CUPCAKE-KU CUPCAKE-MU CUPCAKE KITA
Karya Rahma Chumairaa
Mentari mulai mengantuk dan sudah saatnya kembali keperaduan, mengadukan segala keluh kesahnya pada Tuhan, Entah! Apa yang akan ia keluhkan pertama kali padaNYA yang telah menciptakan alam semesta beserta isinya, termasuk didalamnya terdapat keluarga yang terdapat kakak dan adik yang tak pernah akur setiap harinya.
‘’Kak! Apa yang harus ku katakan padanya?’’Teriak Aldi dari dapur yang tak jauh dari ruang tengah yang sederhana itu.
‘’Dasar bodoh! Kau ini begitu saja tidak tau. Kau tinggal mengatakan bila kau ini benar-benar menyukainya. Bawa sekalian bunga mawar, perempuan menyukai hal-hal semacam itu,’’Jawab Bia melongok ke arah Aldi yang tengah meneguk segelas air dingin.
‘’Bia, sudahlah. Berhenti mengganggu adikmu itu, mana mungkin kau ini menyuruh adikmu berpacaran.’’ Ujar nenek Bia membawa nampan berisi pisang goreng lengkap dengan teko berisi teh panas.
‘’Nenek, cucumu yang satu itu tidak akan memiliki pacar, mana ada gadis yang mau menjalin kekerabatan dengan laki-laki pemalas menyerupai itu,’’Ujar Bia membantu neneknya menaruh nampan di atas meja
‘’HEYY! Jangan melupakan riwayat sekolah dikala adikmu ini masih SD, waktu adikmu ini selalu di kejar-kejar anak perempuan cantik-cantik, bahkan guruku saja sangat menyukai senyumanku.’’Ujar laki-laki sipit itu duduk di atas sofa.
‘’Kau ini udik atau gimana? Bukankah dikala itu murid laki-lakinya Cuma ada 3, itu pun 2 lainnya tidak memunculkan sikap laki-lakinya sama sekali,’’Sahut gadis itu menjitak kepala adiknya.
‘’BIA, ALDI !! Berhenti membuat keributan di rumah. Lihat, nenekmu ini sangat pusing mendengarkan kalian selalu berantem setiap waktu.’’Sarah nimbrung bersama keluarga kecilnya. Perempuan paruh baya itu melempar tasnya dan meneguk secangkir teh yang masih panas.
‘’Bia, apa kau sudah menyiapkan segala keperluanmu untuk kau bawa besok?’’
‘’Arrrggh, rasanya saya ingin tetap disini bersama nenekku ini, Bu.’’Gadis itu memeluk manja neneknya yang ada di sampingnya.
‘’Bi…’’kata Sarah terputus ketika nenek mereka mengarahkan pandangannya pada perempuan paruh baya itu. Sarah mendesah pelan, mengangkat pantatnya dan menghambur menuju kamarnya, Bia dan Aldi hanya cekikikan melihat mamanya itu.
***
‘’Bi, sesampai disana kau jangan lupa menelpon ke rumah, YA?’’Ujar nenek memeluk gadis itu.
‘’Iya nenek, pasti Bia akan pribadi ngasih kabar ke rumah kok,’’
‘’Nanti Akbar akan menjemput kau di Stasiun, semoga ia tidak lupa denganmu,’’Ujar Sarah pada anak gadisnya seraya mencium pipinya.
‘’Jangan hingga salah orang, semoga saja kak Akbar segera mengenali wajahmu yang jelek itu,’’kata Aldi melempar ransel pada kakaknya
‘’Diamlah kau bodoh, harusnya kau ini memeluk kakakmu ini,’’
‘’Apa?’’
‘’Aldi, lakukan pada kakakmu,’’
‘’OH kakakku tercinta, hati-hati di jalan,’’Aldi memeluk kakak itu di barengi dengan jitakan di kepalanya. Bia menyeriangai mempercepat langkahnya mengejar kereta api yang bejalan pelan di barengi dengan lambaian tangan dari Bia.
