Rasa Yang Tertinggal Karya Sri Wahyuni

RASA YANG TERTINGGAL
Karya Sri Wahyuni

“Aku juga dong, saya kan duluan”
“Aduuhhh, antri dong kalau mau foto, saya juga mau tahu”
“Please deh, jangan dorong-dorong deh”

Suara teman-temanku yang berebutan minta tanda tangan dan foto bareng sama pemain Timnas U15. Yapz, pemain Timnas U15 gres saja tiba dari Makassar. Mereka datang kesini karna ada 2 pemain Timnas U15 yang berasal dari kota saya sekaligus bakal debut dengan Gaswa, tim bola terbaik dikotaku. Aku hanya tersenyum melihat tingkah mereka yang saling berebutan minta foto bareng, serasa lagi ketemu artis  aja. Maklum aja sih, pemain Timnas U15 itu cakep-cakep terus berasal dari aneka macam provinsi.

Aku yang  tak mampu berebutan bersama sahabat ku, melangkahkan kaki ku tuk menjauh dari area tersebut. Sedikit kecewa sih tak dapat foto bareng dengan pemain Timnas U15, tapi kalau melihat situasi ibarat itu. Mending saya mundur saja, mungkin belum waktunya kali foto bareng pemain Timnas U15.

Aku pun menjauh dari area tersebut, sesekali menoleh kebelakang berharap rebutannya bakal berkurang. Namun, ternyata malah makin bertambah. Aku pun semakin mempercepat langkahku dengan kepala menuduk. Sampai-sampai saya tak sengaja menabrak seseorang.

“Ehh..,maaf ya. Aku gak sengaja. Yaaa.., minumannya tumpah” kataku penuh penyesalan
“Iyya, gak apa-apa kok” tersenyum kepadaku
“Maaf banget ya, saya ganti minumannya deh sebagai ajakan maaf aku. Gimana??”
“Hmm..,ok deh”

Walaupun saya gak tahu perjaka itu siapa, tapi saya merasa bersalah jikalau tak mengganti minumannya yang tumpah gara-gara aku.

Di trotoar

“Kamu kok gak gabung bareng mereka yang berebutan minta foto juga. Kamu gak mau minta foto bareng pemain Timnas U15” tanyanya padaku
“Malah mau banget sih, tapi gimana ya. Kalau rebutannya sebanyak itu, saya mah gak mampu atuh”kataku
“Sini hp nya”
“Mau ngapain??”
“Kamu gak mau foto bareng sama aku? saya kan pemain timnas juga”
“Terus kok kau gak gabung ke sana??”
“Yaa.., tadi saya haus jadi pergi beli minuman. Lagiankan disini ada kamu”
“Hahahaha.., ada-ada aja kamu. ohh iyya, nih” kataku gak percaya sambil menawarkan hp saya kepadanya

Ternyata perjaka didekatku ini pemain Timnas juga, pantas aja saya gak ngenal wajahnya. Awalnya saya kira sih beliau perjaka dari sekolah lain, gak tahunya pemain Timnas. Ini mah namanya ULTRAREJEKI. Tanpa rebutan mampu foto bareng juga, satu mah gak apa-apa asal foto bareng pemain Timnas. Cakep lagi. Hahahaha.

“Aduuhh.., makasih ya udah foto bareng ma aku”
“Iyya, makasih juga udah dibeliin minuman”
“Iya, kalau gitu saya balik ya” kataku sambil berdiri dari dudukku
“Iyya hati-hati ya”
“Ok”

Aku pun melangkahkan kakiku berjalan meninggalkan dia. Belum 3 langkah saya melangkahkan kakiku, beliau memanggilku. Aku pun terhenti,namun tak menoleh kepadanya.

“Nama kau siapa??”
“Melodi” kataku melanjutkan langkahku

Belum sempat lagi saya melangkah, beliau memanggil namaku lagi. Akupun terhenti. Kudengar bunyi langkah kakinya berjalan kearahku. Dan akhirnya, beliau berada sempurna didepanku. Aku diam membisu, tak dapat berkata apa-apa. Hening. Beberapa saat. Dan..

“Mel, boleh minta nomor hp kamu??”
“Hah??” kataku heran
“Aku boleh gak minta nope kamu?” beliau mengulang pertanyaannya

Aku yang tak mampu berkata apa-apa, hanya mampu menawarkan hpku. Dia pun meraihnya dan menulis nomornya dan menghubungi hp nya.

