Kupakai Jilbabku Untukmu Ayah Karya Sandra Kirana

KUPAKAI JILBABKU UNTUKMU AYAH
Karya Sandra Kirana

Banyak orang bilang bahwa saya yaitu seorang anak tak tahu diri, malas dan suka keluar malam.

Namaku Atika Sari, saya hidup sederhana bersama ayah. Sedangkan ibu telah meninggal sesudah melahirkanku. Aku yaitu anak semata wayang ayahku. Ayah hanya bekerja sebagai supir bajaj. Tapi sejujurnya saya muak akan hidup ini. Mengapa saya tidak ibarat teman-temanku yang lain. Yang bisa membeli apa yang mereka inginkan. Aku merasa iri pada mereka, pada orangtua mereka yang bisa membahagiakan anaknya. Tapi aku? Ah sudahlah, rasanya itu tak mungkin terjadi padaku. 

Aku selalu diejek dan dihindari oleh teman-temanku alasannya yaitu saya tergolong orang yang miskin. Sejak dikala itu saya menjadi semakin benci pada ayah. Hal itu yang menimbulkan saya frustasi dan alhasil saya menjadi anak yang sering keluar malam tanpa arah dan tujuan. Bagiku, rumah itu serasa saya berada didalam neraka.

Saat itu, ayah sudah pulang kerja sekitar jam 18.47 saya hanya membisu dikamar. Dan tak lama, ayah memanggilku. Aku keluar dengan wajah malas, dan merengut.

"Ini bapak belikan nasi nak, makanlah" katanya dengan wajah lelahnya sambil menyodorkan sebungkus yang berisi nasi dan lauk pauk. Mendengarnya telingaku kembali panas, saya mengambil sebungkus nasi itu dari tangannya lalu saya banting ke lantai hingga nasi dan lauknya acak-acakan kemana-mana. Lalu saya kembali kekamarku. Aku benci, hingga kapanpun saya benci padanya. Benci alasannya yaitu beliau tidak bisa membahagiakan aku.

Untuk apa saya dirumah? Sedangkan saya selalu muak melihat wajahnya. Aku pun keluar malam hari, saya pergi dengan berjalan kaki tak tentu arah. Aku melihat segerombolan lelaki dan perempuan muda tengah asik berbincang-bincang disana. Akupun mendekati, saya tadinya sempat berpikir bahwa saya akan mendapat hinaan alasannya yaitu pakaianku yang lusuh ini. Tapi ternyata mereka baik, mereka ramah tak memilih-milih teman. Akupun ikut duduk bersama mereka. Sejak dikala itu saya selalu keluar malam setiap hari untuk berkumpul bersama mereka. Aku sering diberikan baju mengagumkan oleh mereka terutama para perempuan.

"Nih, gue bawain baju buat lo. Dipake ya" Kata Sella sambil menunjukkan baju dan sepatu tinggi itu.
"Waw, makasih ya. Lorang baik banget deh" jawabku bahagia.

Baju-baju yang sering mereka berikan padaku selalu saya pakai setiap saya berkumpul dengan mereka tiap malam ditaman. Baju yang sangat menarik bagiku, bahkan sekarang saya suka memakai pakaian seksi yang tak layak saya pakai.

Saat itu ayah melihatku pergi dengan pakaian yang baginya tak senonoh.

"Tika, mau kemana kau nak malam-malam begini? Jangan keluar nak, itu berbahaya bagimu. Dan jangan memakai pakaian itu nak. Berpakaian lah dengan sopan" Ujar ayahku.
"Udah deh pak, bapak gak usah sok nasehatin aku. Aku ini udah gede pak, bukan anak kecil lagi yang selalu bapak atur. Aku muak dirumah ini pak. Lebih baik saya pergi bersama teman-temanku! Bapak jangan pernah ngatur hidup aku!" kataku sambil menutup pintu keluar dengan keras.

Kupakai Jilbabku Untukmu Ayah Karya Sandra Kirana

Aku kembali berkumpul dengan teman-temanku. Dan itu membuatku semakin liar. Bahkan saya pernah tak pulang kerumah hingga esok hari. Aku terhanyut dalam suasana kegelapan malam yang bagiku itu yaitu kebahagiaanku. Hingga pada alhasil kesucianku pun hilang. Hilang akhir efek malam hari yang membuat hidupku merasa nyaman berada dalam suasana itu. Ayahku pun tak tahu bahwa saya telah menjadi anak yang sangat bandel sekali. Tetapi ayah selalu berkata padaku "sebaiknya kau memakai jilbab nak semoga auratmu tertutup" ucapannya yang selalu membuatku bising. Aku malah semakin tak mau melihatnya lagi alasannya yaitu saya malas mendengar ucapan itu. Selalu, selalu, dan bahkan setiap hari ayah berkata itu padaku. Aku hanya merengut dan selalu menjawab perkataan nya dengan amarah.