‘’Aku mencintai kalian,’’
***
Sudah 15 menit lamanya Bia menunggu di lobby stasiun, ia sudah hingga di Jakarta semenjak 15 menit yang lalu, dan ia belum mendapati sepupunya itu menjemputnya.
‘’SUDAH LAMA ? maaf, jalanan macet!’’
‘’BAIKLAH! Aku tau itu,’’
‘’Bagus, kita pergi sekarang? ‘’tanya laki-laki itu dan Bia menggangukkan kepalanya, mereka berjalan beriringan menuju mobil. Masuk kedalam kendaraan beroda empat dan dengan segera Akbar menyalakan kendaraan beroda empat Ferrari hitamnya.
Ya tuhan, apa boleh bila saya mengatakan Kau menghadirkan cinta yang salah? Kau menanamkan benih cinta laki-laki di sebelahku ini di hatiku. Laki-laki di sebelahku ini memang telah mengikis kekerasan hatiku dari cinta, hingga saya tak dapat memalingkan muka untuk tak menatapnya.
‘’Budhe Sehat, BI?’’ Tanya Akbar, gadis itu gelagapan
‘’OH YA!,’’jawab gadis itu membenarkan rambutnya yang sama sekali tidak berantakan, hening. Gadis itu mengarahkan pandangannya ke luar jendela berharap pemandangan di jalan yang mereka lewati dapat mengalahkan pesona laki-laki di sampingnya. Gadis itu harus bersyukur ketika tak lama setelah itu kendaraan beroda empat Akbar berhenti di depan rumah adik dari ibunya itu, ia segera melambaikan tangan pada om dan tantenya yang telah menyambutnya di depan pintu rumah besar itu.
‘’Om, Tante!’’Gadis itu memeluk Rani yang sedari tadi melempar senyum padanya
‘’Syukurlah! Akhirnya kau hingga juga. Tante sudah menyiapkan makanan buatmu, Nak!’’
‘’Ayo, masuk. Kau pasti lapar setelah perjalanan jauh,’’ujar om Dony mempersilahkan Bia, dan Akbar mengekor dibelakang mereka membawakan ransel besar Bia.
***
Cupcake-ku Cupcake-mu Cupcake Kita Karya Rahma Chumairaa |
Jangan katakan kau datang kemari untuk menarik mataku biar melihatmu dan mengagumimu. OH! Tentu saja, semua mata akan terpana melihat rembulan yang cantik dengan gemerlap bintang di sekelilingnya. Tapi, entah sebab apa semua itu tak bisa mengalahkan pesona Akbar yang lebih memukau dari berjuta kali keindahan di angkasa.
‘’HEYY!Apa yang kau lakukan disitu?’’tanya Akbar melongokkan wajah dari balkon kamarnya. Laki-laki itu mendapati Bia tengah duduk di atap rumahnya yang berseberangan dengan kamarnya.
‘’Lihat!Tuhan menciptakan semuanya dengan sempurna. Kau tak ingin duduk disini bersamaku menikmati pesona yang yang kuasa ciptakan di depanku ini?,’’Ujarnya, laki-laki itu mendelik. Namun, selangkah demi selangkah mulai mendekati gadis itu.
‘’Bagaimana kau bisa menemukan kawasan seindah ini ?’’
‘’Langkahku tertuju untuk selalu menatapnya?’’
‘’Kau sangat terpana dengan keindahannya hingga melupakan keselamatan ?’’
‘’Karena saya tau, keindahan tidak akan datang untuk menyakiti kita.’’ujarnya tanpa mengarahkan pandangannya pada laki-laki yang duduk di sampingnya.
‘’Baiklah, Lihat bintang itu,’’ujarnya menunjuk pada satu bintang.’’Apa yang kau rasakan setelah menatapnya?’’.
‘’CINTA! Mata cinta ku mengatakan bila saya sangat nyaman bila saya bersamanya, menatapnya dan akan selalu mengaguminya. Entah! Alasan apa yang membuatku begitu terpesona dengan keindahannya, yang pasti yang sekarang ada ketika saya menatanya hanya Cinta,’’Aku gadis itu menatap lekat-lekat laki-laki yang mengarahkan pandangannya pada bintang di angkasa. ‘’Dan kau, apa yang kau rasakan ?’’