“Yapzz., ini hp nya. Aku udah save nomor saya disitu. Makasih ya” beliau mengembalikan hp aku

Aku hanya membalas dengan anggukan, seraya pergi meninggalkan nya.***

Pagi ini, disekolahku khususnya dikelas aku. Trending topiknya yaitu Timnas U15. Tampak terang kuliat mereka pada pamer foto-fotonya dengan pemain Timnas U15 sambil bercerita sana-sini perihal Timnas U15. Aku hanya menggeleng-geleng kepala melihatnya menuju daerah dudukku yang paling depan. Lalu duduk sambil membaca buku pelajaranku.

Tampak terang ditelingaku, bunyi teman-temanku yang dengan bahagianya bercerita perihal pemain Timnas itu. Sampai-sampai ada yang tidak konsen belajar. Hingga bel jam pulang berbunyi, topik itu masih hangat diperbincangkan.

Aku segera membereskan perlengkapanku. Teman-teman ku sudah pergi 5 menit yang lalu, mereka terlalu buru-buru pulang gara-gara takut gak kedapatan kursi distadion nanti. Karna sore ini Timnas U15 akan debut dengan Gaswa. Berbeda dengan diriku, saya dengan santainya berjalan tanpa terburu-buru. Jujur saja, saya tak berniat untuk pergi nonton bola. Bukannya saya gak suka ya, tapi percuma juga pergi ke sana. Toh, disana bakal penuh dengan cewek-cewek ganjen.

Sampai dirumah, ku rebahkan diriku diatas kasur kesayanganku. Lelah juga, selama 15 menit dalam perjalanan pulang jalan kaki dengan panas matahari yang makin menjadi-jadi akhir pemanasan global. Karna terlalu capek, saya pun terlelap dalam tidurku dan gak sadar kalau sudah waktunya ashar.

Sebenarnya saya masih ingin terlelap dalam mimpi indahku, tapi bunyi dering hpku memaksaku untuk bangun. Aku gak tahu, siapa yang menelpon sore-sore begini. Kayak gak ada kerjaan lain. Dengan malasnya saya meraih hpku yang tergeletak tak berdaya disamping daerah tidur. Sambil mengucek-ngucek mataku, saya mengangkat telpon tersebut tanpa melihat nama yang tertera dilayar hpku.

“Halo” kataku
“Assalamu’alaikum, Melodi” sapa seorang perjaka diseberang sana
“Wa’alaikumussalam, ehh.., kau yang kemarin itu ya” tanyaku tak percaya
“Iyya, saya Candra. Kamu pasti gres bangun ya??”
“Ihh.., kok tahu sih. tumben nelpon, inikan waktunya kau tanding”
“Iyya, justru itu saya nelpon kamu”
“Emang ada apa??”
“Kamu datang ya ke stadion buat nonton aku. Pleaseeee...!!”pintanya
“Aduuhh.., gimana ya. Disana pasti udah ramai, saya gak mampu Candra” tolakku
“Please Mel, saya pengen kau datang buat liat aku. Aku butuh support dari kamu. Please.., datang ya. Aku tunggu di depan stadion deh”
“Hmmm..., gimana yaaa”
“Kali ini aja Mel, ini kan pertandingan pertama dan terakhir saya disini. Masa kau gak mau liat saya sih”
“Iyya deh, saya kesana. 15 menit lagi”
“Makasih ya Mel”katanya seraya menutup telpon

Aku pun segera berganti baju, dengan sedikit polesan make-up diwajahku. Kalau saja, beliau gak ngemis-ngemis minta saya liat beliau tanding. Aku mah ogah pergi kesana, menyaksikan cewek-cewek ganjen yang teriak kayak mak lampir itu. Huuffttt.., dasar-dasar.***

Deretan motor yang tertata rapi diparkiran, membuatku yakin kalau didalam sana telah penuh dengan penonton. Khususnya para cewek-cewek ganjen. Setelah membanyar ongkos, akupun turun dari angkot yang kutumpangi itu. Seraya melangkah menuju area tersebut, didepan sana tampak kuliat terang sosok pria dengan pakaian bola merah-putih sedang menunggu seseorang. Akupun menghampiri pria itu.

