About Seventeens Karya Lilin Aje

ABOUT SEVENTEENS
Karya Lilin Aje

Cuaca hari ini sangat mendukung kegiatan Fian untuk menjelajah hobinya. Saat ini ia telah hingga puncak bukit, yang tidak jauh dari rumahnya. Ia memang sering menghabiskan waktu liburannya untuk memotret atau sekedar refreshing. Ia terkenal anak yang pendiam dan penyendiri. 

“Hmm… Indah banget pemandangannya, sampai-sampai memori cameraku tidak cukup.” Canda Fian.

Saat Fian tengah asyik memotret, ia melihat seorang gadis yang tengah duduk melamun. Entah apa yang ada dipikiran gadis itu, yang terang itu membuat otak Fian penuh pertanyaan. Fian ingin menghampiri gadis itu, namun ia tak memiliki cukup nyali untuk sekedar menyapa. Gadis itu duduk membelakangi Fian, sehingga Fian tidak mengetahui siapakah gadis tersebut.

Hari Senin, siapa yang tidak tahu hari itu? Semua pasti tahu, hari dimana semua dimulai kembali setelah liburan sehari. Hari ini yaitu hari yang menyebalkan bagi Ochi, alasannya yaitu beliau mendapatkan beberapa kesialan tadi pagi. Pertama beliau bangun kesiangan, kedua ia harus jalan kaki alasannya yaitu ayahnya bertengkar dengan bundanya, ketiga ia terlambat masuk gerbang alhasil ia dihukum mengelilingi lapangan 10x, keempat ia lupa mengerjakan PR. Hal yang sungguh menyedihkan baginya.

Bel istirahat telah berbunyi, hampir 90% siswa keluar meninggalkan kelas. Tapi bagi Ochi itu hanya membuang waktu saja. Baginya waktu istirahat yang hanya 15 menit, itu hanya cukup untuk memesan makanan saja. 

Ochi lebih senang berada di kelas, bergotong-royong beliau anak yang ceria hanya saja setelah orang tuanya sering bertengkar ia lebih sering menyendiri dan melamun. Nida, Ifa, dan  Ovit lah sahabat Ochi, yang selalu menemani Ochi dikala sedih maupun senang. Nida seorang pemain basket dan aktif di kegiatan pramuka, Ifa seorang kutu buku yang cendekia menyanyi, dan Ovit seorang lelaki yang cendekia menulis cerpen. 

“Ovitttt!!!!” panggil Fian.
“Iya? Ada apa An?” Tanya Ovit.
“Nanti temenin saya ke toko komik ya? Soalnya ada komik terbaru yang lagi booming Vit.” 
“Oh… Ok saya nanti juga mau kesitu, tapi saya ajak Ochi sekalian ya.”
“Ochi??? Oh… temen sekelas kita yang penuh misteri itu ya?”
“Penuh misteri? Enggak tuh, ada-ada aja kamu.”
“Iya beliau penuh misteri dulu beliau ceria dan periang banget, sekarang beliau agak beda gitu. Mungkin saya yang gak pernah merhatiin beliau aja jadinya saya gak tau yang sebenarnya. Hahaha…”
“Hahaha.. iya kau kan jarang merhatiin cewek hahaha… becanda, ok nanti sepulang sekolah.”
“Ok”

Sepulang sekolah, Ovit dan Fian becanda gurau sedangkan Ochi, beliau hanya tersenyum melihat tingkah konyol temannya. Akhirnya mereka hingga juga. Ovit menuju lantai 2 alasannya yaitu buku yang ia cari berada disana. Sedangkan Ochi dan Fian, mereka di lantai 1 untuk mencari komik yang lagi booming. Setelah menemukan komiknya mereka eksklusif menuju kasir dan menunggu Ovit diluar toko. 

Fian ingin memulai pembicaraan namun ia malu alasannya yaitu ia jarang berbicara dengan Ochi. Sampai karenanya Ochi memulai pembicaraan, alasannya yaitu bagi Ochi berdiam selama berjam-jam itu tidak ada bedanya dengan yoga. 

Ochi melontarkan pertanyaan yang ringan dan tidak membutuhkan anutan yang keras. Dan jawabannya pasti juga cuma “Ya” atau “Tidak”. 

Setelah 30 menit kemudian, Ovit keluar dari toko dan mengajak mereka berdua untuk pulang.

