Perbedaan itulah yang kemudian mengakibatkan interaksi dan saling melengkapi di antara kita. Namun tak jarang juga yang menggunakannya untuk tujuan eksploitasi. Sekali lagi karena kita UNIK!
Berbeda dengan hewan, Manusia dibekali logika untuk dapat mereduksi luapan nafsu yang menggebu-gebu. Pun demikian halnya dengan malaikat, insan berbeda karena lagi-lagi kita dibekali logika dan pikiran untuk iseng-iseng membangkang dengan perintah Tuhan, bahkan tak jarang melaksanakan pemberontakan ala revolusi. Itulah MANUSIA, dan itulah KITA.
Setelah memulai dengan dua paragraf pembuka yang secara halus (mungkin) menggambarkan realitas akan siapa diri kita, tetapi pertanyaannya sudahkan anda tau siapa diri anda?
Maka dari itu, marilah kita lebih mengenal siapa gerangan diri ini yang sering disebut-sebut sebagai insan dengan banyak sekali atribut yang melekat dalam setiap diri. Ada yang menyebut kita insan sukses, insan gagal, insan bajingan, insan setengah dewa, hingga dengan insan setengah ebles. Ya, apapun sebutan itu, alangkah baiknya kita semua merenungi who are we (Siapa diri kita), yang saya rangkum sebagai cara bijak mengenali diri..
# Kita Tak Lebih Dari Sekedar Tetesan Air Mata Di Tengah Samudra
Tetapi menyerupai itulah analogi yang pas untuk menggambarkan hakikat kita sebagai insan kalau dikomparasikan dengan semesta dan Sang Khalik tentunya.
Bayangkan dalam sebulan mungkin hanya ada satu orang yang akan memilih lautan menjadi kawasan linangan air matanya. Seberapa banyak tetesan air mata yang ia jatuhkan kalau dibandingkan dengan keseluruhan volume air laut, maka menyerupai itulah diri kita sebagai manusia yang kadangkala merasa congkak dan besar, padahal kita hanyalah makhluk kecil nan kerdil.
# Musuh Terbesar Kita Adalah Diri Sendiri
Setelah mengetahui hakikat kita yang ternyata sangat dan amat kerdil, selanjutnya kita harus tau apa gerangan yang ada dalam diri kita yang senantiasa mensugesti setiap langkah dan hidup kita. Dan ternyata, yang ada dalam diri itu yaitu diri kita sendiri. Artinya segala sesuatu yang anda lakukan tidak akan terlepas dari pengaruh dan pertimbangan diri. Sehingga jangan heran kalau kadangkala kita merasa berani, namun tak jarang kita merasa kecut. Hal ini tidak lain karena apa yang anda hadapi yaitu diri anda sendiri.
Saat kita ingin pergi beribadah, bukankah rasa malas yang berasal dari diri kita yang menjadi penghalang? ketika kita dicaci maki orang lain,bukankah kemarahan yang berasal dari diri kita yang mengubah kita menjadi sosok yang membalas perbuatan tersebut?
Ketika kita takut kepada seseorang, padahal kita telah melaksanakan suatu hal yang benar ( setidaknya menurut pikiran kita sendiri ), hanya karena orang tersebut atasan kita. Bukankah rasa takut yang muncul dari dalam diri kita yang menjadi pembungkam kita untuk mengatakan hal yang benar tersebut?. Itulah mengapa diri kita yang menjadi musuh kita sendiri, karena pada kenyataanya,sering kali diri kita sendiri yang mencari masalah ataupun sumber kegagalan yg nantinya kita hadapi.
Oleh alasannya itu, sebelum kita memutuskan untuk berlayar dan mengarungi samudra yang bergelombang, alangkah baiknya kalau diri kita telah siap dan tidak ada yang namanya ketakutan akan angin ribut dan apapun yang nantinya akan menghalangi pelayaran kita. Kalahkan ketakutan lalu bentangkan layar anda, karena sekali anda berlayar tidak ada alasan untuk kembali karena badai. Sebab lebih baik karam dalam kemuliaan daripada kembali dengan kehinaan, Setuju?
# Sombong Adalah Sumber Kemacetan Lalu lintas Hidup
Sikap sombong muncul dikala kita merasa diri lebih baik dan lebih cerdas serta lebih tinggi dibandingkan orang lain. Orang yang sombong hanyalah orang guoblok yang tidak mengenal falsafah hidup "Di atas langit masih ada langit."
Kalau kita sering memposisikan diri sebagai insan yang paling baik dan paling berbakat, jauh melebihi insan lainnya, maka hanya ada satu sebutan baginya ketika bertemu dengan orang yang jauh lebih baik, lebih hebat, dan lebih berbakat. Setruk!
Nah gimana gak setruk (stroke) tiba-tiba ada satu makhluk yang mampu menyaingi dirinya. Makhluk yang entah dari mana datangnya tiba-tiba masuk dan menghantui kehidupan si orang sombong ini. Dulu ia dikenal dimasyarakat sebagai orang nomor satu, tetapi sekarang nomor sepuluh pun tidak. Dulu mungkin ia dianggap sebagai orang paling cerdas, tetapi sekarang kecerdasannya tidak lain hanyalah kebodohan yang terselebung.
Ya sudahlah mungkin ia lupa atau mungkin ia lelah dengan banyak sekali duduk perkara hidup yang penuh dengan dinamika, ia lupa bahwa suatu dikala di harus gantian tinggal di emperan jalan menggantikan posisi gelandangan-gelandangan andal yang selama ini ia anggap sampah. Alhasil dirinyalah yang menjadi sampah beneren tanggapan dari kesombongan yang membuatnya terjebak dalam "kemacetan" selamanya. Hiks!
Oleh alasannya itu, hati-hati dengan diri anda, jangan hingga terjebak dalam kesombongan yang pada kesannya akan membuat anda sengsara. Jadilah insan yang tawadhu (rendah hati). Karena hanya dengan tawadhu anda akan disegani, dihargai, dan tentunya disukai banyak orang.