Biarlah Ku Pendam Rasa Ini Karya Marilyn Kembara

BIARLAH KU PENDAM RASA INI
Karya Marilyn Kembara

Mentari  bersinar cerah pagi ini. Burung-burung bekicau besahut-sahutan mengambarkan bahwa mereka pun mencicipi kehangatan mentari pagi. Aku menarik nafas panjang, dan menghembuskannya seakan menikmati segarnya udara pagi.

"Indahnya pagi ini." Ucapku

Aku pun melanjutkan langkahku keluar dari pintu rumah menuju ke sekolah.

"Sekolah ini masih terlihat sama aja." Gumamku dikala tiba di depan gerbang sekolah.

Pada pukul 7:30 WIB bel sekolah berbunyi. Semua siswa berbaris untuk mendengar pengumuman pembagian kelas. Ya, hari ini yaitu hari pertama saya masuk sekolah di kelas XI. Setelah pembagian kelas final dibacakan semua siswa bergegas menuju ruangan masing-masing.

Aku berjalan ke kelas yang di pintunya tertera goresan pena XI IPA 3. Kulihat sudah ada beberapa siswa yang duduk dikelas itu. Aku mencari bangku yang kosng dan segera duduk. Tak lama setelah saya duduk datang seorang cewek menghapiriku.

"Boleh duduk disini?" Tanyanya.
"Boleh." Ucapku sambil tersenyum
"Oh iya, nama ku Flora. Aku dulu kelas X-3. Kamu?"Tanya Flora
"Nama ku Mary. Aku dari kelas X-1 " Jawabku

Dia hanya mengangguk. Aku memperhatikan seluruh kelas baruku. Disudut kelas kulihat ada seorang pemuda sedang asik mengutak-atik handphonenya. Aku mengenalnya, beliau yaitu sahabat satu organisasiku. Namanya Ardi, tapi saya tidak bersahabat dengannya.

Tiga bulan berlalu di kelas ku ini. Aku mendapat sahabat gres yaitu  Flora, Yola, dan Juan. Mereka mejadi sahabat baikku. Begitu juga dengan Ardi. Aku menjadi bersahabat dengan Ardi.

Hari ini saya datang agak lama dari biasa. Ardi pribadi meledekku.

"Kok tumbem lama Ry. Angkot kau padat ya?" Ucapnya sambil tersenyum jahil.
"Berisik kamu." Ucapku akal-akalan marah.
"Ih, kau jelek banget kalo lagi marah. Ntar  cepat bau tanah tau" katanya lagi
"Hmm,,kayaknya kau deh yang tua. Umur kau udah 17, sedangkan umur saya masih 15."Kataku mengejek dia.
"Itu namanya bukan tua, tapi dewasa. Bukan kayak kau masih bocah."
"Iya om, saya akui saya masih bocah. Dan saya akui kau udah jadi om-om." Kataku sambil tertawa.
"Udah ah, udah bel tuh, baris yuk!" Ajak Ardi
"Males jalan bareng kau ntar dikira jalan sama om-om." Kataku sambil meninggalkannya.

Dia hanya geleng-geleng kepala. Sambil berjalan dibelakangku. Begitulah saya dan Ardi setiap hari. Saling meledek tapi kami selalu tertawa bersama. Pada awalnya teman-temanku yang lain tidak menyadari kedekatanku dengan Ardi. Tetapi lama-lama mereka mulai meledekku. Kalau Ardi ngobrol sama temannya yang cewek, mereka pasti lagsung meledekku.

"Ry, lihat tuh si Ardi ngobrol sama cewek. Kamu gak cemburu?" Ledek Yola.
"Apaan sih, jangan mulai deh." Jawabku.
"Ciee,,Mary cemburu tuh." Sambung Juan.
"Terserah kalian aja." Kataku sambil pergi meninggalkan mereka.
"Haha..yang lagi marah" kata mereka serentak.

Aku melewati Ardi yang memang bangkit di depan pintu bersama temannya tersebut.

"Kamu kenapa Ry?" Tanya Ardi.
"Tau ah, gelap." Jawabku.
"Kenapa tu anak." Kata Ardi terheran melihat tingkah ku.

