Ketika Cinta Harus Pergi Karya Yeni Indah Lestari

KETIKA CINTA HARUS PERGI
Karya Yeni Indah Lestari

Sebelum masuk cerita, kenalin namaku Yeni Indah Lestari. Kelahiran Kebumen, 13 Juni 1996, bintang Gemini, hobi biasanya suka dengerin musik. Bicara soal musik, saya suka banget musik-musik yang temanya itu galau atau lagu-lagu yang romantis. Pertama suka lagu galau itu, dengerin lagunya Ungu judulnya “Laguku”.

“Mungkin hanya lewat lagu ini. Akan kunyatakan rasa, cinta ku pada mu. Rinduku pada mu, tak bertepi. Mungkin hanya sebuah lagu ini. Yang slalu akan kunyanyikan. Sebagai tanda, betapa saya inginkan kamu”. Itulah sepenggal lirik lagu yang sering saya dengerin diwaktu saya sendiri. 

Berawal dari dongeng di SMA, yang kata orang sih rasanya menyerupai permen nanonano, manis, asem, asin, rame rasanya. Kata orang, cinta mampu datang kapan pun, dimana pun, dan dengan siapa pun. Di SMA, saya mulai mencicipi yang namanya jatuh cinta. Engga tau dari kapan, dan berlangsung begitu saja. Aku jatuh hati kepada sosok yang berjulukan Adit. Teman ku dari SMP. Orangnya baik, tinggi, kulitnya hitam tapi manis. Dia itu orangnya pendiem banget. Hobinya futsalan, suka musik dan mampu gitaran. Dan saya suka sama pemuda yang suka musik dan mampu gitaran. Fix, saya jatuh cinta. 

Aku mulai suka sama ia semenjak kelas 1 SMA. Aku sama ia sering smsan, kadang juga  telfonan dari kita lulus SMP. Aku menganggap ia itu cuma sebatas sobat dan engga lebih. Dari situ saya merasa ada yang gila dengan hati ku setiap ia sering perhatian, sering khawatir, dan sering tanya kabar perihal ku. Waktu malam harinya, saya dan ia sering smsan hingga larut malam. Tapi malam itu saya merasa jatung ku deg-degan engga karuan. Ada apa ini ? Tepat pukul 22.30 WIB, ia mengirim pesan ke saya dan ia itu bilang katanya ia suka sama saya waktu kelas 3 SMP, tapi ia gres berani bilang sekarang. Selama ini ia smsan, telfonan sama saya sebab ia itu sayang sama aku. Deg ! Jantungku eksklusif terasa berhenti begitu saja membaca pesan darinya. Untuk beberapa waktu, saya tidak membalas pesan darinya. 10 menit kemudian, saya membalas pesan darinya, “Maaf, saya belum mampu memberi mu tanggapan sekarang. Aku masih butuh waktu untuk memikirkannya”. Dan ku kirim pesan itu. Sesaat kemudian ia membalasnya, “Iya, saya paham. Aku akan menunggu tanggapan dari mu kapan pun”. Aku tidak membalas pesannya lagi. Aku masih memikirkan perihal hal itu hingga larut malam. Aku mampu terlelap pukul 01.00 WIB pagi. 

Ku terbangun, pukul 04.00 WIB pagi disambut udara pagi yang dingin dan sejuk. Pukul 04.20 WIB, saya eksklusif mengambil air wudhu dan melakukan shalat subuh berjama’ah di mushola akrab rumah ku. Pulang dari mushola, kubergegas mengambil handuk dan masuk kamar mandi. Aku selesai mandi, ibu sudah ada didapur untuk mempersiapkan sarapan untuk suami dan anak-anaknya. Sebelum sarapan, saya berkemas-kemas dulu dan mempersiapkan buku-buku pelajran yang akan dibawa ke sekolah. Setelah siap semua, saya eksklusif sarapan. Tepat pukul 06.30 ku bergegas untuk berangkat ke sekolah. Tak lupa ku pamitan kepada kedua orang renta ku tercinta dan memcium tangannya. Ku ucapkan “assalamu’alaikum”, mereka menjawab “wa’alaikumsalam” hati-hati dijalan. Aku eksklusif tancap gas mengendarai motor. 

Diperjalanan saya disambut oleh udara yang begitu dingin. Tak hanya itu, keramaian jalan yang begitu padat. Kebanyakan orang-orang yang mau menuju ke sekolahnya masing-masing, dan orang-orang yang bekerja mencari rezeki untuk kehidupan keluarganya. 