Ochi tiba di rumah disambut dengan pertengkaran kedua orang tuanya. Itu membuat Ochi kesal dan bosen. Ia menuju kamar dan menutup kamarnya dengan keras.  

Ovit menelpon Ochi secara tiba-tiba, Ovit memang sering menelpon Ochi dikala ia ada masalah. Ochi juga galau kenapa Ovit mengetahui itu, mungkin oleh Tuhan lah yang memberi tahunya. Ovit mengakhiri pembicaraan hingga pukul 11 malam.

Ochi memang sudah menganggap Ovit ibarat kakaknya, alasannya yaitu kakaknya Ochi telah tiada setelah merasa kecewa dengan kelakuan orang tuanya. Namanya Ocha, ia bunuh diri dengan mengendarai sepeda kecepatan 80km/jam di jalan yang strategis. Dan itu membuat Ochi tambah kecewa kepada ayah dan bundanya. Mereka tidak pernah bisa  berdamai, hanya sesaat perdamaian, tetapi sesaat kemudian pertengkaran berjam-jam, berhari-hari, dan berbulan-bulan. 

Ifa bukan saja gadis yang cantik tapi juga cantik suaranya. Dan itu membuat Fian jatuh cinta. Ifa dan Fian memang sudah dekat semenjak pertama kali masuk SMA. Hanya saja Fian tidak begitu berani mengungkapkan itu semua. 

Pagi ini Fian dan Ifa duduk dan bercanda di kantin sekolah. Tetapi sesaat kemudian Ovit dan Nida tiba di kantin dan eksklusif duduk di depan mereka berdua. 

Mereka bercanda bersama-sama, namun bagi Ovit ada sesuatu yang membuat beliau terkekang dalam bercanda bersama. Iya… beliau ingat , Ochi belum datang. Dan Ovit belum bisa tertawa lepas jikalau Ochi belum muncul. Sebenarnya Ovit sangat mencintai Ochi lebih dari sekedar sahabat, namun beliau belum siap untuk mengungkapkan itu semua. 

“Ehem… kenapa kau diem Vit?” Tanya Nida.
“Oh. Eh.. Enggak Nid, ini saya cuma khawatir sama Ochi. Soalnya beliau belum datang gak kayak biasanya.” Jawab Ovit sedikit gugup.
“Ciee… bilang aja kau kangen sama beliau Vit.” Canda Ifa.
“Apaan sih…” sangkal Ovit dengan wajahnya yang memerah.
“Hahahaha.” Mereka bertiga tertawa melihat Ovit yang tersipu malu.

Firasat Ovit benar, hari ini Ochi tidak masuk alasannya yaitu demam mendadak. Dan setelah sepulang sekolah Fian berencana akan mengutarakan perasaannya kepada Ifa di bukit dekat rumahnya. 

Fian mengajak Ovit, Ochi, Nida untuk menjadi saksi atas cintanya kepada Ifa. Ovit pun menjemput Ochi, awalnya Ovit ragu alasannya yaitu ia takut Ochi masih belum sehat. Namun Ochi bersih keras ingin ikut dan melihat kejadian langka tersebut.

Setelah semuanya sudah tiba, Fian mulai berpuisi gak terang ke Ifa. Sampai akhirnya….. 

“Fa, saya tahu saya anak yang pendiam, penyendiri, dan gak tenar kayak cowok-cowok lain. Tapi… saya tidak bisa terus-terusan menyimpan perasaan ini, alasannya yaitu semakin kusimpan semakin kuingin memilikimu. Kaprikornus …. Apakah kau mau menjadi kekasihku Fa?” Tanya Fian, dan itu membuat sahabatnya heran dan kaget ternyata Fian bisa melaksanakan hal seromantis ini. 
“Em…. Maaf Fian, saya gak bisa saya sudah punya, beliau Fahmi.” Jawab Ifa
“Fa… Fahmi? Kelas MIPA 2? Gitaris sekolah kita?” Tanya Fian tak yakin.
“Iya…. Kami sudah berpacaran selama 6 bulan, maaf ya saya tidak memberitahu kalian semua dan terima kasih sudah mencintaiku Fian.” Jawab Ifa dan meninggalkan sahabatnya yang sedang terdiam.
“Sabar ya An, mungkin beliau belum jodohmu” Tenang Ovit.
“Iya An masih banyak cewek lain di dunia ini lagian beliau juga sahabat kita.” Sambung Nida.
“Yaudah ayo kita pulang, ku kira bakal jadi ending yang bahagia. Ovit, tolong anterin saya ya.” Ajak Ochi.
“Iya Chi, yaudah saya pulang dulu ya.” Pamit Ovit.
“Iya hati-hati teman” Pesan Nida. Dan Fian masih berdiam, mungkin beliau syok dengan kejadian tadi. 

