MENCARI KEBAHAGIAAN
Karya Mario Kastanya
By : Mario Abraham Kastanya
Edited by : Stella Fiona Roring
4 Juni 2009
Jam di dinding memperlihatkan pukul 4 pagi dan saya masih duduk menatap layar komputer yang ada di meja kerjaku. Pikiranku melayang mengingat hari itu.
Hari itu penuh dengan rutinitas kerja yang membosankan, orang lain pun bertingkah dengan sangat menyebalkan. Namun entah kenapa hidup ini terasa sepi, saya sangat merindukan untuk menjalin korelasi dengan orang lain. Perasaanku ketika ini ibarat kanvas hitam yang terluka oleh hubungan-hubungan sebelumnya namun menunggu seseorang yang dapat menaruh warna-warna rupawan pada kanvas ini. Yang saya inginkan tentunya bukan korelasi lama tapi korelasi baru, saya ingin memulai lagi dari awal.
“Kali ini saya akan mencari orang yang sempurna dan menjalani korelasi dengan benar”, saya berkata pada diriku sendiri. Aku bertekad beliau akan menjadi pasangan hidupku !!
Akhirnya pribadi kubuka list nama teman-teman wanitaku, mulai dari sahabat SMA hingga sahabat kantor ketika ini, tapi tak ada satu pun yang menurutku cocok.
Hari dan ahad pun berlalu. Aku capek ...
Seperti hari-hari kerja lainnya, saya datang ke kantor, saya nyalakan komputerku lalu sedikit mengobrol sana-sini dengan sahabat kerjaku dan tentu kembali lagi bekerja. Seperi biasa saya akan membuka facebook, situs sosial yang sedang naik daun ketika ini.
Aku mulai membaca status teman-temanku dan mengomentarinya, saya juga mulai melihat foto-foto yang gres diupload dan mengomentarinya, memang itu keunggulan facebook dibandingkan situs sosial lainnya. Terpikir untuk mencari calon pasangan bidup dari friends list temanku, maka dengan penuh impian saya melihat satu persatu friends list teman-temanku lengkap dengan foto profilnya.
“Hmmm.. Sarah.. Dia sahabat gerejaku yang sudah bertahun-tahun ga ketemu..” kulihat fotonya, “Yap .. betul, beliau memang sahabat gerejaku..” sambil meng-klik tombol add as friend. Kuharap beliau masih mengenaliku dan mau menjadi temanku di facebook.
Mencari Kebahagiaan Karya Mario Kastanya |
Tak ibarat biasanya, hari ini saya berangkat pagi ke kantor, alasannya ialah sebetulnya saya masuk sore hari hingga malam hari. Aku penasaran ingin tahu apakah Sarah meng-approve friend request-ku. “.... Yaaaaaaaay !!! Dia mengabulkannya !!”
Mulai hari itu saya berkomunikasi lagi dengannya lewat layanan maya lainnya, chatting. Dulu saya tak pernah menyadarinya, tapi berbicara dengannya sangat menyenangkan. Dia pun tidak berubah, tetap suka bercanda. Aku mampu menghabiskan waktu berjam-jam di depan komputer hanya untuk chatting dengannya. Perasaan ini semakin senang ketika saya tahu beliau sedang available ketika ini.
Hari berganti hari, waktu pun terus berjalan. Kanvas yang hitam ini mulai mempunyai warna cerah yang bersinar. Setiap hari saya bertemu dengannya melalui facebook dan telepon. Dan semakin hari saya menginginkan hal yg lebih dari korelasi pertemanan ini.
Aku memberanikan diri untuk bertanya apakah beliau mau untuk saling bertemu dan kenal lebih jauh lagi, ternyata dirinya mengiyakan keinginanku tersebut.
Seminggu selepas permintaanku tersebut, kita bertemu di Jakarta, di apartemennya lebih tepatnya, dan berjanji untuk mengikatkan diri.
Kanvas hitam ini sekarang berwarna-warni jelas yang begitu menyilaukan.
Aku menanti tahap lain dalam kehidupanku untuk memenuhi kanvas ini bersamanya, dan membuat kanvas lain untuk diwarnai.
Aku bahagia.
Profil Penulis:
kastanyafamily@yahoo.com