Rindu Kasihmu, Mama! Karya Riska Damayanti Putri

RINDU KASIHMU, MAMA!
Karya Riska Damayanti Putri

Hari ini hari yang telah ditunggu tunggu seorang remaja berjulukan gibran  karena hari ini yakni pembagian rapor kenaikan kelas dan biar saja dia mampu peringkat satu lagi menyerupai kelas X dulu. 

"Ma hari ini mama kan yang ambil rapor saya di sekolah?" Tanya gibran kepada mamanya ketika mereka sedang berada di meja makan. "Maafin mama ya gibran mama gak mampu ambil rapor kamu, mama hari ini ada meeting". Tampaknya sang mama leboh memilih pekerjaannya dibandingkan harus mengambil rapor putranya. Namun gibran memaklumi itu semua memang sejak orang tuanya bercerai, mama gibranlah yang menjadi tulang punggung keluarga. Beliau harus bekerja keras untuk menyekolahkan gibran. Gibran menghela nafas mendengar balasan mamanya 
"Ya udah gak papa ma gibran tahu kok mama lagi sibuk, nanti saya minta tolong tante linda aja deh" 
"Sekali lagi maafin mama ya sayang mama lakuin ini demi kamu"
"Udah mama jangan minta maaf gitu, mama gak salah kok" 

Ya, memang mama gibran tidak pernah hadir dalam setiap program yang diadakan di sekolah gibran, tante linda adik dari mamanya yang selalu mewakilinya untuk meghadiri setiap program tersebut.  

"Ya udah gibran berangkat dulu ya ma. Assalamualaikum" gibran segera berangkat ke sekolahnya tak lupa ia menelpon tantenya untuk menghadiri program wali murid kali ini. Sosok tantenya itu sudah ia anggap sebagai mama kedua baginya, tante linda sudah lama menikah namun ia belum dikaruniai seorang anak maka dengan senang hati ia menganggap gibran sebagai anak sendiri. 

Saat ini jantungnya berdebar tak karuan pasalnya ia takut jika nilainya tidak memuaskan. "Peringkat pertama kelas XI IPA3 kali ini adalah..." wali kelas gibran sengaja menggantung kalimatnya membuat gibran semakin berdebar "Raditya Gibran Demando" kebahagiaan terpancar dari raut wajah gibran. Ia sangat senang dan yakin ketika ia bercerita kepada mamanya nanti ia akan besar hati akan prestasi yang telah diraihnya. Kebahagiaan juga dirasakan oleh tante linda ia sangat besar hati kepada gibran. "Sayang selamat ya kau dapat peringkat satu lagi. Pertahanin terus ok!" Beliau mengusap lembut rambut gibran dengan penuh kasih sayang. "Terimakasih ya tante, hingga rumah nanti gibran udah gak tabah pengen ketemu mama". Melihat keponakannya yang begitu semangat ingin menemui mamanya membuat tante linda terenyuh dalam hati ia berdoa biar kakaknya memiliki sedikit waktu untuk gibran yang ketika ini sudah beranjak dewasa. 

Sesampainya dirumah ia mencari mamanya di seluruh penjuru rumah namun tak kunjung ditemukannya 'mungkin saja mama belum pulang' pikrinya. Ia pun segera menuju kamarnya berniat untuk berganti baju setelah itu ia kembali ke ruang keluarga untuk menunggu mamanya. Detik telah berganti jam, bahkan hingga jam sepuluh malam mamanya belum juga memunculkan tanda tanda untuk pulang, namun tekad gibran sudah bundar ia akan tetap menunggu mamanya hingga pulang. Rasa kantuk mulai menderanya tak sadar ia tertidur di sofa ruang keluarga. 

