Hanya Satu dan Itu Adalah Kamu Karya Dekwid Aryama Putra

HANYA SATU DAN ITU ADALAH KAMU
Karya Dekwid Aryama Putra

Apakah kalian percaya dengan adanya cinta sejati? Cinta yang konon katanya akan meluluhkan hati dan kenangan yang tak terlupakan selama relasi berlangsung. Akan tetapi, apakah wanita yang sudah mencintaiku selama setahun ini menjadi cinta sejatiku? Namanya ialah Chloe dan saya ialah Hans orang dengan pendirian egois yang mencintai wanita, yang tidak sedikitpun mencintaiku.

Malam ini, saya memandangi bingkai merah berdarah di dinding kamarku. Aku terhanyut dalam gambar tersebut dan seakan darah itu keluar dari pembatas bingkainya. Selama ini saya memikirkan wacana seorang wanita berparas cantik yang mirip seorang gadis Korea berjulukan Aorora. Aku menyukainya dalam bayang-bayang selama sebulan, tanpa berani untuk menyapanya disekolah.

Pandangan pertamaku jatuh pada sinar mengagumkan matanya, yang menjadi alasan hatiku untuk mengatakan saya “suka” padanya. Setiap harinya saya berjalan menuju lorong panjang sekolahku  dan melewati kelasnya yang berada diujung lorong sebelum kelasku, lebih tepatnya kelas 2-7. Melewati kelasnya, saya tidak mau menyiakan momen tersebut. Dengan waktu yang begitu singkat, saya dapat melihat lebat rambut panjangnya yang terikat dengan bando berwarna merah mudah cerah.

Aorora menjadi nomor satu alasanku untuk pergi sekolah, setelah alasanku pergi ke sekolah untuk berguru dan terlelap tidur di dingklik kesayanganku dipojok belakang kanan kelas. Ya, saya siswa yang tidak terlalu suka duduk di depan, tapi saya masih mementingkan nilaiku biar tetap stabil diatas standar penilaian guru.

Pada ketika jam istirahat, saya duduk dengan beberapa sahabat kelasku di emperan kelas. Sekali-kali saya melirik kanan kelasku dan berharap hidung mancung manisnya terlihat dari daerah yang sedang saya tempati. Seketika Aorora keluar dari kelasnya, melirik ke arahku tanpa senyum dari bibir tipisnya dan membuang pandangannya ke arah lain. Rasa sakit yang tak mampu diungkapkan dengan hatiku.

“Wajar sih jika gak di senyumin, ia aja gak kenal sama aku” Kataku dalam hati, sambil menarik napas panjang

Dari situlah, saya akan mencoba menghilangkan rasa pengecutku selama sebulan ini dan menumbuhkan keyakinan untuk mampu berkenalan dengannya. Sepulang sekolah saya menunggunya di depan kelasku, berpikir wacana apa yang akan terjadi nantinya dalam imajinasiku. Tiba-tiba wanita yang kutunggu telah keluar dengan menggendong tas coklat di punggungnya. Aku pun berjalan cepat dan sudah berada sempurna disampingnya.

“Hai, Aorora” Ujarku
“Hai” Dengan wajah datar tanpa memperdulikanku
“Aku Hans, dari kelas 2-8”
“Terus?”
“Gak ada apa-apa sih, saya cuma mau kenalan aja. Boleh minta kontak kamu?”
“Maaf, saya gak mau kasih, alasannya ialah saya belum kenal sama kamu”

Aku pun menghentingkan langkahku dan membiarkan langkahnya pergi menjauh dari tubuhku yang sudah mati rasa dengan perkataannya tadi. Selang beberapa detik, saya mencoba kembali untuk melangkahkan kakiku dan mengarahkan mataku ke depan. Pada ketika saya mengarahkan mataku, saya tertuju pada seorang wanita yang sedang melirik hangat kepadaku. Segera ia pun, mengalihkan pandangannya ke arah lain setelah saya melihatnya. Ya saya kenal dia, wanita berjulukan Chloe dari kelas 2-5, tapi saya jarang melihatnya disekitar sekolah.

Hanya Satu dan Itu Adalah Kamu Karya Dekwid Aryama Putra

Sesampainya dirumah saya mencari sesuatu wacana Aorora dari salah satu kontak sahabat kelasnya yang saya miliki. Aku hanya ingin memastikan, apakah saya harus bertahan dengan perasaan ini atau saya harus melepaskannya?

“Angel?”
“Ya?
“Kamu sahabat akrabnya Aorora kan? Aku boleh nanya sesuatu wacana ia gak?”
“Bisa dibilang begitu. Kenapa nanya Aorora? Suka sama Aorora ya?” Cetus polosnya
“Suka sih gak, cuma senang aja lihat dia” Ngelak amatiranku
“Bukannya apa sih, sebagai orang yang baik dan sahabat dekat dari Aorora, saya saranin kau gak dekat sama dia. Aorora, ia itu susah buat kenalan sama orang, apalagi sama cowok. Perlakuannya hirau taacuh banget sama perjaka Aku tadi lihat kok, kau minta kontaknya dan saya sudah tahu jawabannya pasti gak. Beruntung banget tadi kau ditegur balik, aslinya mah gak mau negur”

Curhat panjang dari Angel, membuat pikiranku semakin kacau dan saya pun tidak tahu harus menjawab apa setelah ini. Aku hanya menutupi rasa kecewaku dengan Angel.

