Sosok yang Kurindukan Karya Nuning Febrilianti

SOSOK YANG KURINDUKAN
Karya Nuning Febrilianti

Aku duduk termangu berpangku rumput sembari menatap langit cerah. Meratapi kesendirian di hari sepiku ini. Sebuah kenangan beberapa bulan  silam ketika saya hidup dengan penuh kebahagiaan yang menyelimuti hariku. Sosok seseoang yang begitu kudambakan dalam hidup datang kolam arus air yang mengalir. Ia datang di hidupku  membawa kenangan gres dan kemudian pergi membawa segala kenangan itu menuju samudera. 

Memiliki seorang saudara perempuan yang berwatak pemarah dan garang memang menyebalkan. Itulah yang saya alami selama ini. Dari awal saudara perempuanku yang berjulukan Riana memang tidak begitu menyukaiku. Berbanding terbalik dengan saudara laki-lakiku yang begitu perhatian, penyayang, dan baik padaku. Oleh alasannya itu ,aku begitu mendambakan sosok seorang saudara perempuan yang baik, penyayang, dan perhatian padaku. 

Hingga Yang Mahakuasa menghijabah doaku. Yang Mahakuasa mengirim sosok bidadari cantik sebagai buku dairy untukku. Tempat di mana saya mencurahkan isi hatiku. Kesedihan, kebahagiaan, dan kesakitan yang kualami.  Walau hanya sesaat, namun semua itu begitu berarti untukku. Tak akan pernah terlupakan. 

Awan seakan membawa ingatanku ke masa-masa di mana hariku bersamanya. Seorang wanita cantik yang berstatus sebagai sahabat kakak laki-lakiku datang dalam hidupku ketika itu. Menetap di rumahku selama enam bulan dan menjalani kewajibannya sebagai guru PPL di salah satu pondok pesantren yang terletak di sebelah rumahku. Alasan lain ia tinggal di rumahku ialah untuk menyelesaikan proyek pelestarian jamur tiram bersama  dengan kakakku dan beberapa mahasiwa lainnya. 

Pada hari pertama ia datang ke rumahku, saya begitu apriori padanya. Aku beranggapan kalau beliau hanya akan membawa beban ke rumahku dan ruang lungkupku di rumah akan terbatas. Bahkan kakakku rela merenovasi kamar yang akan ia tempati semoga rapi dan indah. Uh. . Sungguh menyebakan!

Namun, ketika saya berkenalan dengannya ia begitu ramah dan sopan. Ahkan ia membantu kakakku Kak Rio untuk membersihkn dan merpikan kamar yang akan ia tempati. 

Aku tak akan mudah terpancing. Aku masih merasa kesal dengan kehadirannya. Ibuku begitu perhatian dan menyayanginya. Jujur saya iri padanya. Walau begitu, sebagai tuan rumah saya tetap memasang senyum bahagia padanya. Walau tolong-menolong itu ialah senyuman palsu. 

Beberapa waktu berlalu. Aku semakin bersahabat dengannya. Entah mengapa rasa kesal dan benci di hatiku terhadapnya telah mereda. Ia perhatian, sayang , dan lemah lembut padaku. Setiap saya mengalami problem ia selalu mendengarkan ceritaku dan memberiku solusi terbaik. Sangan berbanding terbalik dengan Kak Riana yang begitu jutek dan menyebalkan. Kak Rika begitu baik padaku. Aku menyesal dikarenakan telah berperasangka buruk terhadapnya. 

Setiap saya bersedih ia selalu menghiburku, ketika saya menagis ia mengusap air mata di pipiku, ketika saya tengah kebingungan ia selau membantuku. Ia bagaikan bidadari yang dikirimkan yang kuasa untukku. Sebagai pengobat rinduku atas saudara perempuan yang selama ini kudambakan. Ialah saudara perempuanku yang baru. Saudara yang amat sangat kusayangi. Biar begitu, sejutek-juteknya Kak Riana, saya juga tetap menganggap dan menyayanginya sebagai saudara perempuanku. 

Sosok yang Kurindukan Karya Nuning Febrilianti

Hari demi hari saya lewati dengannya. Kak Rika saudara yang begitu cantik, shaleha, dan juga penyayang. Seandainya ia mampu menjadi kakak kandungku dan tetap tinggal bersamaku. Namun, takdir berkata lain. Masa PPL dan proyek yang ia kerjakan telah usai. Ia harus kembali dan menjalani rutinitas awalnya sebelum ia hadir di rumahku. 

“Ebril!Kamu enggak boleh sedih! Walau kakak sudah enggak tinggal bersama kamu, tapi Kakak akan tetap enjadi kakak kamu. Kakak akan tetap menjadi buku dairy buat kamu. Ceritakan segala kisah yang kau alami nanti sama kakak. Kakak akan mendengarkan kisah kamu. ”ucapnya sebelum ia pergi. 