Akhirnya setelah sekian lama duduk di kelas 1 SMA, mereka naik ke kelas 2. Dan mereka sekelas lagi, ditambah Fahmi yang 1 kelas juga dengan mereka berlima. Dan itu membuat Fian semakin panas dengan kemesraan Fahmi dan Ifa. 

Semenjak kelas 2, Ochi sering sakit-sakitan. Ia juga pernah dirawat di rumah sakit selama berminggu-minggu. Itu membuat sahabatnya sangat sedih setiap hari.

Tapi setelah kedua orang tuanya jarang bertengkar, keadaan Ochi sedikit membaik. Dia juga jarang masuk rumah sakit lagi, tetapi beliau harus check kesehatannya sebulan sekali. 

Sahabatnya sangat senang Ochi kembali bersama mereka lagi. Apalagi Ovit, beliau sangat sangat bahagia alasannya yaitu beliau sangat merindukan kedatangan orang yang ia sayangi. 

Sampai suatu ketika Fian mengalami kecelakaan dan mengalami pendarahan yang cukup serius. Ayah Fian mengusirnya alasannya yaitu dikala itu ayahnya lebih percaya kepada istri barunya ketimbang Fian. Kejadian itu membuat Fian drop dan kecewa. Ia lari mengendari motornya, alasannya yaitu dengan perasaan yang tak karuan ia tak fokus berkendara. Dan ia pun terlempar jauh dari motornya. 

About Seventeens Karya Lilin Aje

Sahabatnya sangat khawatir, mereka juga galau alasannya yaitu Fian kekurangan banyak darah. Stok darah di rumah sakit tersebut telah habis dan yang cukup sulitnya lagi, Fian berdarah O. 

Dengan segala keberanian dan kebaikannya, Ochi mendonorkan darahnya. Padahal dikala itu Ochi tengah mengalami anemia. Ia bersujud hingga menangis biar dokter Farhan (Dokter yang melaksanakan check up, terhadap kesehatan Ochi selama ini.) mau mengambil darahnya untuk didonorkan kepada Fian. 

Dengan berat hati ia memperbolehkan Ochi, namun dr. Farhan memperlihatkan syarat. Yaitu setelah Ochi mendonorkan darah, Ochi harus bisa menjaga dirinya dan mempertahankan hidupnya, dan tentunya Ochi juga harus rajin berdoa dan berbakti. Dokter Farhan juga berjanji tidak akan memberitahukan ini semua ke orang tuanya.

Sebulan kemudian, Fian telah kembali ke sekolah. Begitu juga Ochi, namun keadaan Ochi semakin hari semakin memburuk. Dan itu membuat orang-orang yang menyayanginya khawatir. Fian merasa sedikit bersalah alasannya yaitu semua itu salah dia, Ochi jadi ibarat ini. 

“Ochi… apa kau baik-baik saja” Tanya Ovit.
“Aku ba..baik-baik kok. Saat me… melihat ka..kalian bahagi..a saya juga ikut me..merasa bahagia”  Jawab Ochi terbata. 

Sepulang sekolah Ochi check up ditemani ayahnya. Dan keputusan dr. Farhan sangat mengecewakan Ochi.

“Ochi… hmmm… dokter Farhan galau mau mengatakannya. Langsung aja ya. Kondisi kau semakin hari memburuk maaf, dokter menyarankan kau home schooling aja dulu. Soalnya jikalau kau tetap sekolah, dokter khawatir keadaan kau tidak segera membaik.” Jelas dokter Farhan.
“Dok… lakukan sesuatu terhadap anak saya dok, dokter tahukan Ochi anak yang saya cintai dok. Saya akan bayar berapapun asal saya bisa melihat anak saya sukses dan bahagia di masa depan. Dokter juga tau kan anak saya pasti akan menolak jikalau saya mengadakan home schooling.” Ochi hanya terdiam melihat ayahnya menangis. Ia merasa bahwa ayahnya sangat menyayanginya, ia ingin bangun dari sifat lemahnya ini.
“Saya selalu melaksanakan yang terbaik untuk anak bapak, tapi semua itu hanya Tuhan yang bisa mengabulkan dan menentukan itu semua pak. Dan bergotong-royong semua itu juga demi kebaikan Ochi pak. Saya doakan Ochi kembali sehat ibarat dulu, Amin.”
“Iya dok Amin terima kasih atas doanya, saya permisi dulu.”
“Iya pak silahkan.”