Hari ini, yaitu hari ulangtahunku. Aku berharap pacarku akan memberikanku kado. Tetapi, kenyataan tak seindah yang saya bayangkan. Aku malah diputuskan oleh pacarku. Dia bilang bahwa beliau punya pengganti lain yang lebib cantik dari aku. Hatiku sakit sekali. Ini semua alasannya yaitu ulah ayahku. Karena ayahku miskin sehingga tidak ada satupun orang yang benar benar menyayangiku.

Saat itu saya tengah menyebrang jalan menuju pulang alasannya yaitu jam sekolah telah usai. Aku melihat ayah disebrang sana sambil melambai-lambaikan tangannya sambil membawa sebuah kotak kecil berselimut kertas kado. Aku hanya terdiam, ayah mulai menyebrang dan mendekat kearahku. Tetapi dikala ia sudah berada ditengah jalan, terdapat kendaraan beroda empat Kijang dari arah berlawanan melaju kencang dan menumbur ayaku. Tak ada yang dapat menghentikan kejadian itu. Ayahku terkapar berlumuran darah. Tapi ia tetap menggenggap kado itu dengan erat. Aku terkejut dan mendekati ayahku dan orang orang disekitarku pun hingga menghampiri membentuk lingkararan. Aku terduduk, saya menangis terisak-isak. Aku menjerit. Saat dalam keadaan menangis, ayah berkata padaku sangat pelan ibarat bisikan.

"Tika, maafkan bapak alasannya yaitu tidak bisa membahagiakanmu. Bapak hanya bisa menunjukkan ini padamu nak. Bapak sayang kau nak" kata ayahku dalam keadaan makin lemah sambil menggerakan kado itu yang artinya ia memberikannya padaku. Seketika itu ayahku menghela nafas terakhirnya dengan mengeluarkan setetes air mata.
"Bapak, jangan tinggalin Tika pak. Tika gapunya siapa-siapa lagi selain bapak. Pak, maafin Tika pak. Maafin semua salah Tika yang membuat bapak sakit hati terhadap Tika. Pak, Tika minta maaf pak. Bangun pak. Tika sayang bapak." kataku dengan linangan air mata yang semakin menjadi. 

Kemudian jasad ayahku dimandikan lalu disholatkan. Aku menangis tiada henti dihadapan jasad ayahku. Saat sedang dikuburkan, saya semakin ingin memberontak. Hati sesak, ada beribu-ribu penyesalan yang saya rasakan dikala itu. Saat pemakaman selesai, saya pulang bersama dengan para tetanggaku yang mengantarkan. Saat sudah hingga dirumah, saya membuka kado pertolongan ayahku yang ternyata berisi jilbab dan mukenah serta selembar surat. Kubuka surat itu perlahan dan mulai membacanya.

Nak, maafkan bapak tidak bisa membahagiakanmu, maafkan bapak atas segala kekurangan bapak. Maafkan bapak telah membuatmu menjadi materi hinaan banyak orang. Maafkan bapak nak. Bapak pun sudah terlalu bau tanah dan lelah dalam menasihatimu. Bapak tidak berharap apa-apa nak. Bapak hanya ingin kau menjadi anak yang baik. Pakailah jilbab ini sebagai penutup auratmu nak. Dan gunakan mukenah ini untukmu mendekatkan diri kepada Allah. Maafkan bapak tidakbisa memberimu yang lebih dari ini. Bapak sangat menyayangimu nak, setiap kau pergi malam hari, bapak menangis. Bapak menangis alasannya yaitu tidak dapat mendidik kau dengan baik. Tapi ketahuilah nak, setiap keringat lelah yang bapak keluarkan, itu semua alasannya yaitu bapak ingin berjuang membahagiakanmu nak. Tapi maafkan bapak kalau bapak tidak dapat membahagiakanmu seumur hidup bapak nak. Bapak sayang Tika.

***

Tak terasa bulir-bulir air yang jatuh dari mataku menuju kertas putih itu keluar. Aku memeluk kertas, jilbab, dan mukenah itu. Aku menangis tiada henti. Sekeji inikah saya terhadap ayahku Ya Allah? Sungguh saya sangat menyesali perbuatanku. Aku masih ingin melihat wajah ayahku lagi, saya masih ingin diberikan perhatian oleh ayahku. "Aku berjanji pak, saya akan selalu memakai jilbab ini untuk menutupi lekukan-lekukan tubuhku. Aku berjanji akan memenuhi seruan bapak. Bapak yaitu pria terhebat yang Tuhan titipkan untuk menjagaku. Bapak, maafkan saya pak. Maafkan saya telah membuatmu terluka. Semoga bapak ditempatkan disisi-Nya"

Profil Penulis:
Saya suka menulis, dan juga membaca cerpen. Tujuan saya hanya ingin berbagi karya saya dalam menulis. Maaf ya kalau ada kesalahan kata/kurang menarik. Karena masih belajar. Dan jangan lupa, add facebook saya ya : Sandra Kiiranna ^_^

Previous
Next Post »