Dia atau Aku? Karya Sesil Ulfah Utami

DIA ATAU AKU?
Karya Sesil Ulfah Utami

"Sof, kau masih ribut dengan pacarmu itu?." tanya Viola, 
"Ya begitulah." jawab Sofia singkat. 
"Kamu putuskan saja ia Sof, ia itu bukan laki-laki yang baik untuk kamu, ia waktu itu ninggalin kau kan? Demi temannya itu?" Hardik Viola. 
"Iya, tapi kan saya sayang sama dia, tidak semudah itu mempertahankan 2 tahun lamanya sama dia, ngertiin sifat ia itu tidak mudah." Aku memperjelas keadaan hatiku sekarang ini. 
"Tapi kan..." pembicaraan kami terhenti, ketika itu Rivaldi, pacar Sofia datang. 

Viola beranjak pergi meninggalkan mereka berdua supaya mereka dapat berbicara lebih leluasa tanpa adanya ia diantara mereka. Terlihat mereka  sedang berbicara serius, tak terdengar sedikitpun apa isi pembicaraan mereka padahal Violita menguping hanya berbataskan pintu rumah yang terbuka sedikit. Nada bicara mereka sangat kecil, mungkin takut terdengar? Atau mungkin memang berbicara dengan nada rendah, samar - samar terdengar Sofia berbicara, 

"Aku berusaha jadi yang terbaik buat kamu, kau tidak menghargai saya sama sekali," Air mata sofia mengalir deras di pipinya, Rivaldi mengusapnya, terlihat terang raut muka Rivaldi menyesal, namun apa daya? Nasi telah menjadi bubur. 
"Aku berusaha menghargai semuanya, tapi kau selalu beranggapan negatif, Aku mencintaimu, Akupun berusaha untuk menjadi yang terbaik." Rivaldi lagi lagi membela diri. 
"Kamu tahu 2 tahun yang lalu pertemuan awal kita? Kamu terlihat terang memperjuangkan saya ketika itu, Namun sekarang? Seolah saya permen karetmu, habis manis sepah dibuang, apa itu prinsip kau sebagai seorang laki-laki? Dan ada hal yang ingin saya tanyakan!." seketika itu Rivaldi menatap lekat Sofia. 
"Apa?" Rivaldi penasaran. 
"Wanita yang kau beri bunga kemarin siapa? Aku tak sempat melihat wajahnya?" Sofia melontarkan pertanyaan yang membuat Rivaldi membisu seribu bahasa, dan Violita yang mendengarnya ikut terkejut mendengarnya, Violita semakin penasaran dengan isi pembicaraan mereka. 
"Kenapa diam?" Sofia mendesak bertanya. 
"Si...si...apa ya...ng ka..ka..mu mak...sud saya tak meng...ng...erti?" Rivaldi menjawab terbata. 
"Mau bohong menyerupai apapun kau saya mengetahuinya, saya sudah 2 tahun lebih mengenalmu." Sofia makin mendesak. 
"Dia bukan siapa - siapa Sof." Laki - Laki ini lagi lagi membela diri. 
"Sof saya harus segera pulang, kau tenangkan diri terlebih dahulu, saya akan datang kembali besok, pertimbangkan kembali keputusanmu untuk menyudahi semua ini, kau harus tau,aku mencintai kamu." Rivaldi mencium kening Sofia, respon Sofia santai, seolah Rivaldi bukanlah pacarnya. Sofia hanya mengangguk menjawab ucapan Rivaldi, tanpa mengucapkan satu katapun. 
"Dia sudah pulang?" Violita mengejutkan lamunan Sofia. 
"Ya." jawabnya singkat, 
"Oh, Sofia,aku harus pulang hari sudah terlihat sore." Violita pamit. 

***

Sepulang kuliah Sofia melihat Rivaldi bersama wanita lain, mungkin wanita kemarin Sofia juga tidak melihatnya dengan jelas, Rivaldi membukakan pintu kendaraan beroda empat untuk wanita itu, terlihat wajah Rivaldi menyunggingkan senyuman dari sudut bibirnya. Sofia mengikuti mereka, mereka berhenti disebuah kafe, bar daerah tongkrongan Violita dan Sofia tiap Weekend. Sofia membuntuti mereka dari belakang, tapi telfon Sofia berdering, dan menghentikan penyelidikan Sofia, tertera di Telepon Genggam Sofia nama ibunya yang menelpon. Sofia keluar dari bar itu dan mengangkat telfon ibunya. 

"Ada apa bu?" Kata Sofia. 
"Pulanglah sekarang, Ayahmu ingin meminjam mobilmu, kendaraan beroda empat ayah pecah ban. Kamu sekarang dimana? Cepatlah ayahmu menunggumu." Ucap ibu. 

Aku segera pergi meninggalkan bar dan pulang kerumah. Ayah sudah bangun di ambang pintu rumah, menunggu kedatanganku. Aku mencium tangannya dan beranjak masuk, untuk mandi dan tidur alasannya hari sudah malam, menyampaikan pukul 9.32, Setelah saya selesai mandi Telepon ku berbunyi. 

