PAHLAWAN YANG DIRAMALKAN
Karya Aslan Yakuza
Aku tergelincir, jatuh ke air, dan terseret arus deras yang membawaku ke dasar sugai yang terkenal akan ke dalamannya. Semakin ke dalam, air sungai semakin keruh, membuat saya tidak bisa melihat sesuatu, bahkan melihat ikan-ikan yang juga terseret arus sungai itu.
Sekilas dipikiran, apakah hidupku akan berakhir sekarang? Kurasakan seseorang memeluk dan menarikku. Apa saya mati? Karena gelap sekali di sini.
"Dia sudah datang Yang Mulia!" Suara itu membuat saya sadar bila saya tidak berada sendirian.
Mendadak tempatku berada terang-benderang. Aku tercengang, melihat kerumunan ikan dan binatang laut lainnya. Namun bukan itu yang membuatku heran, tetapi puluhan orang bertubuh separuh ikan yang dilengkapi persenjataan tombak dan pedang.
"Apa kalian duyung?"
Mereka tak menjawab pertanyaanku, malah mereka mengucapkan. "Selamat datang Buyung!"
"Darimana kalian tahu namaku?"
"Kau yakni jagoan yang telah diramalkan akan datang dan menyelamatkan kerajaan duyung," ujar seekor duyung jantan bertubuh kekar dan memakai mahkota emas di kepalanya.
"Apa kau raja mereka?"
"Ya."
"Kalau begitu, keluarkan saya dari sini. Aku hanya insan biasa, tidak memiliki kekuatan apa-apa!"
Semua menatap heran. Raja duyung melanjutkan pembicaraan. "Jika kau tidak memiliki kekuatan, kenapa kau bisa bernapas di dalam air?"
Pertanyaan itu membuat saya eksklusif memerhatikan sekitar. Benar! Aku berada dalam istana yang bangunanya terbuat dari emas dengan atribut mutiara sebagai pelengkap. Lagi-lagi saya tercengang, heran dengan apa yang terjadi kepadaku. Bagaimana bisa saya mengapung dan bernapas dalam air?
"Kau tak perlu bingung!" kata-kata raja duyung membangunkan lamunanku. "Kau sudah ditakdirkan untuk mengalahkan Ignaka, bersama dengan Elzabet," lanjutnya.
"Apa maksudnya?"
Pahlawan Yang Diramalkan Karya Aslan Yakuza |
Belum sempat raja duyung menjawab pertanyaanku, seekor duyung tiba-tiba datang lalu mengatakan. "Yang Mulia! Ignaka sudah datang. Ia sudah menghancurkan gerbang depan serta pemukiman duyung jelata!" jelasnya, dengan wajah dan nada kepanikan.
Wajah semua duyung dan binatang laut berubah. Mereka terlihat ketakutan. Beberapa dari mereka ada yang memohon kepadaku untuk melawan Ignaka yang belum kuketahui wujudnya. Raja duyung melemparkan pedang ke arahku yang secara otomatis tersampir di pinggang. Aku heran, bagaimana itu bisa terjadi.
"Ini kebenaran. Kau yakni jagoan yang diramalkan!" Elzabet menarik tanganku. Duyung cantik itu ternyata memiliki keberanian yang mengagumkan. "Kita tidak boleh menyia-nyiakan kepercayaan semua duyung dan makhluk hidup yang ada di kerajaan. Kita harus menang!" tambahnya.
Aku mengangguk pelan.
Sesampai di gerbang depan, saya terkejut mengetahui bila Ignaka yakni sosok belut laut raksasa yang bisa mengeluarkan lendir bertegangan listrik dari mulutnya.
"Benar saja! Kita akan melawannya?"
"Ya! Ayo maju!" Elzabet berenang menuju belut laut raksasa, berkali-kali ia berusaha menebas kepala belut itu, namun selalu gagal, alasannya yakni belut tersebut sangat lincah.
"Bantu aku, Pangeran!"
Kata-kata Elzabet membuat saya tak paham. Aku ketakutan, tetapi saya merasa kasihan ketika duyung cantik itu terkena serangan. Tubuhnya gemetaran, tetapi ia masih bisa berdiri dan menyerang. Aku tak mau biarkan ia berjuang sendirian. Aku beranikan diri dan berenang menyusul Elzabet untuk menyerang belut raksasa itu. Kutarik pedang lalu kuangkat ke atas. Aku sudah mengambil ancang-ancang, dan siap menancapkan pedang itu di mata belut laut tersebut.
Belut itu menolehku, dan hendak menyang, tetapi Elzabet mengalihkan perhatiannya dengan berteriak. "Musuhmu yakni aku!"
Belut laut itu urung menerkamku, dan hedak berbalik menyerang Elzabet. Akan tetapi, usahanya itu terlambat, alasannya yakni saya sudah berhasil menusuk matanya.
"Giliranku!!" Elzabet berenang mendekati kepala makhluk air itu, kemudian menusuk matanya dengan pedang.
Seketika cahaya terang terpancar dari pedang kami berdua, memaksa kami berenang menjauh dari belut raksasa itu yang mulai hanyut terbawa arus.
Setelah berhasil mengalahkan Ignaka, saya diangkat sebagai raja. Tetapi, saya menolaknya dan memilih untuk kembali. Seluruh rakyat kerajaan duyung tak henti-henti berterima kasih ketika saya kembali, meninggalkan kerajaan duyung dan Elzabet sang duyung cantik yang menghadiakanku kecupan mesra dikala berhasil mengalahkan Ignaka.
Palembang, 20 Maret 2015.
Profil Penulis:
Aslan Yakuza, cowok kelahiran Palembang 1992 silam ini gres menggeluti dunia tulis menulis. Ia masih butuh terus berguru dan belajar, hingga bisa mewujudkan mimpinya menerbitkan novel perdana.