“Heeiii.., nunggu apa pak”
“Ehh.., Melodi. Akhirnya kau datang juga”

Tiba-tiba, seorang perjaka dengan seragam yang sama menghampiri Candra sambil berkata

“Ehh..,Cand. Ternyata kau disini, pelatih dari tadi nyariin kau tuh.”
“Okk.., saya segera kesana. Mel yuk masuk” ajaknya sambil menarik tanganku

Akupun mengikutinya dari belakang, tatapan gila dari penonton yang melihat kearah kami membuatku menjadi tidak nyaman dengan pemandangan ibarat ini.

“Mel, kau duduk sini ya nonton aku”
“Aduuhhh., Candra. Disinikan tempatkan para pemain Timnas U15, lah saya kan Cuma penonton. Aku ke atas aja ya”
“Please Mel, kau disini aja ya. Disini gak apa-apa kok, saya uda ijin sama pelatih aku”
“Yaa.., sudah deh. Aku semangat ya Cand” kataku tersenyum
“Makasih Mel, saya kesana dulu ya” katanya sambil berlari kearah tengah lapangan

Debut antara Timnas U15 dan Gaswa telah dimulai, penyerang dari Timnas U15 membawa bola. Namun, tak disangka bola itu berhasil direbut oleh penyerang Gaswa. Jelas kuliat wajah Candra tampak cemas melihat hal itu, yang mana penyerang dari Tim Gaswa kini menuju kearahnya dengan membawa bola lalu menendangnya kearah gawang. Dan.., syukurnya. Candra dapat menangkap bola tersebut. Aku yang melihatnya menjadi gemetar saja, apalagi pemainnya. Selama 45 menit, debut antara Timnas dan Gaswa masih 0-0. Dan tibalah sang wasit membunyikan peluitnya tanda istrahat.

Kedua tim pun kembali ke daerah istrahat sambil merencanakan taktik baru. Aku yang sedari tadi memegang sebotol air mineral menyondorkan ke Candra yang duduk istrahat disampingku

“Nih, pasti kau belum minum kan” kataku sambil berdiri dari kursi lalu duduk disamping Candra direrumputan
“Makasih ya” kata Candra meraih air mineral itu dan meminumnya
“Nih sapu tangan, wajah kau keringetan tuh” ku sondorkan sapu tangan milikku padanya
“Ohh yaa”
“Iyyaa.., sini biar saya yang lapin”

Akupun mengelap wajahnya yang penuh dengan keringat. Tak sengaja mataku dan matanya beradu pandang hingga terjadilah contac eyes beberapa detik. Sempat membuat jantungku berdebar kencang. Segera ku alihkan pandanganku.

“Kamu kenapa Mel”
“Enggg.. gak kok” kataku segera berhenti mengelap wajahnya
“Makasih ya, saya ke pelatih dulu ya..”
“Iyyaaa.. fighthing Candra. kau pasti bisa” teriakku melihat ia bergabung kepelatihnya

15 menit telah berlalu.

Rasa Yang Tertinggal Karya Sri Wahyuni

Kedua tim pun kembali debut ditengah lapangan. Pertandingan semakin sengit, karna masih skor 0-0. Namun, pada detik-detik terakhir Timnas U15 mencetak gol 4 kali. Sehingga skornya 4-0, hingga wasit meniupkan peluitnya tanda permainan telah selesai.

Sorak penonton semakin menjadi-jadi bahagia atas kemenangan Timnas U15. Tak kalah dengan teriakan cewek-cewek ganjen yang membuat bulu kundukku merinding. Dasar cewek alay. Kataku dalam hati.

Para pemain Timnas U15 bersorak besar hati dan bersujud ditengah lapangan atas kemenangan yang ia capai. Tak lama kemudian, para penonton turun kelapangan untuk minta foto bareng Timnas U15. Terutama para cewek. Saling rebutan sana sini deh jadinya. Aku hanya memerhatikan dari jauh. Kuliat seorang pemain Timnas U15 berlari ke arahku. Sudah ku duga, kalau itu yaitu Candra. Disaat dirinya pengen direbutin sama cewek buat foto bareng, beliau malah kabur ibarat ini. Dasar perjaka aneh.

“Kabur lagi” kataku ketika ia sampai
“Capek ya, nih minum” kataku lagi menyodorkan mineral

Ia meraihnya dan meminumnya. Lalu duduk direrumputan dibawah tribun. Akupun melaksanakan hal yang sama. Menyaksikan bawah umur yang masih sibuk ditengah lapangan. Hening. Beberapa menit, sibuk dengan pikiran masing-masing. Dan akhirnya, saya memulai pembicaraan..

