Yang Banyak belum tentu menguntungkan dan menggembirakan. Adanya Banyak ilmu bisa jadi sombong dan membuat enggan belajar. Memiliki banyak harta kekayaan alam boleh jadi membuat lalai dan menyerahkan pengelolaannya kepada negara lain. Jumlah pengikutnya boleh jadi banyak tetapi ibarat buih, lemah dan tak punya kekuatan.
Oleh karena itu tidak boleh tertipu karena banyaknya jumlah atau kuantitas. Sedikit tetapi berkualitas jauh lebih baik dibandingkan banyak tetapi tidak berdaya. Mari kita terus belajar dan memperbaiki diri agar kita tak termasuk yang banyak tapi lemah dan tak berdaya.
Dikisahkan, ada seorang jomblo yang sudah ngebet untuk menikah berkonsultasi dengan seorang konsultan pernikahan. Ia membuka percakapan dengan mengatakan, “Pak, alhamdulilah persiapan nikah saya sudah hampir rampung sepenuhya. Gedung sudah oke dan siap, katering juga sudah oke, penghulu dan saksi sudah siap. Menurut saya, persiapannya sudah 95 persen.”
Sang konsultan itu senang mendengar kabar dari si pemuda dan kemudian ia berkata, “Oke, saya doakan semua lancar, dan semoga kekurangan 5 persen bisa segera teratasi. Boleh tahukah, kira-kira yang 5 persen itu apa saja?”
Sang jomblo itu langsung menjawab, “Yang 5 persen itu adalah nyari pasangan yang mau dengan saya, pak.” Hahaha…. 95 persen ternyata tak ada artinya kalau ternyata belum laku.