Ketika Hujan Menjadi Saksi Karya Lissyaa D. Maryani

KETIKA HUJAN MENJADI SAKSI
Karya Lissyaa D. Maryani

Jingga, gadis 16 tahun yang memiliki teman berjulukan Biru. Lelaki yang usianya terpaut 1 tahun, yang telah mewarnai hari-harinya sejak TK.

Mereka sering menghabiskan waktu bersama karena rumah mereka yang bersebelahan. Saling membuatkan ketika suka maupun duka. Seperti menyerupai ada gula ada semut, ya,, dimana ada Jingga pasti ada Biru. Sering orang-orang menduga mereka yakni sepasang kekasih.

Hingga...

^^^

"Jingga, bisakah kau membantuku?" Biru, lelaki bermata elang bertanya dengan tampang yang serius.
"Tentu, selama saya mampu melakukannya" gadis mungil berbehel itu menjawab sambil tersenyum.
"Temani saya mencari hadiah untuk seseorang"

Deg. Jantung Jingga seakan berhenti untuk sesaat.

"Ayo, mumpung masih siang!" Jingga memaksakan senyumnya. 

^^^

Matahari mulai terbenam di ufuk barat. Kedua teman itu belum juga mendapat sesuatu yang dicarinya.

"Biru!! Bagaimana kalau ini saja?" ucap Jingga sambil mengangkat sebuah syal cantik berwarna ungu.
"hhmm,, bagus. Yasudah, ayo kita ke kasir" Biru pribadi menyetujui proposal Jingga.

^^^

Ketika Hujan Menjadi Saksi Karya Lissyaa D. Maryani

"Loh.. Kok kita ketaman, bukannya kau ada acara?" Jingga tampak heran.
"Iya, kita singgah disini dulu, karena ada yang ingin saya bicarakan" Biru berjalan mendekati Jingga dengan mulut serius.
"Kamu cantik malam ini, maukah kau menjadi kekasihku?" Jingga mati kata dengan kalimat yang gres saja terlontar dari bibir teman yang rahasia ia cintai.
"Kenapa nggak dijawab?" Biru bertanya sambil menatap Jingga sempurna dimanik matanya.
"I..iy..iya, saya mau" Jingga menjawab dengan jantung berdebar dan bunyi yang bergetar. Biru pribadi memeluk Jingga.
"Makasih, Jingga. Sumpah saya masih gemetar banget. Aku nggak tau mau minta tolong sama siapa lagi untuk latihan berbicara mirip ini. Oh ya doakan saya ya semoga Tiara mendapatkan cintaku" Biru pribadi berbicara tanpa melepas pelukannya pada Jingga.

Deg. Untuk kedua kalinya jantung Jingga kembali terhenti. Tanpa disadari air matanya mengalir, dan dengan cepat ia menghapusnya kemudian melepaskan pelukan Biru.

"Iya sama-sama that's friends are for" Jingga memaksakan senyumnya dan terus menguatkan dirinya semoga tidak terjatuh dihadapan Biru.
"Lagian saya yakin Tiara akan mendapatkan kau untuk jadi kekasihnya. Siapa sih yang nggak tertarik sama kamu? Ibu-Ibu komplek aja naksir kau he he!" Jingga tertawa garing untuk menetralkan perasaannya.

Biru melirik jam tangannya, kemudian tampak tergesa menyeret Jingga menuju sepeda motornya.

"loh,,loh,, kita mau kemana?" Jingga menghentikan langkahnya.
"Aku mau mengantarkan kau pulang. Karena saya udah telat, takut Tiara kelamaan menunggu"

Jingga menghela nafas samar "Kamu pergi aja, saya mampu kok pulang sendiri. Daripada rencana kau gagal karena telat datang?"

"Kamu nggakpapa pulang sendiri?" Jingga hanya mengangguk. Tanpa diduga Biru kembali memeluknya.
"Sekali lagi, makasih ya. Aku pergi dulu!" Biru tersenyum lalu sedikit berlari menuju sepeda motornya.

10 menit berlalu, Jingga masih termangu ditempat tadi Biru memeluknya. Seakan tahu akan kesedihan hati Jingga, langit pun menurunkan airnya. Dan Jingga membiarkan air matanya tumpah bersama jatuhnya air hujan dan berharap rasa sakit hatinya hilang seiring hujan yang membawanya pergi.

"Tuhan, kalau ini yang terbaik untuk ku dan dia,, biarlah saya rela. Tolong hilangkan rasa ini kepadanya Tuhan. Dan saya mohon buat beliau tetap berada disisi ku,, meski hanya sebabagai sahabatnya" Jingga menumpahkan segala emosi jiwa dan pergulatan bathinnya dibawah guyuran hujan.

Tanpa dirasakan oleh Jingga, ada sepasang mata yang masih mengawasinya sedari tadi, sebelum hujan turun dari sudut taman dibawah temaram lampu.

"Maafkan aku, kalau hari ini saya membuatmu menangis. Maaf telah mengecewakanmu. Tapi saya senang, ternyata kau memiliki rasa yang sama kepadaku"

Biru, pemilik mata yang terus mengawasi Jingga menghela nafas berat.

"Biarlah rasa ini saya simpan untuk sementara menunggu waktu yang sempurna untuk saya mengungkapkan yang sebenarnya"
"Biarlah hujan menjadi saksi perihal apa yang saya rasa" ucap Jingga dan Biru dalam hati. 

^^^

Ps: 
'Jika kau memiliki rasa cinta terhadap seseorang melebihi apapun... PERCUMA!! apabila kau tidak memiliki keberanian untuk menyatakannya dan PERCUMA!! apabila beliau yang kau cinta tidak mencintaimu'
'Tidak ada yang lebih mengagumkan dibandingkan ketika beliau yang kau cintai memiliki rasa yang sama mirip yang kau rasakan'
'Cinta itu anugerah dari Tuhan, Mencintai dan Dicintai itu hadiah dari Tuhan' 

Profil Penulis:
Lahir 20 Maret. Dalam hidupnya hanya mengetahu 3 hal : Bermimpi - Berusaha - Bangkit. Penyuka green tea, coffe, dan keju ini sering disebut 'anak ilang' oleh keluarganya. Karena lebih memilih menyendiri dibandinkan berkumpul namun membicarakan hal yang tidak terlalu penting.
Facebook : Lissyaa D. Maryani

Previous
Next Post »