadapi kami dan akan kami hadapi kalian. Mungkin itulah yang ada dibenakku.
Disaat itu kami tetap harus menghadapi tembok betis manusia, lagi-lagi kami di halangi. Karena mungkin kekuatan tak seimbang maka kami berhasil masuk ke dalam gedung DPR. Sebagian dari kami membentangkan spanduk dan berhaddil naik ke atap gedung DPR. Mereka dengan semangat mengibar-ngibarkan spanduk-spanduk berisi tuntutan reformasi.
Pagi, inilah detik-detik dimana Soeharto akan mengumumkan suatu hal. Kami berdebar dengan detik-detik krusial itu. Semua mahasiswa damai menantikan breaking news di layar Tv, semua terpaku akan hal itu.
Tepat pukul 10;00 WIB, Soeharto memulai konfrensi pers tanggal 21 mei 1998. Dengan ini, Soeharto mengundurkan diri dari Jabatannya. Semua mahasiswa bersorak-sorai “MERDEKA BUNG!, MERDEKA! KITA BERHASIL, KITA BERHASIL.“ Semua mahasiswa berpeluk erat tanda keberhasilan perjuangan yang diperjuangkan tak sia-sia, tanpa terkecuali saya memeluk ernest dan bilang kita berhasil sayang kita berhasil. Kata yang spontan terucap entah alasannya yaitu dari hati atau alasannya yaitu kebersamaan kami yang terjalin erat.
Semua yang kami perjuangkan telah membuahkan hasil, kini semua telah tercapai. Malam yang cantik bagiku dan ernest, ketika itu kuungkap kan rasaku.
"Nest, makasih udah bikin hari-hariku berwarna. Membuatku menjadi lelaki yang gak gampang nyerah. Aku sayang kau nest. Aku cinta kau nest."
Tiba-tiba ernest mendekat, kami saling berpandangan wajah dan ernest perlahan mencium bibirku dan berbisik, "I Love you too ji".
Kami menjalin kekerabatan hingga kami lulus kuliah. Kami menikah dan dikaruniai dua anak. Kini saya dan ernest sama-sama berkerja di lembaga hak asasi manusia.
1 dekade lebih setelah apa yang kami perjuangkan namun nyatanya, sebagian dari kami malah terjebak dalam lubang kotor yang pernah dilakukan oleh pendahulunya. Dimana kita dulu berteriak lantang melawan. Musuh itu berjulukan “KORUPSI”.
TAMAT
"Cerpen ini dibuat dengan berdasarkan Peristiwa yang pernah mendera indonesia di masa lalu. Cerpen fiksi ini yaitu gabungan dari imajinasi dan dongeng sumber-sumber yang pernah mengalami hal itu di masa lalu. Dalam cerpen ini pun, tidak ada maksud atau niatan untuk menjelekan instansi apapun, namun sekarang jauh lebih baik daripada di masa lalu. Meskipun kita atau Negara ini masih mengalami permasalahan dasar yang sama dari tahun ke tahun; kriminalitas, ketimpangan Sosial, kemiskinan, konflik sesama bangsa, pendidikan yang tidak merata, tindakan asusila , ketidak jelasan hukum, dan carut marut lainnya, yang sebagian masih dialami oleh masyarakat Indonesia. Sejarah yang pernah terjadi, bukan membuat kita malu bila sejarah itu kelam. Bukan juga untuk mencoreng nama bangsa atau menyalahkan pemerintah yang ada pada masa itu. Mereka hadir supaya kita berguru dari kesalahan masa lalu, untuk tidak mengulangi hal yang sama di masa yang akan datang.“
Profil Penulis:
Nama: Eko yulianto Budi.KN
Email: Juliantoeko212@gmail.com
TTL: bogor 1 juli 1994
Fb: Eko Ningrat Koentjara
twitter: Julianto_Lens94
Ig: Eko_juliantobudi
No HP : 083833412647
Pin BBM: 51CC71C6/583C2BA6
"Selagi ada kemauan disitu ada jalan alasannya yaitu semua tak mustahil bila ada usaha, tekad dan doa yang saling beriringan ."