Pagi pun menyapa gibran terbangu dari tidurnya yang mampu dibilang tidak nyenyak. Dengan posisinya tertidur disofa membuat badannya pegal semua. Ia teringat bahwa tadi malam ia menunggu mamanya pulang sehingga ia tertidur di sofa. "Ma, mama dimana?" Gibran berteriak mencari mamanya namun kosong ia hanya sendirian dirumah ia berniat mengambil HPnya di kamar ia berniat menghubungi mamanya namun ia mengernyit melihat satu pesan masuk di HPnya. 'Maaf sayang mama gak mampu pulang malam ini kau dirumah sendiri gak papa kan? Mama udah masak di meja makan' sebuah pesan masuk dari sang mama membuat gibran menghela nafasnya. Rasa bosan mulai menggelayutinya ia pun berjalan menuju taman di komplek perumahannya. Ia melihat sosok gadis kecil berusia 10 tahun yang sedang duduk di kursi pinggir taman dengan perlahan ia mendekati gadis tersebut. "Hei gadis manis kau ngapain disini sendirian, orang renta kau dimana?" Bocah imut itu menoleh ke arah gibran lantas tersenyum. "Aku gak punya orang renta kak". Gibran terkejut dengan balasan bocah itu.

"Nama kau siapa? Apa maksudnya kau gak punya orang tua?"
"Namaku kyla, saya gak tau siapa orang renta saya kak"
"Terus kau tinggal dimana?"
"Aku tinggal di panti itu" kyla menunjuk sebuah panti yang letaknya tak jauh dari taman itu. "Udah dulu ya kak tampan saya mau pulang nanti dicariin bunda" bocah kecil itu berlari menuju panti. Sebenarnya gibran masih ingin lebih mengenal bocah imut itu namun ia memutuskan untuk kembali kerumah barang kali mamanya sudah sampai. Ketika sudah berada dirumah gibran mendapati mamanya yang menggunakan baju kantornya. Namun itu bukanlah baju yang sama dengan baju yang kemarin. "Sayang mama berangkat ke kantor dulu ya" 
"Lagi? Dan mama bahkan belum ketemu sama aku"
"Sayang mama buru buru. Kamu sarapan sendiri ya, oh ya tadi malam kau gak makan ya? Jangan diulangi lagi"

Tanpa menunggu balasan gibran sang mama bergegas berangkat ke kantor. "Kapan mama ada waktu untuk aku. Kenapa papa harus meninggalkan saya sama mama" tanpa ia sadari setetes cairan bening menetes dari matanya.

Rindu Kasihmu, Mama! Karya Riska Damayanti Putri

Hari ini hari kedua liburan semester dan tentu saja dia sendirian dirumah. Hari ini ia berniat pergi ketaman lagi, tujuan utamanya yakni menemui kyla bocah polos yang membuat ia tertarik untuk mengenalnya lebih dekat. Dan benar saja ketika hingga disana ia mendapati kyla tengah duduk di kursi taman menyerupai kemarin. "Hey kyla rupawan lagi ngapain?" Tanya gibran begitu ia berada di depan bocah itu "eh kakak ganteng, kyla lagi bayangin kalo kyla punya orang tua. Kyla berharap orang renta kyla kayak bunda di panti. Yang selalu peduliin kyla" mata bocah itu berkaca beling "kenapa ya orang renta kyla ninggalin kyla di panti, apa gara gara kyla nakal. Kyla komitmen kalo kyla ketemu orang renta kyla, kyla gak bakalan nakal" tangis bocah itu pecah seketika. Gibran yang tak tahan melihatnya segera memluk gadis itu " kyla sayang, andainya ada yang mau adobsi kyla, kyla mau walaupun itu bukan orang renta kandung kyla?" Tak disangka bocah itu menggeleng cepat "kyla gak mau hiks kyla cuma mau orang renta kandung kyla" hati gibran semakin terenyuh mendengar balasan kyla. "Emang kyla gak benci sama orang renta kyla?" Bocah itu kembali menggeleng. "Meskipun mama sama papa ninggalin saya di panti tapi saya yakin suatu ketika mereka akan jemput saya kok kak" kyla mengusap air matanya dan tersenyum kearah gibran."Oh ya kak ganteng. Mulai besok saya udah gak akan datang ke taman ini jadi kita gak mampu ketemu deh" perkataan gadis itu membuat gibran terkejut "kenapa?" 