‘’Boleh saya mengcopy jawabanmu? sepertinya saya menyukai jawabanmu barusan,’’Laki-laki itu nyengir, gadis itu mengerucutkan pipinya kesal.
Bukankah mata cintaku mengatakan keindahan bintang itu berasal dari tatapan matanya?
***
‘’Ayo, cepatlah bangun! Kita harus segera sarapan pagi!’’ Akbar menarik selimut yang menutupi tubuh gadis yang masih bergulat dengan gulingnya itu ‘’Mana mungkin ada perusahaan yang mau memperkerjakan karyawan yang jam segini saja belum bangun!’’.Sergah laki-laki itu, gadis itu mengeram kesal, menarik lepas selimut dari kepalanya.
‘’Kakak keluarlah, saya berjanji akan duduk diseberang kursimu dalam 5 menit,’’gadis itu nyelonong menuju kamar mandi, Akbar menyeringai sebab berhasil membuat gadis itu kesal.
‘’Nanti pergilah ke pabrik, ada barang-barang gres yang datang.’’Ucap Dony pada anak laki-lakinya itu.
‘’Arggh pa, izinkan saya hari ini datang terlambat! Bukankah sebaiknya saya harus menemani Bia untuk pergi ke toko kudapan manis mama,’’jawab Akbar duduk di seberang papanya
‘’Sudahlah pa, biarkan saja, mungkin ia masih kangen dengan…’’
‘’Pagi om, tante!maaf banget ya Bia bangunnya kesiangan. Sepanjang malam saya hanya bergurau dengannya hingga lupa waktu,’’Lirik Bia pada Akbar
‘’Ya sayang, nggak apa-apa. Kita sarapan ya, tante sudah masak nasi goreng,’’ujar Rani menyodorkan piring berisi nasi goreng pada Bia.
***
‘’Sejak kapan kau suka membuat Cupcake ? seingatku kau hanya suka bermain masak-masakan waktu kau kecil,’’
‘’Sudahlah! Kau duduk saja disitu, jangan merecoki pekerjaanku. Akan kubuat pelanggan tante Rani ketagihan dengan kue-kue buatanku.’’Ujar gadis itu mulai mencampurkan bahan-bahan membuat cupcake, satu jam kemudian ia benar-benar beruntung sebab 15 menit setelah ia menaruh cupcake buatannya di dalam etalase, cupcakenya dapat dilirik pelanggan dan pribadi mendapat order 100 buah cupcake, ia benar-benar senang dan pribadi mengembangkan cupcake pesanan dari pelanggan toko kudapan manis tantenya itu. Kringgg !
‘’KAK!Bagaimana saya mengembangkan pemikiranku untuk goresan pena terbaruku ini, saya benar-benar harus memenangkan kompetisi lomba menulis ini. Hadiahnya sangat menggiurkan!’’celoteh Aldy dari seberang telepon
‘’KAU INI! kau yang mengikuti kompetisi kenapa harus saya yang memutar otak, HAH! Kirimkan bahan-bahan tulianmu saja lewat e-mail, biar nanti kulihat, saya lagi banyak kerjaan, sudah dulu ya adikku yang bodoh!’’gadis itu menyeringai, menutup ponselnya tanpa harus menunggu tanggapan dari adiknya.
***
Gadis itu kini semakin disibukkan dengan pesanan kudapan manis yang ia terima dari pelanggan yang datang ke toko kudapan manis tantenya, dan tantenya itu juga sangat puas dengan hasil kerjanya, tak terasa sudah satu tahun ia bekerja di toko kudapan manis itu. Dan ahad ini ia memutuskan untuk pulang ke rumahnya untuk menengok keluarganya yang telah ia tinggalkan.
‘’Kau mau kemana?’’Akbar melongok dari balik pintu kamar Bia yang setengah terbuka
‘’Rasanya saya sangat kangen sama mama dan nenek, saya sudah bilang pada om dan tante untuk izin pulang untuk beberapa hari,’’ujarnya mengemasi pakaiaanya
‘’Mana mungkin kau pergi tanpa saya ?’’
