Sesal Karya Iis Nia Daniar

SESAL
Karya Iis Nia Daniar

“Lagi untuk kesekian kalinya kau hadirkan luka, Jack.” Nia menangis sambil menutupi wajahnya dengan  buku yang ia bawa di tangan.

Jack hanya melongo sambil sesekali mengepulkan asap rokoknya ke awan.

“Kau tahu, semenjak di SMA kelas 11 hatiku sudah sangat terpatri padamu. Bahkan saya rela mengerjakan tugas-tugasmu hingga kini kita kuliah.” Nia melanjutkan perkataannya pada Jack, kekasihnya yang telah dipacari selama 5 tahun ini.
“Ah, sudahlah! Pokoknya saya mau sekarang kita tidak usah bertemu lagi.” Bentak Jack sambil melemparkan puntung rokok.
“Kenapa? Apa salahku?”
“Aku tidak suka kamu. Selama ini saya memaksakan perasaanku alasannya kau terus-menerus mengejarku.”
“Jack, saya tidak pernah memaksa mu untuk mencintaiku, bukan? Bukankah kau yang memaksaku untuk menyerahkan kesucianku atas nama cinta?” Nia setengah berteriak berkata.

Entah alasannya aib entah alasannya emosi Jack menampar Nia dengan keras, Praaakk. Nia terhenyak agak mundur ke belakang dari kawasan ia bangun semula.

“Jack!” Keras Nia menangis sambil memegang pipi sebelah kirinya.

Nia masih tersedu di bawah pohon mahoni di samping gedung A kampusnya ketika Jack meninggalkannya. Nia tidak pernah menyangka akan mendapat perlakuan garang dari Jack. Nia mengenalnya sebagai seorang lelaki romantis selama ini. Oleh alasannya itu, Nia gadis pendiam dan berprestasi di SMA dulu sangat terpikat pada Jack, siswa IPS yang selalu berkasus, tetapi lumayan maco. Andai saja waktu dapat dikembalikan mungkin Nia tidak akan pernah mau menoleh ketika Jack memanggilnya di depan kelas11 IPS yang beliau lewati dulu.

Sesal Karya Iis Nia Daniar

“Nia! Nia! Nia!” Jack memanggil Nia dengan lembut.
“Ada apa?” Nia menoleh penasaran dari arah bunyi yang memanggilnya.
“Ada rindu yang mengian.” Ungkap Jack dengan kepala menyembul di balik beling jendela kelas. 

Kontan semua siswa yang berada dalam kelas bersorak riuh.  Nia pun tersipu. Sejak ketika itu Nia mengenal eksklusif Jack secara mendalam. Tidak tahu tepatnya kapan mereka jadian, yang terang di mana ada Nia di situ ada Jack hingga urusan tugas-tugas sekolah Jack pun Nia yang mengerjakannya. Jack memang penggombal peringkat 1. Jack dapat mengambil hati Nia, bukan itu saja beliau juga telah mengambil sesuatu yang paling berharga dari Nia meski dengan cara sedikit memaksa. Peristiwa itu terjadi di program ulang tahun Jack sebulan yang lalu sebelum Jack memutuskan Nia hari ini. 

“Aku sama sekali tidak mengenalmu hari ini, Jack.” Nia masih memikirkan Jack ketika berada di atas motornya .

Sebulan telah berlalu, sembab kesedihan di lingkar mata Nia masih membayang. Dia tidak pernah bertemu dengan Jack kalaupun melihat Jack itu dari kejauhan. Jack benar-benar ingin melupakannya. Pernah beberapa kali berpapasan, tetapi Jack buang muka berlaga seolah tidak mengenal Nia. Nia hanya mampu memendam remuk di hati.

Waktu terus berlalu, sudah beberapa hari Nia tidak ke kampus, beliau jatuh sakit. Orang tua, ibunya Nia, berkali-kali mencoba untuk membawa Nia ke dokter, tetapi Nia selalu menolak.

“Tidak apa-apa, Bu. Ini mungkin hanya masuk angin alasannya saya kejar target untuk penulisan skripsiku.” Elak Nia.
“Ayolah, Nak, kita ke dokter saja. Jangan keras kepala begitu!” Bujuk ibunya.
“Tidak usah, Bu.”
“Apa ibu minta tolong Nak Jack saja? Oh ya, kemana dia? Sudah lama loh beliau tidak main ke sini.”

Nia tertegun murung dan menarik selimut untuk menutupi wajahnya. Tangisnya tidak terbendung ketika nama Jack disebut-sebut ibunya, sesak di dada Nia mencari celah untuk keluar.

“Loh, ada apa? Kamu putus sama Jack?” Ibu bertanya penasaran sambil mengelus rambut Nia yang menyembul sedikit di balik selimut.
“Ibu maafkan aku.” Lirih bunyi Nia alasannya tertutup selimut sambil terus menangis.
“Ada apa, Nak? Beri tahu ibu! Bukankah ibu sangat sayang padamu? Kau permata ibu satu-satunya, Nak.”
“Ibuuuuuuuu....” Pecah tangis Nia sambil beranjak memeluk ibunya yang duduk di pinggir ranjang.

Profil Penulis:
Terlahir menjadi guru Bahasa Indobesia di Kota Bekasi. Ketertarikannya pada dunia tulis-menulis berawal dari medsos yang coba dikelola 2015 lalu. Belum banyak karya yang dipublikasikan alasannya beliau masih proses mencar ilmu alias coba-coba.

Previous
Next Post »