Ketika Cinta Harus Pergi Karya Yeni Indah Lestari

Sampai ku di sekolah pukul 06.50, hampir saja gerbang sekolah mau ditutup dan saya dengan cepat berhasil melewatinya. Aku memarkirkan motorku terlebih dulu dan saya bertemu sobat kelas ku diparkiran. Namanya Nela, orangnya baik, asyik, suka becanda, pintar, tinggi, dan item manis. Aku dan Nela berjalan bersama menuju kelas. Tiba dikelas ku ucapkan “Assalamu’alaikum” untuk mu sahabat-sahabat sejati ku. 

Ku langkahkan kaki ku menuju dingklik ku dan Nela juga menuju kursinya sendiri. Aku dan Nela duduknya depan belakang. Dan yang duduk disamping ku sobat ku namanya Latifah. Dia belum datang. Lagi-lagi saya melamun.


“Doorrr”, tiba-tiba Latifah sobat ku sudah berada disamping ku. Aku terdiam. Kamu kenapa, yen ? terdiam saja ! tanya Latifah. Aku menggeleng lemah. Tanda bahwa saya sedang tidak ingin membahas suatu hal yang menurut ku sia-sia. Bel tanda masuk berbunyi dan melangsungkan acara berguru mengajar. Jam 15.00 WIB sore acara berguru pun telah usai. Dan saya eksklusif keparkiran untuk mengambil motor ku. Saat menuju parkiran, ada sms dari Adit. Dia bilang mau ketemu saya didekat-dekat sekolah ku. Aku eksklusif membalas pesan darinya. Aku jawab “oke”. Aku eksklusif menuju daerah yang ia sms. Setelah ketemu, saya eksklusif menemuinya dan tanya, “ada apa ?”. Dia jawab “maaf, sebab saya tadi malam gres berani bilang perihal perasaan ku yang sebenarnya ke kamu. Dan saya disini, mau mendengar tanggapan mu untuk membalas perasaan ku. Aku akan terima keputusan dari mu. Deg ! jantung ku mulai berdebar engga karuan lagi, “maaf, saya engga bisa”, jawab ku. “iya, saya terima keputusan mu”, jawabnya. “maksudnya engga mampu nolak, hehe..jawab ku”. Dia eksklusif seneng banget dan ia memberiku setangkai bunga mawar merah yang ia sudah sediakan sebelumnya. “makasih”, jawab ku. “iya, sama-sama”, jawabnya. Aku dan ia eksklusif pulang kerumah masing-masing dengan perasaan bahagia. 

Beberapa bulan berlalu, kekerabatan ku dengan ia baik-baik saja. Sampai akhirnya, ada rasa gila dalam kekerabatan ku sama dia. Dia sering susah dihubungi bahkan pesan-pesan ku tidak dibalas sama dia. Kalau lagi smsan, ia kata-katanya cuek. Suatu ketika, saya ketemu sama ia dan kita ngobrol biasa kesana-kesini engga jelas. Aku sama ia jikalau ketemu biasa tukeran hp. Supaya tidak ada kecurigaan diantara kita. Waktu saya mau pinjam hpnya, ia ngasih ke aku. Aku buka semua pesan, kontak dia, bahkan foto-fotonya. Dan saya lihat foto-foto dihpnya ternyata ada 1 foto yang membuat saya terkejut. Ada foto ia sama cewek lain. Aku tahu cewek itu mantannya. Aku kulihat lagi, foto itu diambil beberapa hari yang lalu. Setelah kulihat foto-foto dihpnya dan mengembalikan hpnya ke dia, saya membisu tidak berkata apapun ke dia. Dia gundah dengan sikap ku yang membisu saja. “Kamu kenapa ?” tanya dia. “Aku engga apa-apa. Aku pengin pulang”, jawab ku. Dia eksklusif mengantar ku pulang sebab saya tidak membawa motor. Diperjalanan pulang saya tanya ke ia perihal foto tadi. “Tadi saya lihat dihp mu ada foto kau bersama cewek, dan saya lihat-lihat beberapa hari yang lalu. Kamu kemarin kemana ?”, tanya ku. Dia eksklusif mengerem mendadak dan berhenti. Dia berbelok ketaman akrab jalan raya dan berhenti disitu. Dia mengajak ku duduk ditaman dan menjelaskan semuanya. “Begini, saya akan ceritakan semuanya ke kau tapi kau jangan marah ya ?” tanyanya. Aku mengangguk. “Aku kemarin emang diajak ketemuan sama Tiwi (mantannya Adit) sebab ia telfon saya katanya abis putus sama pacarnya, ia nangis-nangis. Dia pengin saya nememaninya dan mendengarkan semua curhatannya. Aku eksklusif menemuinya tapi saya engga bilang ke kau sebab saya takut jikalau  kamu marah, ia bilang ke saya jikalau mau balikan lagi dengan ku tapi eksklusif saya jawab, saya engga bisa. Aku udah punya pacar. Aku harap kau ngerti. Lebih baik kta berteman saja”, jelasnya ke aku. Tetapi saya tetap diam. “Maafkan saya yang engga jujur ke kamu”, jelasnya lagi. “Aku pengin pulang”. “Iya saya antar kau pulang”. 

