Petuah Wanita Tuaf Karya Edi Purwanto

PETUAH SI WANITA TUA 
Karya Edi Purwanto

Saat sang mentari masih tipis-tipis menampakkan senyumnya, saya dan Ansori sudah duduk kalem di warung kecil milik Bu Minah. Duduk di bangku kayu di dalam warung kecil berdinding  ayanyaman bambu yang sudah berusia agak tua. Sesekali saya menarik napas panjang sembari menikmati segarnya udara pagi. Dengan senyum nrimo Bu Mina menyuguhkan segelas kopi hitam untuk kita nikmati.

"Ini cong di minum berdua, model anak santri segelas berdua" 

Kami pun sontak dan serempak mengucapkan terima kasih. Tanpa ragu-ragu Bu Minah juga menawari segelas kopi untuk tetangganya yang tengah asyik menyapu bersih halaman rumahnya. tegur sapa dan senyum saling terlontar diantara kami. Ya memang benar sosok wanita yang kurang lebih berusia 50 tahun ini terbilang cukup ramah dan mudah bersosialisasi. dan berkat kebaikan hatinya kami pun akibatnya menikmati secangkir kopi hitam dengan gratis.

Wanita berbaju batik ini memang sering kali menawarkan kita bonus setiap kali kita membeli lauk untuk makan kami anak kots yang masih KKL di Pengadilan Agama dan Negeri Bondowoso ini.

Tanpa sengaja saya dan Ansori mulai larut dalam topik masa depan. Saya memberikan kebingungan saya sebagai anak satu-satunya dalam keluaga  juga mempunyai cita-cita untuk mencapai karir puncak di tanah manapun yang menjanjikan. sementara hati juga berat meninggalkan tanah kelahiran tempatku di besarkan dan orang tuaku tinggal. Sebagai anak satu-satunya, saya mempunyai kewajiban untuk merawat ayah dan ibuku di kala renta nanti.

Petuah Wanita Tuaf Karya Edi Purwanto

Di tengah kebingunganku itu Bu Minah menyela pembicaraan kami

"Kamu anak tunggal?" tanya Bu Minah
"Iya Bu, Sebenarnya saya punya kakak tapi kakak saya lahir dalam kondisi sudah tidak bernapas" Jawab saya
"Berarti anak ke dua ya. Kenapa gak suruh bikin adek lagi?"
"Saat melahirkan kakak saya itu sangat sulit sekali bu. dan itu juga terjadi ketika akan melahirkan saya. akibatnya dokter menganjurkan untuk tidak hamil lagi"
"Perjuangan ibu sangat sulit, mereka bertaruh nyawa disitu"
"Iya bu"
"Saya dulu juga dikala melahirkan anak pertama sakit perutnya sampek 3 hari. dan pada hari rabu jam 00.00 saya melahirkan. akan tetapi Anak saya tidak mampu diselamatkan"
"Sulit juga berarti ibu dikala melahirkan. terus sekarang Ibu punya anak berapa?"
"Alhamdulillah, anak ibu sekarang sudah dua, makanya jangan sampek membuat orang renta itu marah , apalagi sampek membuat  seorang ibu kecewa. yang dikhawatirkan itu alasannya yaitu saking marahnya sampek mengeluarkan kata-kata yang bahasa kasarnya mampu bisa dibilang mengutuk anaknya".
"Iya betul itu bu"
"soalnya begini dek. saya pernah menyaksikan sendiri waktu masih kecil. alasannya yaitu saking marahnya seorang ibu sama anaknya sampek keluar kata "Semoga kau tidak selamat" dan akibatnya selang beberapa lama anak itu beneran tidak selamat. Akhirnya meninggal dunia alasannya yaitu terkena penyakit biduran yang parah".
"Astaghfirullah. Naudhubillah semoga saya di jauhkan dari hal ibarat itu bu"
"Dan Alhamdulillah bawah umur saya juga patuh-patuh semua dan tidak pernah durhaka"
"Berati ibu yang andal mendidiknya"
"Tergantung anaknya juga. bawah umur saya gak pernah bentak-bentak saya. suatu dikala anak saya pernah tak tegur sama saya. Terus dia agak megernyitkan dahinya menunjukan tidak setuju. saya akibatnya menanyakan kepadanya kepada melihat ibu dengan wajah tidak enak ibarat itu dan memberikan bahwa saya ibunya dengan agak nada sedikit tinggi. alasannya yaitu mungkin anak saya tidak ingin berkata kasar, anak saya lari dan menguci diri di kamarnya sambil nangis-nangis. alasannya yaitu saya juga marah dan saya juga males ngomel-ngomel terus, sayapun juga kemar dan menguci diri. tak lama kemudia terdengar bunyi ketukan pintu dan bunyi anak saya yang merengek-merengek meminta maaf ke saya dan bejanji tidak akan pernah lagi ngambek ke saya. ya alhamdulillah saya mampu menahan kata-kata kutukan untuk diucapkan."
"Masalah apa itu bu" tanya saya saking penasarannya
"Masalah wanita. biasanya yang mampu membuat anak durhaka kepada kepada ibunya salah satunya yaitu wanita. makanya hati-hati kalau memilih wanita. carilah wanita yang baik. semoga kalian juga senantiasa menjadi orang baik".

Tidak terasa segelas kopi yang disuguhkan tadi sudah habis kami seruputi sambil mendengarkan Ibu Minah berbicara. Kami tidak sadar pula bahwa pesanan yang kami minta sudah siap dan dibungkus rapi dengan palstik oleh bu Minah. akibatnya kami pun berterima kasih ke bu Minah. saya dan Ansori bergegas menuju sepeda motor untuk segera kembali ke kotsan, Mengingat kami sudah di tunggu oleh teman-teman yang lainnya untuk sarapan pagi. di sepanjang perjalanan, hati dan pikiran saya masih merenungi perihal perkataan Ibu Minah. bagaimana semoga menjadi anak yang berbakti kepada kedua orang renta kita. selama ini mungkin saya hanya banyak mengeluh dan kurang bersyukur telah di rawat dengan penuh kasih sayang oleh kedua orang tua. dan dengan apa saya mampu membalas kebaikann mereka.

Selama ini mungkin saya hanya mengeluh dan berandai-andai kalau orang renta kita ibarat ini dan ibarat itu tanpa menyadari betapa sulitnya mereka merawat, memenuhi kebutuhan, menyayangi, dan memikirkan masa depan saya. mereka tidak akan berfikir dua kali demi kebaikan anaknya. kemudian pertanyaannya yaitu bagaimana dengan saya apakah akan melaksanakan hal yang sama untuk kebaikan mereka ataukah masih berfikir seribu kali untuk melakukannya.

Saya juga berterima kasih kepada Tuhan yang telah menawarkan petunjuk kepada saya melalui Bu Minah. Bu Minah memang orang biasa.  Beliau hanya wanita separuh baya, tapi menurut saya, perkataannya dia sangatlah luar biasa.

"Bukankah Nabi telah bersabda bahwa yang harus kita perhatikan yaitu apa yang disampaikan bukan siapa yang menyampaikan"

Profil Penulis: -
Previous
Next Post »