“Selamat ya”
“Iyya mel, ini berkat kau karna udah datang nonton aku”
“Itu karna kemauan dan kerja keras kau Cand, kau harus mampu meraih keinginan kau dan mengharumkan nama bangsa. Ok”
“Iya Mel, saya janji”
“Cand, kayaknya saya harus balik. Bentar lagi mau magrib” kataku sambil melihat jam tanganku
“Aku antar ya”
“Enggak usah deh, kau kan harus ngumpul bareng tim kamu. Aku gak apa-apa kok”
“Hati-hati ya Mel”
“Iyya”

Mentari sore itu, kini perlahan mulai tak menampakkan sinarnya. Tenggelam dibalik cakrawala bersama dengan sejuta rasa yang terpendam.***

Minggu pagi ini, saya merasa enggan melaksanakan aktivitas. Aku masih ingin bersemayam dibalik selimutku. Namun, bunyi bunda yang membuatku harus bangun pagi. Padahal, hari ini libur. Setelah mandi, ganti baju. Aku pun keluar dari kamar kesayanganku.

“Kamu kok lama banget sih Mel, liat tuh sahabat kau sedari tadi udah nungguin kamu. Susah banget sih dibangunin??” omel bunda padaku
“Hah?? Teman bun??” kagetku. Tumben-tumbenan ada temanku yang datang pada hari minggu, biasanya juga kalau ada perlu pasti ngasih kabar dulu, ada apa ya. Batinku.
“Iyyaa..  tuh diluar. Disamperin gih”

Segera ku samperin orang yang dimaksud Bunda. Dann...

“Candra..”
“Selamat pagi Mel”
“Ehh.., kok kau tahu sih rumah aku” heran ku
“Iyyaaa.., saya nanya sama sahabat sekolah kamu. Kaprikornus saya tahu deh”
“Sampai segitunya, emang ada apa sih Cand” tanyaku sambil duduk disofa dekat Candra
“Aku mau ajak kau jalan-jalan seharian hari ini. Mumpung waktu luang, kau mau kan??”
“Iyya deh, saya siap-siap dulu ya”
“Gak usah, kau udah cantik kok pakai baju itu”
“Ahhh.., kau tuh ya. Kerjaan nya Cuma ngegombal aja. Kalau gitu saya pamit dulu ya sama bunda” kataku
“Sipp deh”

Setelah pamit sama bunda, saya pun pergi bersama Candra. Seharian ini, kami jalan-jalan keliling kota. Banyak hal yang kami lakukan, pergi ke Mall, toko buku, pelataran, dan pantai. Kami sangat menikmatinya, sampai-sampai tak sadar kalau hari sudah berganti malam, terakhir kami kunjungi yaitu taman. Kami duduk dibangku pojok taman sambil memandangi bintang yang berkelap-kelip di langit. Aku sangat menikmati malam ini

“Mel..”
“Ya”
“Aku pengen malam ini menjadi malam yang panjang buat aku, semoga saya mampu lebih lama didekat kau Mel”
“Hahahaha.., kau ada-ada aja ya Cand”
“Aku serius Mel, saya pengen berada lebih lama didekat kamu”

Beribu pertanyaan yang muncul dibenakku, namun saya tak berani mengajukannya kepada Candra. Aku berpikir ada sesuatu yang disembunyikan Candra dari aku, walau saya gres saja dekat dengannya. Tapi, saya merasa sudah lama kenal dengannya.

“Mel..,” katanya lagi
“Mm”

Aku menoleh padanya, dan tak sengaja mataku dan matanya beradu pandang. Getaran itu, ya Tuhan.. Getaran itu kembali lagi, ada apa dengan saya ini?? apa aku??? Ahhh.., tak mungkin. Aku gres saja kenal dengan dia. Gak mungkin saya suka sama dia, yaaa gak mungkin. Aku harus menepis semua rasa ini, ini bukan Cinta. Yakin lah Mel, ini bukan Cinta.

Tiba-tiba bunyi gemuru terdengar.

“Kayak nya mau ujan, saya antar kau pulang ya”

Aku hanya mengangguk tanda setuju, dalam perjalanan pulang semua diam membisu. Suasana menjadi cangggung, hanya bunyi gemuru yang sesekali terdengar memecah keheningan kami berdua. Malam semakin larut, hanya satu atau dua kendaraan yang lalu lalang dijalan raya. Menyusuri jalan setapak yang semakin sunyi.

