Memahami Hakikat Masalah, Sebuah Renungan!

Hampir setiap detik yang kita hadapi setiap harinya selalu ada persoalan yang datang. Namun definisi persoalan ini tentu saja relatif, tergantung mirip apa kita menganggapinya. Apakah kemudian hal tersebut kita jadikan sebagai beban hidup ataukah sebagai motivasi dalam membangun dan menemukan jati diri.

Lalu apa bekerjsama persoalan itu?

Beberapa waktu lalu Dosen pembimbing saya pernah menanyakan hal serupa, apa bekerjsama definsi persoalan yang mewakili setiap "masalah" yang dihadapi manusia.


Ini bukan perkara subjektivitas, melainkan pemahaman dan kesadaran. Jika kita mendefinisikan persoalan secara personal, maka yang akan muncul yaitu persoalan dalam lingkup yang tersegmentasi. Jika Andi mengatakan bahwa masuk kelas filsafat merupakan persoalan baginya, belum tentu bagi Budi hal tersebut berarti masalah.

Budi akan paham bahwa "kelas filsafat" yaitu persoalan bagi Andi kalau dan hanya kalau Budi tahu kalau Andi orang yang paling buruk aliran rasionalnya.

Dengan demikian, yaitu sebuah kesalahan besar kalau kita memahami persoalan hanya dengan mengandalkan perspekif personal.

Karena persoalan yaitu sebuah ketidaksesuain antara apa yang seharusnya terjadi dengan apa yang nampak.




Ini mirip kita mencelupkan sebuah pensil kedalam gelas bening yang berisi air. Apa yang terjadi?

Pensil tersebut akan nampak bengkok padahal pensil tersebut sama sekali tidak berubah. Ia tetap pada bentuknya semula. Hanya saja sesuatu yang nampak ternyata merefleksikan keadaan yang berkebalikan. Dan Inilah yang dinamakan MASALAH.

Andi mungkin seorang mahasiswa filsafat, yang semua masyarakat akan mafhum bahwa kemampuan filsafatnya tidak perlu diragukan lagi. Atau paling tidak, ia yaitu seorang calon sarjana yang handal dibidangnya. Tapi apa yang terjadi?

Jangankan paham dan menerima gelar sarjananya. Masuk kelas berbau filsafat saja sudah membuatnya mual setengah mati.

Lalu apakah  seorang tokoh Andi hasil imaginasi penulis akan terus-terusan mirip itu? Menderita dengan problematika paling krusial dalam hidupnya?

Tentu saja tidak, dan kemungkinan iya. Tergantung apakah kemudian  ia akan berhasil menemukan SOLUSI atas persoalan paling fundamental dalam hidupnya itu.

Karena dunia ini cukup adil untuk kita tempati, maka Allah pun dengan segala KeMaha AdilanNya menunjukkan malam untuk menggantikan siang, Hujan untuk membasahi kemarau, dan tentu saja Solusi untuk mengeksekusi masalah.

Tetapi berbeda dengan malam yang datang menggantikan siang atau hujan yang turun membasahi tanah yang tandus, solusi bersifat interventif atau campur tangan dari insan itu sendiri. Solusi yaitu sesuatu yang harus dipikirkan dan dilakukan. Ingat pesan bijak ini, "seperti apapun masalahnya, jadilah bab dari solusinya"

Saya kira itu saja untuk renungan kali ini, dan mari kita tutup dengan sebuah puisi berikut




Masalah,
Kadang membuatku merana,
Tak jarang membuatku nelangsa,
Hadir dalam setiap hirupan nafas,
Namun begitu lama kepergiannya,
Kadang hadir dalam titik kecil,
Kadang hadir dalam tumpukan kerikil,
Kadang hadir dalam selimut jemari,
Kadang hadir dalam jejak kaki,


Namun

Jangan kau salahkan mereka,
Lihat saja pada jendela mata, Mereka tak salah,
Semua yaitu anugerah, Yang tak bersalah,
Semua yaitu hikmah,
Yang tak melangkah, Puji syukur kunci suatu masalah,
Bukan emosi amarah,
Bukan tetes-tetes darah,
Bukan jiwa merah,
Selamat datang persoalan baruku,
Di pundakku, kau kan ku padu,
Selat tinggal persoalan lamaku,
Di belakangku, kau kan ku sapu...

Previous
Next Post »