Meski ia berkata menyerupai itu, tetap saja sedih dan tangisku tak mampu mereda. Walau kutahu bukan hanya saya yang merasa kehilangannya. Ibu, bapak, dan kakak-kakakku juga merasa kehilangan sosok seorang anak dan saudara yang setengah tahun lamanya mengisi hari-hari kami. 

Waktu terus berjalan, saya masih sering menghubunginya. Menanyakan kabarnya dan menceritakan segala kesedihan atau pun kebahagiaan yang saya alami. Seandainya tempat ruma kami sama, mungkin saya tidak harus bercerita melalui telefon atau pesan. Tidak menyerupai ini, terhalang kabupaten. 

Lambat laun, ia mulai sibuk dengan kuliah dan skripsinya. Aku tidak lagi berkomunikasi dengannya alasannya takut akan mengganggu konsentrasinya. Ia bahkan idak menjawab jikalau saya menghubunginya. Dalam benakku saya bertanya”Apakah ia masih ingat denganku?Apakah saya bukan adiknya lagi?”. Pertanyaan itu terus menhantuiku. Aku takut jikalau itu menjadi  nyata.         

Tepat pada hari ulang tahunku, pertanyaan itu seakan memenuhi segala ruang di otakku. Aku takut jikalau a memang tidak lagi menganggapku adik dan melupakan hari yang begitu berhaga di hidupku ini. 

Lelah dengan pertanyaan itu, membuatku memutuskan keluar dari rumah dan memilih bermain ke rumah kakak sepupuku. Hingga harapanku bahwa ia akan datang ke rumahku hari ini pupus sia-sia. 

Aku memilih membisu di rumah kakak sepupuku sampai hari mulai sore. Aku tidak ingin berbesar kepala berharap Kak Rika akan datang ke rumahku. Hingga hari mulai petang saya pun memutuskan pulang. Baru saya membuka pintu rumahku dan mengucapkan salam, , sebuah teriakkan “Suprise!”mengagetkanku. 

Mereka berkumpul dalam satu ruangan yang dihiasi dengan warna-warni hiasan ulang tahun. Dengan senumannya yang menjuntai ke atas, Kak Rika membwakan sebuah kudapan manis berbentuk bunga mawar berwarna merah muda. Disusul dengan hadiah dan ucapan selamat ulang tahun dari kak Riana, Kak Rio, ibu, bapak, dan teman-teman Kak Rio yang telah bersahabat  dan dekat denganku. 

Rasa bahagiaku tak mampu kubendung lagi. Air mata haru terus mengalir membentuk pedoman sungai kecil di pipiku. Bibirku tak henti-hentinya menyunggingkan senyuman. 

“Happy birthday , Ebril!Wish all the best for you. ”ucap Kak Rika sembari memelukku. 
“Maaf ya, Bril!Beberapa waktu belakangan ini kakak sibuk banget. Kakak harus menyelesaikan skripsi kakak. Makara kakak enggak mampu bertemu dan mendengarkan kisah kamu. ”sambungnya kembali. 
“Maafkan Kak Riana juga ya, bril!selama ini kakak terlalu hirau taacuh dan jutek sama kamu. Kakak enggak mampu menjadi kakak yang baik buat kamu. Sebenarnya kakak sayang sama kamu. Tapi, kakak aib untuk ungkapkan itu semua. Maaf,  ya!”ucap Kak Riana dengan raut bersalahnya.   

Aku bisu dan tak mampu berkata apa-apa lagi. Aku hanyut dalam rasa haru atas kejutan yang mereka buat untukku. Kini saya menyadari betapa besar kasih sayang mereka kepadaku. Aku berpikir bahwa Kak Rika telah melupakanku. Tapi, saya salah menduga. Di tengah kesibukannya , Kak Rika rela menyempatkan datang untuk memberikanku kejutan padaku. Kak Riana, betapa bahagianya saya alasannya mengetahui bahwa Kak Riana ternyata memang benar-benar sayang padaku. 

******

Suara siulan burung di langit membuatku tersadar dari ingatan masa laluku.  Dalam kisahku itu,  aku menyadari akan suatu hal yaitu, rasa persaudaraan dan kasih sayang tak akan pernah hilang meski waktu dan jarak menjadi halangan.  kasih sayang juga tak mudah di tebak. Kasih sayang antar saudara tidak harus dengan cara yang lemah lembut. Terkadang, kita beranggapan bahwa orang yang sering garang atau marah pada kita berarti membenci. Itu salah. Karena dalam lubuk hatinya yang terdalam, terselip cintanya pada kita. Kasih sayang yang diberikan Kak Rika padaku, bagaikan arus air. Meski terus mengalir sampai samudera, namun kasih sayangnya tidak akan hilang. Walau jauh, namun kasih sayang itu tetap ada, selamanya. 

TAMAT

Profil Penulis:
Nama:Nuning Febrilianti
Umur:15 tahun
Alamat:Lombok Barat
TTL:27 Februari 2002
Hobby:Menulis
Instagram:Nuning_brilianti2726 / Nuranggi_ft
Facebook:Nuning Febrilianti
Previous
Next Post »