“Gitu ya, Angel. Hahahahaha aneh ya dia. Yaudah makasih, saya gak dekatin ia deh”

“Ya begitulah Aorora. Maaf ya, ini juga buat kebaikanmu kedepannya. Mumpung masih senang lihat, belum suka”

Aku tidak tahu Angel percaya dengan perkataanku atau ia hanya mencoba membuatku untuk tetap dalam zona ketenangan. Aku percaya dengan hal yang dikatakan oleh Angel, alasannya ialah memang Angel ialah satu-satunya wanita yang paling dekat dengan Aorora selama satu bulan pantauanku.

Malam pun saya lewati dengan rasa penuh kecewa yang besar. Aku menatap semua bingkai dikamarku dan tertuju pada bingkai seorang gadis bergaun biru. Aku mirip bingkai itu yang juga kecewa dengan wajah murung yang menatap hijaunya rumput dibawahnya. Dinding-dinding kamarku memang telah dipenuhi dengan bingkai-bingkai, alasannya ialah setiap bingkai yang saya miliki, mirip mampu menggambarkan apa yang sedang saya rasakan.

Keesokkan harinya, saya merasa kurang bersemangat untuk bersekolah hari ini. Aku hanya termurung dimejaku, tidak memperdulikan apa yang sedang dijelaskan oleh guru. Hingga istirahat tiba, saya memutuskan untuk mengisi kekosongan yang ada didalam perutku. 

Saat menoleh sekitar saya melihat Chloe memperhatikanku dari daerah duduknya, sambil menyantap semangkok bakso.

“Ini anak kenapa sih? Dilihatin malah ngelak, gak lihatin malah lihat lagi. Aneh banget” Pikirku

Kembali dari kantin, saya menuju ke kelas tanpa memperhatikan teman-temanku yang sedang asik ngobrol di emperan kelas. Saat hendak terduduk, saya melihat suatu pita yang menjulur keluar dari laci mejaku. Aku menariknya dan ternyata itu ialah sebuah surat kecil berwarna merah dengan goresan pena singkat namaku di surat tersebut. Aku pun membukanya

“Untuk H.
Mungkin ini waktunya saya untuk memberikan apa yang saya simpan selama ini. Aku memberanikan diri membuat surat kecil kepadamu, setelah saya terdorong semangat yang diberikan oleh teman-temanku. Kamu percaya dengan adanya cinta sejati? Kalau kau percaya, mungkin kau akan menemukan orang yang punya rasa cinta mirip itu kepadamu selama setahun lamanya. Kamu kenal denganku, orang yang sering memperhatikanmu selama ini, tanpa kau sadari lamanya, sulitnya dan usaha ku mencoba untuk menerima perhatianmu.
C.”

Begitulah isi dari surat yang kubuka secara hati-hati dan kusimpan lagi dengan rapi dalam kantong celanaku. Aku bangkit dengan ambisi untuk mencari pribadi orang yang mengirimkan surat ini kepadaku. Aku berjalan melewati lorong sekolah dan tiba di kelas 2-5, melihat wanita berambut pendek dengan pejepit rambut kuning di sisi kanannya.

“Hai, Chloe”
“Ha….i” Suara gugupnya ketika saya duduk disebelahnya
“Makasih ya atas suratnya. Mungkin ini saatnya juga saya memperhatikan orang yang sudah lama suka kepadaku. Hanya satu yang saya tahu dan itu ialah kamu, Chloe” 
“…..”
“Aku percaya dengan adanya cinta sejati. Kamu juga percayakan dengan adanya cinta sejati?”
“Ya, saya percaya dengan hal itu”
“Kalau begitu, saya ingin pertanda adanya cinta sejati itu dan saya harap kau mau bersama denganku untuk membuktikannya”

Aku menunggu beberapa detik, hingga ia alhasil menjawab harapanku dengan nada yang sedikit rendah dengan wajah merah sambil memandang buku tulis dimejanya.

“Iya, saya akan bersamamu untuk membuktikan”

Selama waktu berjalan kedepan, saya dan Chloe akan pertanda adanya cinta sejati. Jika memang cinta sejati itu ada, maka Chloe ialah orangnya. 

Semenjak itu saya menjadi sadar dengan diriku, bahwa saya memiliki pendirian yang egois, yang tidak peduli untuk mengetahui wacana seseorang yang telah mencintaiku selama setahun lamanya.

Aku pun menulis catatan kecil yang
kubuat di kamarku yang sunyi dan ku hias dengan bingkai persegi kecilku. Catatan yang menggambarkan hebatnya seorang wanita berjulukan Chloe dan juga bingkai terakhir yang akan menutupi setiap inci dari dinding-dinding kamarku.

“Selama apapun, sesulit apapun, dan seberapa keras perjuanganmu. Untuk tetap percaya dan bertahan dengan apa yang kau rasakan. Adanya cinta sejati, akan membuatmu mengerti untuk saling melengkapi satu sama lain. Akan ku ingat selalu catatan kecilku ini di lubuk terdalam hatiku”

Profil Penulis:
Seorang pelajar baper yang hidupnya dipenuhi dengan hal-hal yang romantis. 
Previous
Next Post »