‘’Kau akan pergi bersamanya, antarkan ia hingga rumahnya, dan kau juga harus bertemu dengan nenekmu.’’Sela Dony dari balik tubuh akbar yang tinggi semampai itu. Akbar pribadi kegirangan menuju kamarnya untuk mengemasi pakaiannya.
***
‘’Kau benar sekali memilih mengajakku naik kereta api menyerupai tadi, rasanya saya lupa kapan terakhir kali naik kereta untuk pergi kerumah nenek,’’
‘’Kau selalu memilih menggunakan pesawat, padahal naik kereta api sensasinya lebih berasa,’’Gadis itu menyeringai, berjalan beriringan dengan Akbar memasuki gang menuju rumahnya. Ia begitu senang sebab dapat berada disini lagi setelah sekian lama menahan diri untuk tidak pulang kerumah.
‘’Nek! Ma! Lihat saya pulang dengan siapa?’’teriak Bia dari halaman rumahnya, tapi ia tak mendapati tanggapan dari nenek dan mamanya.
‘’Mereka kemana? Sepertinya mereka tidak di rumah?’’Akbar celingukan melihat sekitar rumah, tapi tetap saja tak menemui siapapun.
‘’Kak Bia!’’.
‘’Aldy, lihat saya pulang! Aku berhasil membuat surprise bukan?’’Bia memeluk Aldy yang masih tertegun.‘’Kau dari mana, kenapa rumah sepi. Nenek, mama?’’.
‘’Mama, mama ?’’ALdy tertunduk, dan Bia masih menunggu tanggapan dari adiknya
‘’Mama...mama di Rumah Sakit, kak!,’’
‘’APA?,’’
***
Gadis itu mempercepat langkahnya, Akbar berusaha menenangkan Bia yang terus berjalan melewati koridor rumah sakit.
‘’Nenek?’’Gadis itu segera memeluk neneknya yang duduk di lobby Rumah Sakit
‘’Apa yang terjadi, Nek?’’
‘’Mamamu mengalami serangan jantung, Nak. Tenanglah! Dokter akan menyelamatkan mamamu.’’ujar neneknya membelai rambutnya
‘’Keluarga ibu Sarah,’’Dokter keluar dari ruangan ICU
‘’Iya dokter, bagaimana keadaan mama saya?’’
‘’Ibu Sarah ingin bertemu dengan kalian,’’ujar dokter itu, dan dengan segera gadis itu menghambur masuk kedalam ruang ICU.
‘’Ma, lihat Ma. Bia pulang! Dengar Ma, setelah mama pulang dari Rumah Sakit mama harus berhenti kerja, biar Bia saja yang bekerja, mama nggak boleh kecapekan ya, Ma!’’Bia meremas jari-jari mamanya yang terkulai lemas dengan selang infusnya. Sarah tersenyum melihat anak kesayangannya muncul di hadapannya, matanya tertuju pada anak laki-lakinya yang ada di belakang Bia.
‘’Ma, istirahatlah! Kami tidak apa-apa, kami tau mama tidak akan meninggalkan kita, mama akan selalu bersama kita.’’Aldy menahan air matanya di sudut matanya, Sarah tersenyum meneteskan air matanya. Bia memeluk tubuh mamanya mengantar kepergiannya untuk selama-lamanya.
***
‘’Sayang! Sebentar lagi hujan. Kita pulang ya,’’Ujar Rani merengkuh bahu Bia di depan gundukan tanah yang masih merah itu, gadis itu menaburkan bunga rampai dan mengangguk pelan meninggalkan sejuta senyum dari orang yang terkubur di dalam tanah itu.
‘’Nak, kami mengerti perasaanmu sekarang, bila Bia masih ingin disini bersama ibu dan Aldy. Om dan tante mengerti.’’ujar Sarah duduk ia atas sofa, membelai rambut gadis itu. Bia mengarahkan pandangannya pada Aldy dan neneknya yang duduk di seberang sofa.
‘’Pergilah nak, kau tak perlu mengkhawatirkan kami.’’ujar neneknya.