"Soalnya saya sama sahabat teman panti bakal liburan ke bandung"
"Oh, hati-hati ya kapan pulangnya?"
"Bulan depan"
"Yaudah kakak pulang dulu, jangan pernah lupain kakak ya. Ingat terus nama kakak. Raditya Gibran Demando"
"Iya kakak tampan hihihi"

Gibran kambali menuju rumahnya. 

Semenjak kepergian bocah kecil itu ia kembali kesepian. Mamanya juga jarang sekali pulang. Gibran merasa tidak nyaman dirumah sendirian. Tidur tak tentu,makan pun sangat jarang bagi gibran. Seminggu berlalu masa liburannya semakin hari ia semakin merasa kesepian. Ia sedang duduk di teras rumahnya beberapa ketika ia melihat mamanya datang dengan seorang lelaki paruhbaya "sayang kenalin ini om ardhi. Emm kau gak keberatan kan punya papa baru?"

Pernyataan mamanya yakni sebuah pukulan untuknya. Namun ia ia juga merasa senang ia berharap dengan kehadiran papa gres akan membuat mamanya kembali menjadi mamanya yang dulu, mamanya yang selalu ada untuknya. 

Pria itu resmi menjadi papanya kini gibran telah memiliki seorang papa lagi. Namun harapannya pupus mamanya tetap saja bekerja bahkan tak jarang kedua orang tuanya pulang kerumah hanya satu ahad sekali. Lama lama gibran merasa sangat kecewa akan hal ini. "Ma sejak mama nikah, mama semakin gak punya waktu buat aku. Mama sadar gak sih saya butuh mama" kata samudra ketika melihat mamanya turun dari kendaraan beroda empat "kamu ini mama itu gres pulang udah dihujani samaa celotehan gak jelas" 

"Ma, mama tuh berubah tau gak. Bahkan dulu mama gak pernah bergairah sama aku"

Gibran menangis dan berlari keluar rumah meninggalkan mamanya yang terpaku ia menyadari perkataannya tadi pasti sangat menohok hati anaknya.

'Brakkk'

Sebuah bunyi menyadarkannya ia segera berlari keluar rumah, perasaanya tidak damai ia takut terjadi sesuati pada putranya. Ketika hingga diluar ia mendapati putranya tengah terbaring di pinggri jalan dengan darah yang mengucur dari kepala dan hidungnya "Gibraan" ia berteriak lantas memeluk putranya itu. "Maafin mama nak. Mama gak bermaksud nyakitin kamu" ia menangis tersedu sedu sambil memangku kepala putranya yang sudah berlumuran darah sembari meminta tolong. 

"Mm-maa" lirih gibran disisa kesadarannya. "Iya nak ada apa? Mama disini untuk kamu. Mama komitmen mama akan selalu ada buat kamu" 
"Gi-hhh gibran sa-sayang mama"
"Iya nak iya. Kamu bertahan ya. Mama juga sayang sama gibran, jangan tinggalin mama"
"Gibran sayang mama" dan kata itu yakni kata terakhir yang terucap dari bibir gibran. Tak ada lagi gibran yang berprestasi dan membanggakan.

Setelah pemakaman gibran mama gibran menuju kamar putra tercintanya. Matanya menangkap sebuah buku yang terletak di atas meja mencar ilmu putranya. Penasaran ia pun membuka buku tersebut dan ternyata kosong. Ia terus membalik halaman demi halaman. Matanya terhenti ketika hingga dihalaman terakhir

'Ma saya sayang saya mama

Tapi kenapa ya saya ngerasa bakal jauh dari mama. Aku pengen kalo nanti saya gak ada mama adobsi kyla ya. Dia anak yang baik. Dia anak panti di komplek perumahan kita, titip salam buat dia dari kakak ganteng' 

Membaca goresan pena gibran ia kembali menangis. "Ya sayang mama komitmen akan adobsi dia untuk kamu"

Profil Penulis:
Nama:Riska Damayanti putri 
Ttl.     : Blitar,21 februari 2001
Siswi SMA yang gak hebat bikin cerita, gak hebat bikin alur
Pokoknya masih serba abal abal deh.
But hope you like it ^_^

Previous
Next Post »