“Cand, makasih ya udah anterin”
“Iya, sama-sama”
“Hmm.., gak mampir dulu”
“Gak usah mel, nanti keburu ujan. Aku balik ya”
“Hati-hati Cand” ucapku seraya masuk kedalam rumah.

Pagi ini, ibarat biasa. Rutinitas sekolahku berjalan ibarat biasanya. Saat saya ingin masuk ke kelas tiba-tiba seseorang memanggilku.

“Mel” saya menghentikan langkahku dan berbalik menoleh siapa yang memanggilku dan ternyata Shiren, tetangga kelasku
“Ada apa Ren”
“Aku Cuma anterin ini buat kamu” sambil memberikanku semua kotak
“Buat aku?? Dari siapa Ren??” tanyaku heran
“Dari Candra”
“Candra?? kok mampu hingga kau yang anter??” tanyaku semakin heran
“Kamu gak tahu ya, hari ini kan Candra udah balik lagi ke Makassar buat persiapan ke Malaysia. Kalau duduk perkara kotak itu saya juga gak tahu Mel, beliau Cuma bilang tolong kasih Melodi karna mungkin saya gak sempat ketemu dia”jelasnya

Tanpa berpikir panjang lagi, saya segera berlari keluar halaman sekolah menyusul Candra. Aku semakin mempercepat langkahku untuk berlari, berharap saya mampu bertemu dengan Candra untuk yang terakhir kalinya. Lelah, haus tak kuhiraukan. Dipikiranku hanya satu yaitu bertemu Candra. Namun, perjuanganku sia-sia. Mobil rombongan Candra telah pergi bersamaan dengan diriku hingga di depan hotel. Aku pun tersungkur ke tanah. Air mataku mengalir dengan derasnya ditengah derasnya hujan, saya memanggil namanya..

“Candraaaaaa.......”teriakku

Tak kuhiraukan perhatian orang yang lalu lalang melihatku. Kini sekujur tubuhku lembap dengan air hujan. Akupun berusaha untuk berdiri dan berjalan tertatih menuju daerah untuk bertedu..

Ku buka kotak sumbangan dari Candra, kuliat sebuah liontin cantik berbentuk hati yang didalamnya terdapat fotoku dan fotonya waktu kali pertama saya berjumpa dengannya. Dan sepucuk surat, saya membuka surat itu..

Dear Melodi..,
Maaf ya, saya pergi gak bilang-bilang, saya terpaksa melaksanakan ini Mel,  aku gak mau kau liat kepergianku karna itu akan membuat saya sakit dan gak ingin ninggalin kau Mel.
Mel.., ada sesuatu yang ingin ku katakan padamu.., sejujurnya.. saya suka sama kau Mel.. saya sayang kau Mel.. saya cinta sama kau Mel..
Tapi.., saya juga harus mengejar impianku Mel dan mengharumkan nama bangsa. Seperti yang kau katakan waktu itu distadion.
Jika keinginan saya tercapai.., saya ingin menemuimu Mel.., saya gak peduli seberapa jauh dan  seberapa lama kita berpisah.. asal ketika saya bertemu dengan mu, kau menjadi milikku mel..,
Mel.., biarkan saya mencintaimu.. menjadikanmu sebagai motivatorku.. saya sayang kamu.. Aku harap kau mampu nungguin saya Mel...
Candra

Aku terisak membaca surat dari Candra. Aku akan menunggu mu Cand. Biarkan saya mencintaimu dengan keadaan ibarat ini. Aku yakin akad cinta suci tak akan pernah salah. Batinku.

Hujanpun kini telah berhenti, mataharipun perlahan tenggelam. Tanda malam segera tiba. Ku langkahkan kakiku telusuri jalan setapak dalam keadaan lembap kuyup akhir kehujanan tadi. Dalam hatiku telah berjanji akan menunggunya, seberapa lamapun, 1 tahun, 5 tahun, 10 tahun, hingga menutup matapun saya sanggup. Asal bersamanya membuatku bahagia. Karna rasa yang tertinggal telah bersemayam dengan cantik didalam qalbuku.. ***

END

Profil Penulis:
Nama : Sri Wahyuni
N.P : Uni
TTL : Palekoreng, 8 Maret 1999
Kelas : XII IPA 2
Sekolah : SMA Negeri 3 Wajo

Previous
Next Post »