‘’Aku akan menjaga nenek, Kak!’’ucap Aldy lirih
***
Gadis itu memutuskan untuk kembali bekerja di toko kudapan manis tantenya, ia tahu kini ia ialah tulang punggung keluarga. Hari itu ia begitu semangat untuk membuat kudapan manis yang berbeda dari kue-kue yang ia buat sebelumnya. ia akan membuat kudapan manis ulang tahun spesial untuk ulang tahunnya 2 hari lagi.
‘’HAY, kau Bia kan! Aku Laras, Akbar bercerita banyak wacana adiknya ini, katanya kau sangat mahir membuat kue, dan ia bilang bila merasakan kudapan manis buatanmu pasti akan ketagihan. Tadi saya mencari ia di kantor, tapi katanya ia pulang, makanya saya pikir pasti ia pergi ke toko untuk merasakan kudapan manis buatanmu.’’Celoteh gadis berkulit putih itu, Laras? Siapa dia?
‘’Hay! Sayang! Kau disini?’’Akbar menghambur memeluk gadis itu.
‘’Kau ini bagaimana, kau komitmen untuk menemaniku untuk memesan seruan pertunangan kita, kau malah tidak ada di kantor.’’
Apa ini? Undangan pertunangan ? mereka akan bertunangan? Kenapa saya tidak mengetahui ini ?
‘’Sebaiknya saya meneruskan membuat kue, permisi!’’gadis itu menghambur meninggalkan Akbar dan Laras.
‘’Hay, buat kudapan manis spesial buat saya ya,’’teriaknya membarengi langkah Bia masuk ke dalam dapur, gadis itu mengunci diri di dalam toilet, tanpa ia menyadari air matanya mengalir begitu saja.
Apa artinya bila selama ini kak Akbar telah memiliki kekasih?Oh, sungguh bagaimana saya bisa melihat bintang itu dimatanya bila mata cintaku telah ia hancurkan bersama dengan perihnya hati ini. Bagaimana bisa saya mengatakan bila saya memiliki mata cinta bila saya masih saja mencintai orang yang salah. Salah? iya salah.
***
‘’HAY! Apa yang kau lakukan disini, ayo pulang!’’Akbar menarik lengan Bia yang duduk di lobby stasiun kereta api. Bia menampik tangan itu.
‘’Sebenarnya apa yang terjadi denganmu, kau pergi dari rumah tanpa bilang padaku, HAH?’’Akbar mencengkeram tangan Bia, gadis itu menatap dengan mata terpancang.
‘’Apa kau bilang padaku bila kau memiliki tunangan?’’
‘’Belum tepat waktunya bila saya mengaakannya padamu, sudahlah! Apa yang terjadi denganmu, harusnya kau membuatkanku kudapan manis spesial dikala pertunanganku nanti,’’
‘’Kau tidak mengerti,’’Ujar Bia melangkahkan kakinya menerobos hujan yang kian deras mengguyur malam itu.
‘’Apa yang tidak saya tau?’’Akbar mengejar Bia yang berada di depannya, gadis itu menghentikan langkahnya, membalikkan tubuh menatap laki-laki yang ada di hadapannya.
‘’Aku mencintaimu, KAK! Harusnya saya harus membuang rasa ini jauh-jauh. Tapi entah bagaimana saya harus menjelaskannya bila saya benar-benar nggak bisa menghilangkan bintang di matamu yang membuatku begitu bahagia bila menatapnya. Aku tak tau kenapa saya tak bisa mengalahkan sengatan api cemburu yang memperabukan hatiku ketika melihatmu bersama dengan wanita tadi, saya tak tau!’’Aku Bia meneteskan air mata. Membiarkan Akbar yang tertegun dalam guyuran air hujan.
‘’Kau tak bisa melaksanakan ini Bi…’’.ujarnya lirih, Bia menghapus air matanya dan lari menuju taksi yang mengular di depan Stasiun, Akbar membiarkannya pergi bersama dengan air mata yang entah mengapa keluar dari kelopak matanya begitu saja.