Diperjalanan menuju rumah, saya membisu seribu bahasa dengan hati hancur, kecewa, kacau, sakit. Sampai dirumah, saya bertemu Ibu ku dan ku perkenalan Adit pada ibu. Dia tidak sempat mampir sebab Adit ada program dan harus buru-buru pulang. 

Malam hari setelah shalat ‘isya ada pesan darinya “maaf..maaf..maaf..aku udah engga jujur ke kamu..aku minta maaf..kamu jangan marah yaa”. Tapi saya tidak membalas pesan darinya. Karena saya seharian lelah, akibatnya saya tertidur dan mampu melupakan kejadian tadi. 

Pagi hari sempurna pukul 06.30 ku bergegas menuju ke sekolah dan tak lupa berpamitan dengan kedua orang renta ku. Hati ku sakit, kacau tidak karuan. Sampai disekolah, saya terus memikirkan kejadian kemarin dan membuat saya tidak konsen untuk belajar. 

Waktu acara berguru telah usai. Aku eksklusif telfon ia minta ketemuan didekat sekolah ku. Karena sekolahnya pulang lebih awal dari sekolah ku. Aku eksklusif ketempat tujuan. Dia sudah menunggu ku disana sebab rumahnya akrab dengan sekolah ku jadi ia duluan yang sampai. Aku datang menghampirinya dan saya bilang “Aku mau putus”. Dia eksklusif bingung, membisu dan menunduk. Mungkin ia kecewa dengan keputusan ku. Dia akibatnya berkata “Hmm..baik saya terima keputusan mu. Aku tahu kau kecewa ke aku. Tapi satu hal yang kau harus tahu, saya tetap sayang kamu”, jelasnya ke aku. Deg ! hati ku kacau engga karuan. Aku bilang ke dia, “Maafkan saya yang telah mengecewakan mu, semoga ini jalan terbaik untuk kita kedepannya. Kita berteman saja sekarang. Aku pulang, “Assalamu’alaikum”. Dia menjawabnya, “Wa’alaikumsalam. Hati-hati dijalan. Semoga kita mampu ketemu kembali”. “Semoga aja”, jawab ku. Aku eksklusif berbalik menuju kemotor ku untuk pulang sebab sudah sore. 

Waktu menunjukkan pukul 20.00 WIB, saya eksklusif shalat ‘isya dan dilanjutkan untuk berguru di kamar hingga pukul 21.10 WIB. Aku eksklusif tiduran dikamar. Karena saya sedang suntuk, lebih baik saya mendengarkan musik saja. Siapa tahu suntuknya  hilang. Aku eksklusif mengambil hp ku dan ku pilih-pilih lagunya. Aku mendengarkan beberapa lagu punya Ungu, misalnya : Laguku, Luka Disini, Sejauh Mungkin, Sayang, Saat Bahagia. Dan yang terakhir saya mendengarkan lagunya Drive-Melepasmu.

“Tak mungkin menyalahkan waktu. Tak mungkin menyalahkan keadaan. Kau datang disaat ku membutuhkan mu. Dari dilema hidup ku bersamanya”. 
“Semakin ku menyayangi mu. Semakin ku harus. Melepas mu dari hidup ku. Tak ingin lukai hati mu. Lebih dari ini. Kita tak mungkin terus bersama”.
“Suatu ketika nanti kan kau dapatkan. Seorang yang akan damping hidup mu. Biarkan ini menjadi kenangan. Dua hati yang tak pernah menyatu. 
“Maafkan saya yang membiarkan mu. Masuk kedalam hidup ku ini. Maafkan aku. Yang harus melepas mu. Walau ku tak ingin”. 

Aku terhanyut dalam lirik lagu ini. Tak terasa air mata ku menetes berkali-kali. Mengingat seseorang yang saya sayang tapi kini ia sudah tidak ada lagi disisi ku. Semoga ia menerima yang lebih baik lagi dari aku. 

Setiap pertemuan pasti ada perpisahan. Cepat atau lambat pasti akan terjadi pada siapa  pun. Karena saya yakin, Yang Mahakuasa selalu ada untuk ku dan memperlihatkan yang lebih baik dari sebelumnya. Asalkan kita harus terus memperbaiki diri, bersyukur, dan berusaha. 

-TAMAT-

Profil Penulis:
Yeni Indah Leatari 
Kebumen, 13 Juni 1996
Jawa Tengah 

FB : Yeni I.L.
Previous
Next Post »