"Sof." ucap sumber suara. 
"Ya ada apa?" jawab Sofia. 
"Bagaimana relasi kau dan Rivaldi? Sudah kembali menyerupai semula?" pertanyaan yang diutarakan oleh sumber bunyi membuat Sofia termangu sejenak. 
"Tidak sama sekali, Kami tidak bekerjasama sama sekali satu hari penuh ini, dan saya tadi sepulang kuliah melihat Rivaldi dan seorang wanita yang tidak saya ketahui siapa ada di Kafe daerah biasa kita nongkrong." Sofia mencoba menjelaskan, 
"Siapa wanita itu? Coba kau bicarakan dengan Rivaldi, sudah saya bilang akhiri saja relasi kalian." Violita mencoba memberi Sofia pilihan. 
"Tak ada hasil, ia tidak menjawab pertanyaanku." itulah kata terakhir dari percakapan telfon mereka, Sofia memilih untuk mengakhiri percapakan via tefon itu. Kadang- kadang terlintas di benak Sofia mengapa Vio bersikeras menginginkan saya putus dengan rivaldi? Tapi selalu saya singkirkan fikiran buruk itu, ia sahabatku semenjak Sekolah Menengah Pertama, pasti ia menginginkan yang terbaik untukku. 

*** 

Dia atau Aku?  Karya Sesil Ulfah Utami

Sudah satu ahad saya dan Rivaldi tidak lagi berhubungan,Rivaldi menggangtungkan relasi ini. Aku benar-benar menyimpan rasa kecewa dengannya, ia ternyata memang benar memiliki wanita lain selain aku. Entah siapa itu. Hari ini Sofia nongkrong di Kafe daerah ia biasa nongkrong dengan Violita, Sofia bekerjsama ingin mengajak Violita, tetapi Violita sedang sibuk menyusun skripsinya, ya saya memakluminya. Sesampainya di bar itu, ternyata bar itu menyerupai ada acara, saya melihat aneka macam orang mengerumuni salah satu meja di kafe, saya melihat seorang laki-laki yang tidak abnormal lagi bagiku, saya mencoba melihatnya lebih dekat, memastikan apakah benar saya mengenali laki-laki yang sedang dikerumuni itu. Laki-laki itu sedang memegang sebucket bunga mawar merah dan boneka besar, dari kejauhan tak begitu terang terlihat wajahnya, setelah saya mendekat, ya saya benar, dugaanku tidak salah, saya mengenal laki-laki tersebut, terdengar bising pengunjung bar bersorak-sorak serentak berkata "Terima... terimaaa... terimaaa." setelah saya melihatnya dadaku terasa sesak, air mataku deras mengalir, saya mencicipi sakit yang benar-benar sakit. Rivaldi laki-laki yang saya cintai, ternyata menyakitiku, dan wanita yang bersama Rivaldi selama ini adalah Violita, Sahabatku sendiri, mereka bermain dibelakangku, tanpa sepengetahuanku. Rivaldi dan Violita melihat keberadaanku disana, tapi saya pribadi beranjak pergi meninggalkan mereka, Violita dan Rivaldi mengejarku. Aku tak perduli. 

"Sofiaaaaa, tunggu aku." Violita menjerit, saya tak perduli. 

Violita meraih tanganku. Aku mengalah berlari. 

"Maafkan aku, saya tau saya berkhianat saya bermain api dibelakangmu, saya menyakitimu, saya merusak persahabatan kita, saya memilih egoku, tanpa memikirkan kamu, tapi apa daya? Aku mencintai Kekasihmu semenjak dulu Sof." Violita menjelaskan, terdengar lancang ucapannya. 
"Kamu harusnya tau posisi kamu, kau sahabatku, kamh sudah saya anggap saudaraku, saya tidak pernah membuatmu sakit hati, saya tidak pernah menusukmu dari belakang, kau tau betapa susahnya saya mempertahankan Rivaldi selama 2 tahun ini? Dan kau dengan mudahnya merebutnya dariku?" Sofia berkata berapi-api. 
"Sofia, saya tau saya salah, tapi ini soal perasaanku, saya tak mampu membohongi diriku sendiri." Nada bunyi Violita melemah. 
"Sofia, saya bekerjsama semenjak awal jadian itu tidak mencintaimu, namun saya mencoba mencintaimu, saya memaksakan perasaan saya supaya mampu mencintaimu, saya bahagia mengenalmu, cukup satu bulan saya mampu mencintai kamu, kau membuat saya merasa nyaman, maka dari itu saya mempertahankan relasi kita hingga sekarang, namun 2 bulan yang lalu kau berubah cuek, maka dari itu saya berusaha berhenti mencintaimu seolah saya tak kau hargai. Dan satu alasan lagi saya menjadikanmu dulu pacarku alasannya supaya saya mampu bertemu dengan Violita, dulu sebelum saya jadian denganmu saya sempat menembak Violita, tapi Violita menolakku, dari dulu saya hanya mencintai Violita, Aku mencoba melupakan Violita dengan cara menjadikanmu pacarku, tapi apa? Aku tidak bisa, disetiap pertengkaran yang terjadi Violita mengisi hari-hariku Sof, dan semenjak ketika itulah perasaanku beralih kepada Violita lagi. Maafkan saya sof." Rivaldi menjelaskan apa yang terjadi selama ini. 
"Jadi...?" Sofia lagi-lagi terisak menangis, 
"Maafkan saya Sof." Violita menunduk bersalah. 

Sekian lama Sofia nrimo mencintai Rivaldi, tetapi Rivaldi mengkhianati cintanya. Sahabatnya yang sudah lama bersamanya yang sudah dianggap keluarga oleh Sofia tetapi telah mengkhianatinya, sepahit inikah kehidupan Sofia?...

Tamat.

Profil Penulis:
Sesil ulfah utami nama pena saya.

Previous
Next Post »