Di sekolah Ochi menceritakan semuanya kepada sahabat-sahabatnya. Bagaimanapun kondisinya Ochi akan tetap bersekolah dan tidak mengambil home schooling. Meski bergotong-royong fisik Ochi sangat lemah dikala ini. 

Setelah kejadian tersebut, Fian memiliki perasaan kepada Ochi. Oh iya setelah diusir Fian tinggal bersama Ovit. Namun ia belum berani, ia takut cintanya ditolak ibarat Ifa. 

Dan seminggu kemudian, sesuatu telah terjadi Ovit menyatakan perasaannya kepada Ochi. Namun Ochi menolaknya alasannya yaitu bagi dirinya, Ovit ibarat kakaknya sendiri. Dan balasan yang mengejutkan lagi adalah…

“Maaf Vit, hidupku juga gak akan lama lagi. Jujur kondisiku semakin hari memburuk. Aku tak tahu, saya sudah berdoa kepada Allah. Dan saya juga pasrah jikalau nanti saya telah meninggalkan kalian semua….”

Jawaban Ochi membuat Ovit menangis. Ovit memeluk badan Ochi dengan erat. Nida, Ifa, Fahmi, dan Farhan yang sedari tadi mengintip, mereka menghampiri Ochi dan menangis ibarat Ovit. 

Beberapa bulan kemudian, Ochi pindah sekolah alasannya yaitu beliau akan ke Singapore untuk pengobatannya. Itu membuat terpukul hati sahabatnya. Namun itu semua juga untuk kebaikan Ochi.

Semenjak Ochi pindah sekolah keadaan sahabatnya berubah. Ovit menjadi hirau taacuh dan malas mengerjakan PR, Fian  menjadi pribadi yang sombong dan kasar, Nida menjadi pribadi yang lemah bahkan ia hampir dikeluarkan dari tim basket alasannya yaitu tidak bersemangat, Ifa dan Fahmi tidak begitu peduli dengan sahabatnya alasannya yaitu mereka merasa dunia seakan milik berdua. 

Keadaan Ochi di Singapore telah membaik dan beliau akan dipulangkan ke Indonesia. Namun Ochi tidak diperbolehkan bersekolah di sekolah umum, beliau akan mengikuti home schooling. Karena ayahnya tidak ingin Ochi kenapa2. 

Kabar itu telah hingga ke sahabat-sahabatnya, dan mereka semua berencana akan mengunjungi Ochi. Namun dikala mereka ke rumahnya, Ochi tidak berada disana. Ochi telah pindah rumah bersama keluarganya. Karena dikala itu ayahnya telah terlilit hutang yang cukup banyak untuk pengobatan Ochi. Ayah Ochi harus bekerja keras dan rela untuk menjual rumahnya. 

Sahabatnya pun merasa kecewa dengan itu semua. Mereka sangat merindukan sosok Ochi yang sulit ditebak dan apa adanya. Mereka juga rindu dikala Ochi tidur di kelas, memenangkan game online, jail ke sahabat yang lain, dan lain sebagainya. Bagi mereka Ochi yaitu sosok sahabat yang sulit untuk digantikan. 

5 Tahun kemudian. Ovit, Fian, dan Nida berada di Universitas yang sama. Namun jurusan mereka berbeda. Ovit lebih memilih jurusan Sastra dan Bahasa, Fian memilih jurusan Arkeolog, dan Nida memilih jurusan Pendidikan dan Jasmani. Saat ini mereka telah menyelesaikan S1 dan akan melanjutkan ke S2. 

Lain cerita, Ifa dan Fahmi berada di Universitas yang sama dan jurusan yang sama pula yaitu, Seni Musik. 

Meski mereka sibuk dengan jam kuliahnya, mereka tetap tidak mau menyusahkan orang tuanya. Mereka bekerja sambilan di sebuah coffee. ‘Coffee Break and Relax’ yaitu daerah mereka berlima bekerja dan sekaligus daerah mereka bertemu kembali. 

Suatu hari dikala mereka tengah bekerja,  mereka melihat Ochi berjalan memasuki sebuah daerah rehabilitasi yang gres dibuat. Karena penasaran mereka berencana  besok akan memasuki daerah tersebut, alasannya yaitu kuliah mereka libur dan kebetulan kafe daerah mereka bekerja juga tutup. 

