DIKA (SAHABAT TERCINTA KU)
Karya Suryani Situmorang
Ini terlalu sulit. Mencintanya yang tak mencintaiku, saya termenung memperhatikan setiap gerakan lincahnya di lapangan sekolah, sempurna di depan kelas ku.
Dia tersenyum manis melambaikan tangannya padaku sesaat setelah mencetak sebuah gol. Bisakah ia berhenti melaksanakan ini, berhenti membuat ku mencintainya? Aku rasa tidak, terperinci ia tidak tau saya mencintainya yang ia tau saya sahabatnya.
"Kila, bener ya, Dika pacaran ama Rani?" Aku tersentak, tak berapa lama saya tertawa menyembunyikan rasa terkejut ku.
"Dika? Ah, ku rasa kau salah. Itu tidak mungkin. Lagipula Dika tak pernah bilang." Jawab ku setelah menghentikan tawa ku.
Aku meyakinkan hati ku, informasi itu tak benar. Aku mencoba menepis segala kemungkinan terburuk yang mungkin terjadi. Dika menghampiri ku, melemparkan handuknya pada ku,
"Aku lelah, bisa tolong lap keringat ku?!" Itu bahkan terdengar menyerupai perintah. Tanpa ragu saya mulai menempelkan handuk ke sekitar wajahnya.
"Aku mendengar sebuah gosip murahan hari ini." Aku menatap wajahnya yang berjarak sangat bersahabat dengan ku. Ia memandang ku, ia terlihat kebingungan.
"Tentang apa?" Tanya Dika akhirnya.
"Aku dengar kau pacaran dengan Rani. Benarkah itu?" Aku menghentikan gerakan tangan ku, meremas erat handuk putih di ajun ku. Ia menatap ku lama, seberkas senyuman menghiasi wajah tampannya.
"Kau cemburu?" Aku tersentak, ku lempar handuknya, buru-buru ku tinggalkan Dika yang masih terkejut.
Dika (Sahabat Tercinta Ku) Karya Suryani Situmorang |
Sejenak, ku tatap ia yang masih bangkit di depan kelas ku.
Bel pulang telah berbunyi, saya menunggu Dika di depan kelasnya, tak ingin marah padanya lagi, saya tau saya yang terlalu sensitif harusnya saya tidak melaksanakan itu tadi. Aku terkejut melihat Dika dan Rani yang duduk berdua di kelas mereka, hanya mereka berdua saja.
Aku tertunduk lemah, berbalik meninggalkan kelas, berharap segera berlalu tanpa seorangpun yang tau. Sialnya, Dika melihat ku, "Kila?" saya mendengar bunyi langkahnya semakin mendekat, segera ku berlari meninggalkannya tanpa menoleh sedikitpun.
Aku berhenti berlari ketika ku rasa saya telah jauh dari mereka, saya terduduk lemas menatap tali sepatu ku yang terlepas. Air mata ku jatuh tanpa ku sadari. Kenapa saya menangis, kenapa rasanya sesakit ini, saya meremas erat tangan kiriku.
Aku tersentak ketika seseorang berjongkok di depan ku, mengikat tali sepatu ku. Perasaan ku terasa asing ketika Dika menatap ku. Menyeka air mataku.
"Kenapa lari?"
"Jangan menangis, kau tau saya tak suka itu." Aku terpaku, tak bisa berkata-kata.
"Rani," saya semakin meremas tangan kiri ku.
"Dia bukan siapa-siapa ku." Aku mengangkat wajah ku.
"Kenapa?" Tanyaku dengan bunyi ku yang serak,
"Kau masih bertanya, terperinci karna saya mencintai gadis lain." Aku semakin terkejut.
"Siapa?" Aku mulai mempersiapkan diri menghadapi kenyataan beliau mencintai orang lain.
Aku mendengar bunyi tawanya,
"Aku tidak menyangka akan mengatakannya ditempat menyerupai ini."
Aku menatapnya bingung.
"Itu kamu, saya hanya bisa mencintai mu."
Aku tertegun menatapnya yang salah tingkah di depan ku. Dia tersenyum manis. Jadi, apakah ini artinya cintaku berakhir bahagia? Ah, balasannya saya akan memilikinya bukan sebagai sobat tapi sebagai kekasih.
"Mau jadi pacar ku?"
Profil Penulis:
Hello
saya suryani, usiaku 17tahun.
Id facebook ku SuryAni Situmorang, twitter ku @SuryaniSM13
sorry for typo