***
Pukul 7 malam, dan belum ada yang mengucapkan selamat ulang tahun pada gadis itu, ia tak tau apa mungkin nenek dan adiknya itu benar-benar lupa dengan tanggal ulang tahunnya. Gadis itu mondar mandir di depan televisi yang tak ia gubris program apa yang tengah di tayangkan. Toh, bunyi dari televisi itu tak bisa menyaingi gemuruh langit di luar sana. Ia mendesah kesal, menaruh pantatnya di atas sofa. Dan entah sebab putus asa sebab nenek dan adiknya tak juga kunjung pulang atau memang suasana hatinya yang tengah mendung ia begitu saja memejamkan matanya untuk mencurahkan isi hatinya pada Tuhan.
Tuhan, Aku begitu merindukan kehangatan keluarga yang 10 tahun yang lalu kurasakan, ketika ayah, mama, nenek dan Aldy berada di kawasan yang sama ini meniup lilin bersamaku. Aku tak tau, apa saya memiliki harapan yang salah pada ulang tahunku ke 20 tahun ini, tapi sungguh!aku tak memiliki harapan lain, kecuali meniup lilin bersama papa, mama, nenek, Aldy dan…Kak Akbar.
‘’Happy birthday , anakku. Kau telah tumbuh menjadi gadis yang sangat cantik. Mama sangat gembira denganmu, Nak!’’Suara perempuan yang sangat ia kenal menggema di ceruk telinganya yang lebar, di samping perempuan itu tersenyum laki-laki paruh baya membawa rangkaian mawar merah yang cantik. Mendaratkan kecupan di keningnya. Nenek bersama Aldy yang mengular di belakang laki-laki itu dan Akbar yang muncul dari balik punggung Aldy begitu saja membawa kudapan manis tart, membiarkan Bia tertegun dalam ketidak percayaannya.
‘’Nak, ketahuilah,’’Ujar perempuan paruh baya itu meremas tangan Bia.‘’Kau tak perlu merasa sendiri, tante dan om Dony bergotong-royong ialah orang renta kandungmu, maaf kan kita, waktu itu kak Sarah benar-benar membutuhkanmu untuk menerima Aldy, setelah kehadiran Aldy dan kita ingin mengambil kau lagi, kita mengurungkan niat kita. Kematian mas Radit telah mengambil separuh kebahagiaan kak Sarah, hanya kau dan Aldy yang menjadi alasan kak Sarah untuk tetap hidup. Nak! Ketahuilah, mama dan papa sangat menunggu momen ketika kita bisa menemanimu meniup lilin dan bisa memelukmu setiap saat. Peluk mama, NAK!’’Aku Rani meneteskan air mata, ia tak bisa menahan berlian bening itu di kelopak matanya. Bia menatap nanar orang-orang disekelilingnya.
Ini bukan mimpi!Ini benar-benar nyata, terimakasih Allah untuk kado terindah ini
Gadis itu dengan segera menghambur dalam pelukan orangtua kandungnya. Ia melirik neneknya, dan merengkuh neneknya.
‘’Ayolah, sudahi basa kedaluwarsa ini. Kita makan kuenya, kau tak ingin merasakan kudapan manis buatanku?’’celoteh Akbar menaruh kudapan manis di atas meja, Bia mendelik mendengar bualan itu.
‘’Bukankah itu kudapan manis buatanku ?’’
‘’Mana mungkin kau mengatakan hal itu, kau meninggalkannya dalam keadaan setengah jadi, Ya, ku teruskan saja dan akhirnya, TARAA!’’. Bia menggembungkan pipinya kesal, dengan segera ia memotong kuenya yang dengan terpaksa ia akui sebagai buatan kakaknya.
‘’Cepat pulang, pelanggan cupcake udah pada antri tuh,’’ujar Akbar dengan verbal di penuhi kudapan manis tart, tawa pun pecah, Akbar menggaruk-garuk kepala yang tak gatal.
Mama Sarah, ku tau. Kau berada di sini untuk meniup lilin bersamaku!
Selesai
Profil Penulis:
Rahma Mamlu'atul Maula you can call me Rahma, mahasiswa di
Iain Tulungagung Jawa Timur