Esok harinya mereka menuju daerah tersebut, dan ternyata memang benar Ochi berada disana. Mereka memeluk Ochi erat, begitu pula Ochi. Lalu Ochi menceritakan semuanya, beliau juga menceritakan kalau bergotong-royong daerah ini yaitu Ochi yang membangun. Karena dari dulu Ochi sangat prihatin dengan kondisi penderita narkoba dan HIV Aids. 

Setelah pertemuan tersebut sahabat Ochi sering mengunjungi daerah itu dan tidak segan2nya mereka juga membantu Ochi. 

Namun suatu ketika, Gerda (penderita HIV) telah memiliki rencana jahat untuk Ochi. Dulu Gerda yaitu sahabat Ochi waktu SMP, Gerda juga pernah menyatakan cintanya kepada Ochi. Namun Ochi menolak cintanya. Dan yang membuat Gerda ingin berbuat jahat kepada Ochi, yaitu alasannya yaitu cinta Gerda ditolak untuk yang kedua kalinya. 

Gerda mengambil saputangan milik Ochi, dikala itu Gerda yaitu pasien yang masih menjalankan rehabilitasi alasannya yaitu Gerda belum sepenuhnya bebas dari AIDS. Ia menggunakan saputangan Ochi sebagai perantara untuk menularkan virus HIV. 

Setelah beberapa hari Ochi merasa ada yang abnormal dengan dirinya, ia bertanya kepada dr. Chiko yang dikala itu menjadi dokter untuk menangani penderita Narkoba dan AIDS. Kata dr. Chiko dikala ini Ochi telah positif menderita AIDS. 

Kabar itu telah didengar oleh sahabatnya, dr. Chiko menyarankan biar orang terdekat Ochi agak memberi jarak dikala bersama Ochi. Dikhawatirkan AIDS tersebut menular ke sahabat dan keluarganya. Ovit dan dr. Chiko yang diserahi oleh Ochi untuk merawat dan menjaga pasien rehabilitasi hingga Ochi sembuh dan terbebas dari HIV. 

Suatu hari, Ovit bilang ke Fian kalau Ochi sangat mencintainya setulus hati. Karena Ovit tidak tega jikalau melihat Ochi yang mengagumi Fian dari jauh. Namun balasan Fian sangat kejam dan dikala itu Ochi, Ifa dan Fahmi juga berada disitu. 

“Aku gak bisa mencintai Ochi… kau tau kan Vit!!! Aku mencintai Ifa!! Biarpun Ifa punya pacar dan beliau nolak aku, tapi tetep saya menyayanginya!!!”
“An… hargai cinta Ochi sedikitttt aja kenapa sih?... beliau udah rela ngelakuin apa aja buat kamu, beliau juga rela donorin darah padahal dikala itu beliau lemah. Apa kau gak mau ngehargain dia?! Ha?!”
“Aku mau ngehargain dia… tapi kau tau kan!!! Dia terkena HIV AIDS!!!! DAN ITU TANDANYA DIA UDAH PERNAH NGELAKUIAN SEKS BEBAS!!! Kamu faham gak sih!!! Ha?!!! Dia ngelakuin itu ke gue alasannya yaitu mungkin aja beliau ingin gue mengakui anak yang beliau kandung!!! Biarpun beliau sahabat kita kalau udah kayak gitu!!! Gue jijik TAU!!!”
“JAGA MULUT KAMU!!!!  Emang HIV menular gara-gara seks bebas doang ?! enggak !!! Lo bener-bener keterlaluan tau!!! Bisa-bisanya sahabat lo, lo bilang ngelakuin gituan. Perkataan lo bener-bener berangasan dan gak beradab!!!!! Lo bukan FIAN YANG GUE KENAL TAU!!!” 

Ovit meninggalkan Fian yang tengah berdiam diri. Sedangkan Ochi tengah menangis ditemani Ifa dan Fahmi. Semenjak kejadian itu, setelah Ochi sembuh Ochi pergi ke Singapore. Hanya Nida dikala itu yang diberitahu oleh Ochi, Ochi pergi ke Singapore alasannya yaitu beliau telah menderita penyakit Alzhemeir (atau penyakit menurunnya ingatan otak). 

