Ternyata Karya Mujtahid, S.Pd.

TERNYATA
Karya Mujtahid, S.Pd.

Pagi itu saya tersentak seolah tidak percaya sama sekali. Wanita yang dulu pernah kuagungkan laksana dewi, kulihat ia sedang berboncengan mesra di atas motor dengan seorang lelaki yang sudah tidak aneh lagi. Dia ialah sahabat dekatku. Sesaat itu saya merasa menyerupai jatuh ke dalam jurang, namun jurang itu dalam sekali sehingga ku melayang tanpa mencicipi apa-apa kecuali ketakutan yang tiada terkira. Bola mataku tiba-tiba membuka lebar sekali, tangan kananku menggenggam berpengaruh seakan di depanku musuh siap menerjang. Dendam dan kebencian yang tiba-tiba muncul dari benakku. Namun tiba-tiba angin senja membelaiku seolah  diutus Yang Mahakuasa untuk menenangkan hatiku yang terbakar kekecewaan. Sesaat itu juga kuucapkan sebuah kata, Astaghfirulloh! Semua yang telah digariskan dan diputuskan oleh-Nya ialah yang terbaik bagiku.

Aku benar-benar menempakan dirinya di singgahsana hati ini dengan mahkota cinta yang kusematkan untuk cintanya. Bukan kecantikan dan lekuk tubuhnya yang membuatku terbius, tetapi keanggunan sikapnya selama ini yang telah membuatku mengubah pandangan kepada wanita. Sosok yang selama ini singgah dihati namun hanya sesaat dan meninggalkan kepedihan yang mendalam. Wanita yang selalu datang menunjukkan berjuta pesona dan rupawan surga.

Masa itu telah pergi, saya tak ingin memuuji apalagi mengagungkannya di hati ini. Laela Amaroh ialah sebuah nama yang pernah mengisi tidur malamku dengan mimpi-mimpi dan mengobarkan api asa untuk menghargai sucinya cinta. Lepas, pergi dan terkubur dalam. Aku tak lagi memujanya.

Saat itu dari balik balutan busana dengan mode ala timur tengah yang sepertinya lekuk tubuhnya tak rela megenakan busana mode barat. Mengapa saya benar-benar menyerupai dibius olehnya. Pagi itu saya bertemu dengan temanku, kebetulan Laela ialah saudara sepupunya yang saya lihat di rumahnya. Dia yang membukakan pintu, setelah kutanya padanya, ternyata temanku itu sedang ke warung. Setelah dipersilahkan masuk saya ulurkan tanganku dan berharap sebuah nama kudapat dari verbal gadis itu, namun di hanya merapatkan kedua tangan kearah mukanya. Seorang wanita yang membuatku tak berdaya hidup tanpanya.

“ Kalau berkenan berkenalan, siapa namamu? “ Tanyaku agak kaku.
“ Panggil saja Laela. Nama lengkapku Laela Amaroh “. Jawab gadis itu.
“ Boleh minta waktunya untuk ngobrol sebentar ? “. Ku memohon padanya.
“ Maaf, saya  nggak bisa,. Aku lagi sibuk. Maaf yah. Sebentar saya panggilkan Mas Kholid “ Jawabnya sambil berlalu dari hadapanku.

Setelah kiria-kira sepuluh menit Kholid datang. Kami bebincang cukup lama. Sebenarnya saya agak malu menanyakan perihal Laela padanya. Tiba-tiba keberanianku muncul dan menayakan perihal gadis jelita itu. Tanpa disuruh atau dirayu terlebih dahulu, dari sikapnya ada indikasi kalau ia sedikit mendukungku untuk mendekti Laela. Melalui nomor ponsel yng diberikan Kholid saya mula menghubunginya, namun panggilan teleponku sama sekali tidak dijawabnya. Lewat SMS kucoba ingin menyelami dan mendapatkan gambaran  tentang dirinya. Hingga beberapa kali kumohon untuk berkunjung dan bersilaturahim dengan keluarganya. Satu jawaban yang selalu keluar dari SMS-nya. Kita bukan muhrim, saya tak biasa mendapatkan tamu seorang laki-laki, saya nggak ingin orang akan salah mengira, apalagi hingga menyebabkan fitnah. Maafkan aku. Bukan reaksi marah karena sikapnya. Aku semakin penasaran dan benar-benar ingin merebut hatinya. Dalam hatiku “ Ternyata didunia ini masih ada hiasan yang begitu indah, mutiara yang berkilau tanpa noda. Sejak dikala itu pula saya begitu mengagumi pesona yang memancar dirinya dan mengubah pandanganku perihal wanita. Diusiaku yang memasuki angka dua puluh tujuh tahun ini, saya mengalami empat kali dihianati oleh kekasih hati. Dia membawa sejuta janji. Janji keabadian cinta hingga kemballi pada-Nya.

