Penantian Karya Agnes Stephanie

PENANTIAN
Karya Agnes Stephanie

Entah sudah berapa jam, berapa menit , berapa detik saya bangkit di daerah ini. Tempat yang sama ketika beliau berpamitan untuk pergi mengejar cita – cita nya. Satu hal yang beliau janjikan sebelum beliau pergi, bahwa beliau akan kembali untuk ku. Rintik hujan mulai turun, renta berair memenuhi penciuman ku, saya selalu suka dengan bau itu dan beliau selalu bilang bahwa saya asing alasannya yaitu menyukai renta basah. 

“Kamu aneh” Katanya sambil memandang kepadaku, saya menoleh mata kami saling bertatapan.
“Aneh?” Tanya ku heran.
“Ya, kenapa kau suka sekali sama renta berair menyerupai ini ?” beliau balik bertanya.

Aku mengangkat bahu, memejamkan mata, menghirup bau favoriteku ini. 

“Aku juga engga tahu kenapa”
“Tapi saya suka melihat mulut kau menyerupai ini, kau jadi terlihat semakin cantik” katanya sambil tersenyum manis.

Aku membuka mata, menatap kearahnya lagi, beliau tersenyum pada ku, senyum yang membuat jantung ku berdetak lebih cepat, dan tatapan matanya yang selalu membuat ku damai. Pasti kalian berpikir bahwa kami ini sepasang kekasih? Bukan, kami bukan sepasang kekasih. Walaupun bahwasanya saya sangat mencintai laki – laki ini, laki – laki yang sedari kami kecil sudah menjadi penolongku, penghiburku, menemaniku. Ya, saya mencintainya. Tapi, apakah beliau mencintaiku? Aku tidak tahu, mungkin beliau hanya menganggap ku sebagai sahabat baiknya, sahabat kecilnya, atau adik nya. 
Saat beliau mengatakan akan pergi, saya marah padanya saya tidak terima beliau meninggalkanku . saya sudah terlalu terbiasa dengannya, pasti asing rasanya tanpa beliau disampingku.

“Besok saya mau ke Jakarta. Kamu jaga diri baik – baik ya” 
“Kamu tega ninggalin aku?” air mata sudah tidak dapat saya bendung lagi.
“Sejujurnya saya tidak tega, saya tahu kau itu ceroboh, kau gampang panik. Gimana kesannya kalau saya engga ada disamping kamu. Tapi, saya harus pergi, kau tahu kan ini cita-cita aku?” 

Aku mengangguk pelan, ini memang impiannya. Pergi ke Jakarta, sekolah disana dan sukses di kota besar itu. Aku pasrah, saya tidak mungkin menghalangi laki – laki yang saya cinta untuk mengejar impiannya. 

Penantian Karya Agnes Stephanie

Tiba – tiba beliau menggenggam tanganku erat, kini kami saling bertatapan.

“Aku berjanji, saya akan kembali kesini, ketempat ini. Untuk kamu, kau mau menunggu saya kan ?” Tanya nya sambil mengusap pelan rambutku. Aku mengangguk. 

Sejak hari itu, saya selalu menunggu beliau disana. Hari berganti minggu, ahad berganti bulan, dan bulan berganti tahun, saya tetap menunggu beliau disana. Tak perduli orang – orang menganggap saya perempuan bodoh,naif. Aku percaya beliau pasti menepati janjinya.

Hujan mulai reda, hanya tinggal gerimis kecil yang tersisa ketika saya melihat sosok itu datang. Senyum yang dekat dan matanya yang memancarkan kedamaian masih menyerupai dulu, hanya sekarang beliau terlihat lebih dewasa. Kini laki – laki itu hadir kembali, beliau kembali menyerupai janjinya. Dia ada dihadapanku sekarang. Tanpa banyak kata beliau memeluk ku erat.

“Aku kembali, terima kasih sudah menunggu ku selama ini. Dan saya tidak akan pernah membiarkan kau menunggu lebih lama lagi. Aku akan segera melamar kamu” Dia menggenggam tangan ku erat. Aku diam, apa saya tidak salah dengar? Laki – laki gres saja kembali dan eksklusif melamarku?
“Sebenarnya, saya sudah lama mencintai kamu. Tapi saya tidak berani bilang, saya ingin hidup mapan dulu supaya mampu membahagiakan kamu. Dan sekarang, sudah saatnya untuk mewujudkan itu semua. Kamu mau kan ?” tanya nya lagi. Tanpa ragu saya menganggukkan kepala. Dia tersenyum senang mendengar jawabanku, mengecup kening ku dan memeluk ku lagi. Penantian ku selama ini ternyata tidak sia – sia, sekarang saya mampu bersama dengan laki – laki yang saya cinta selamanya.

Profil Penulis:
Nama : agnes stephanie
TTL    : 21/08/1995

Jurusan Sastra Indonesia Universitas Pamulang

fb : agnes stephanie
twitter : @agnesteff_

Previous
Next Post »