Namun hal tersebut ia ceritakan ke sahabat-sahabatnya yang lain. Saat itu tanggung jawab daerah rehabilitasi tersebut sepenuhnya diserahkan ke dr. Chiko dan sahabat-sahabatnya, hingga ia kembali ke Indonesia. 

Dan Gerda telah mengaku akan kejahatannya kepada Ochi. Ia sangat menyesali perbuatannya. Fian dan Ovit sangat marah padanya namun sahabat yang lain mencegah mereka berdua untuk tidak melukai Gerda. Ovit dan Fian juga sudah dekat kembali. Fian juga menyesali sudah melukai hati Ochi.

`Sampai karenanya Nida memberitahukan ke teman-temannya kalau Ochi telah tiada. Berita itu membuat mereka semua drop, terutama Fian dan Ovit. Karena bergotong-royong Fian juga menyayangi Ochi. Sedangkan Ovit, meski ditolak berapa kalipun oleh Ochi ia tidak bisa menghilangkan rasa cinta ini untuk Ochi. 
Sejujurnya dikala Ovit menangis dan mengatakan bahwa cintanya kepada Ochi sulit untuk dihilangkan, telah membuat hati Nida teriris. Karena Nida mencintai Ovit semenjak dulu, hanya saja beliau gak pernah PD, beliau juga gak yakin bisa mendapatkan hati Ovit sedangkan dirinya tomboy ibarat cowok. 

Umur 25 tahun, Ifa dan Fahmi menikah dan mengundang sahabat-sahabatnya. Di ijab kabul mereka berdua, Nida dan Ovit mengakui kepada sahabatnya kalau bergotong-royong mereka juga akan menikah. 

Setelah itu mereka semua berbincang-bincang dan menikmati hidangan yang ada. Di sisi lain Fian tengah termenung menatap matahari di ujung laut, yang kebetulan dikala itu pantai menjadi salah satu daerah yang dipakai untuk resepsi ijab kabul Ifa dan Fahmi. 

“Hei!!! Masih ingat ini?” tiba-tiba seseorang menyodorkan sebuah komik anime ‘GUARDIAN ANGEL’ (komik yang pernah ia pinjamkan untuk Ochi).

Seketika itu Fian menoleh dan mendapati Ochi dengan penampilannya yang telah memakai hijab. 

“Chi…. I..ni be…be…neran kamu?”
“Iya ini aku. Masa’ kau lupa”
“Ta..tapi ka… mu… kan dah meninggal?”

Belum sempat Ochi berbicara, Nida menceritakan kejadian yan sebenarnya. Kalau bergotong-royong Ochi belum meninggal, dikala itu Ochi sudah sembuh namun Ochi pesimis jikalau ia kembali ke Indonesia dikala itu, Fian juga tetap gak akan pernah ngehargain beliau atau bahkan Fian akan membenci Ochi. Ochi stress berat dengan kejadian dikala Fian mengatakan kalau Ochi melaksanakan seks bebas. Perkataan Fian sangat melukainya dikala itu. 

Fian pun meminta maaf dan mengatakan kalau bergotong-royong beliau sangat menyayangi Ochi. Ochi memang gadis yang baik beliau memaafkan Fian begitu saja.

“Aku memaafkanmu Fian, saya juga masih mencintaimu, dan terima kasih atas komik yang kau pinjamkan ini, alasannya yaitu saya jadi tau usaha itu memang terkadang tidak dihargai namun dikala kita nrimo dengan itu semua, semuanya akan berbuah manis. Kayak dongeng Kei Himeno yang rela kesakitan hanya untuk mendapatkan cinta Toya Kashiwagi, bahkan ia juga rela menghabiskan harta dan kekayaannya. Begitu pula cintaku ke kau Fian.”

Fian memeluk badan Ochi erat, dan semua orang yang melihat kejadian tersebut merasa terharu. Dan karenanya mereka hidup bahagia dengan petualangan gres dan hidup gres mereka. THE END

Dan sesungguhnya persahabatan itu tak memandang fisik, kekayaan, atau materi. Bagaimanapun kondisi sahabat kita jangan jauhi dia, tapi peluklah beliau dan bantulah beliau melewati itu semua. Thanks to Allah, my parents, my lovely, and my friends. Dan terima kasih buat warga yang telah membantu para penderita AIDS dan Narkoba. Penderita AIDS dan narkoba bukan untuk ditakuti namun bantulah mereka semampu kalian. 

Profil Penulis:
Semoga terharu :') bila ada salah kata mohon maaf. 

fb: Lilin Ajeng 
Previous
Next Post »