Ternyata Karya Mujtahid, S.Pd.

Bagai bening embun pagi bersama hembusan angin subuh menyapu lukaku. Aku benar-benar tidak bisa berpaling darinya. Dia memberiku sayap-sayap untuk menerbangkanku jauh tinggi untuk melukis langit hati ini dengan pelangi dengan rona senja yang mengiringi sang surya karam diujung samudera.

Akhir-akhir ini kegelisahan membayangi setiap langkahku, ketika ku temukan dirinya tak lagi membalas pesan singkat yang kukirimkan. Hampi setahun lamanya saya tak pernah ke rumah Kholid, alasannya ia juga tidak ada di rumah. Dia merasa asyik dengan jalan hidupnya yang bernafaskan agama. Di usia yang sudah memasuki angka tiga, ia tidak punya impian untuk mencoba mengikat hati dengan seorang wanita. Aku lihat ia sudah stress berat dengan kegagalan berumah tangga. Dia cerai setelah usia penikahannya gres seumur jagung. Dia dapati rahim isterinya telah terisi darah daging orang lain yang tidak dikenalnya. Isterinya telah mengandung tiga bulan. Sebenarnya ia berusaha untuk bersikap tulus mendapatkan apapun keadaan isterinya, namun ibunya yang tidak rela dan mengusir isterinya itu. Kejadian itu terjadi tujuh tahun lalu, namun bagi Kholild lukanya akan membekas seumur hidup. Ternyata bukan saya saja yang menahan perihnya luka karena penghianatan.

Aku bayangkan setiap malam sebelum menuju peraduan mimpi, tidak akan kurasakan luka lagi dari seorang yang berjulukan Laela.

Akhiranya waktu juga yang menjawab ternyata bukan sekali itu saja ia dibawa temanku pergi menaiki motornya. Laela sudah bukan yang dulu lagi. Cahaya surga yang terpancar darinya berkembang menjadi awan hitam yang menuai petir. Harapku akan dirinya lebur dan remuk seketika.

Malam ini saya menangis dialtar keabadian. Kuucap sebuah penyesalan atas Laela. Di atas sajadah merah tua, kucurah segala luka. Hilang akan dirimu tak rasa lagi, yang terjadi semoga menjadi, banjir airmata tak akan mengganti, karena luka telah menjadi, tak usah ingat lagi, karena dunia fana tiada abadi. Sunyi malam ini mengingatkanku pada kematian, bukankah simpulan zaman sughro berupa maut akan datang sesuka hati. Bila ia datang tiada kata tidak. Aku mencoba mengganti airmata dengan puing-puing senyuman. Cintku infinit untuk-Mu.

Laela balasannya menikah dengan temankku sebulan kemudian, sempurna bulan ke empat belas saya mengenal dirnya. Aku hanya berdo’a padan-Nya. Jangan kau beri coba atas mereka, jikapun ada kuatkan mereka. Sebenarnya dalam hatiku ada kegilasahan untuknya, alasannya  dia menikah dengan temanku yang hobi dan kebiasaan mabuk dan main wanita menjadi kebutuhannya. Jika garis tangan ini bisa mengubah kehendak-Nya, saya akan tuliskan tiada jodoh diantara mereka. Aku sadar diantara kebaikan jodoh mereka baik pula. Mungkin Sang Yang Mahakuasa memberi sebuah gambaran, kalau sikapnya atas diriku, suaminya ialah balasannya. Karena hukuman alam akan menuntun sebuah tanda yang akan kita rasa suatu ketika, ketika sedih itu hadir karena kita.

Profil Penulis:
Nama : Mujtahid, S.Pd.
Kerja  : Guru bahasa Indonesia MTs Negeri Majenang
E-mail : mujtahidnayottama@gmail.com

Previous
Next Post »