Biarlah Ku Pendam Rasa Ini  Karya Marilyn Kembara

Aku gundah melihat teman-temanku, kenapa mereka selalu meledekku dengan Ardi. Padahal saya tidak punya rasa apa-apa terhadap dia. Tetapi lama-lama rasaku itu berubah. Itu berawal ketika ada program Pentas Seni sekolahku. Panitia ditetapkan memakai baju bebas, sedangkan yang bukan panitia tetap memakai seragam, termasuk aku. Karena Ardi merupakan salah satu panitia, jadi beliau memakai baju bebas. Aku melihat Ardi nampak berbeda dari biasanya. Karena beliau tidak memakai seragam sekolah. Aku sejenak terpana dikala melihat Ardi.

"Kok Ardi jadi tampan ya."Batinku.
"Hehh, terdiam aja." Kata Flora membuatku kaget.
"Liatin apa sih?" Tanya Yola.
"Bukan apa-apa." Jawabku.

Mereka saling berpandangan bingung.

"Yaudah yukk cari kawasan duduk." Ajakku.

Mereka mengangguk mengiyakan. Saat program berlangsung Juan datang menghampiri ku. Dia juga memakai baju bebas. Ternyata beliau juga panitia.

"Ry, Ardi gantengkan?" Kata Juan mulai meledekku.
"Gak ah. Biasa aja. Gantengan juga kamu." Ucapku membalas ledekannya.
"Ahh Mary, ngeles aja kamu. Ngaku aja kalo kau terpesona oleh kegantengan Ardi." Sambung Juan mulai lebay.
"Terserah kau aja Ju." Ucapku pasrah.

Dia tertawa bersama Flora dan Yola yang ikut mendengar pembicaraan kami. Setelah hari itu saya jadi sering memperhatiin Ardi. Aku jadi gundah sendiri dengan perasaanku. Tapi sebab Juan sering meledekku, saya justru sering mengatakan jika saya sukanya sama dia. Tapi beliau malah bilang jika saya cuma jadiin beliau sebagai pelarian dari Ardi.

"Kamu mah cuma jadiin saya sebagai pelarian kau dari Ardi" kata Juan waktu itu. Aku hanya tersenyum. Dan dikala Ardi mendengar pernyataan Juan itu, beliau hanya tertawa menaggapinya. Dari situ saya mulai merasa bahwa Ardi gak punya perasaan apa-apa sama aku.

Suatu hari saya bilang sama Flora.

"Flo, saya gundah deh sama kalian. Kok kalian sering menjodohkan saya sama Ardi." Kataku.
"Lho, kan emang kau suka sama dia." Jawab Flora santai.
"Bukan gitu loh Flo. Aku bersahabat sama Ardi tu sebab diorganisasi saya gak punya sahabat dekat. Itu aja."
" Oh, ngeti deh." Kata Flora.

Tapi setelah saya mengatakan pada Flora jika saya cuma menganggap Ardi sebagai teman, saya merasa menyesal. Aku gak ngerti sama perasaanku sendiri. "Mungkinkah saya emang suka sama Ardi?"Pikirku.

Setiap hari, jika saya melihat Ardi saya jadi merasa deg-deg an. Tapi saya masih mampu mengontrol dirikku untuk menutupi perasaanku padanya. Karena beliau terlihat biasa aja terhadapku. Dan pernah saya mendengar dari sahabat Ardi bahwa ada orang yang disukainya. Aku terkejut, dan saya pribadi kesal. Untuk memastikannya saya pun menanyakannya sama Ardi langsung.

"Di, saya mau nanya boleh?" Ucapku
"Emang mau nanya apa Ry?" Ardi balik nanya.
"Mmm,tapi kau jangan marah ya."
"Iya. Janji deh."
"Kamu lagi suka sama seseorang ya?"
"Nggak kok. Emang kenapa?"
"Gapapa. Cuma saya dengar kau lagi suka sama seseorang."
"Oh,gitu. Kalau iya emang kenapa? Kamu cemburu?"
"Ihh, Ardi apaan sih."
"Kalau iya juga gak apa-apa kok." Ucap Ardi sambil menatapku. Aku  terpana menatap  mata Ardi.
"Hei, kok terdiam sih?" Kata Ardi yang menyadarkan ku dari lamunanku.
"Gak terdiam kok. Kamu mah orang nya GR-an."
"Biarin. Itu namanya PD tau."
"Iyaa aja deh Ardi." Ucapku sambil tersenyum. Lalu kami pulang bersama.

Sampai dirumah saya pribadi masuk kamar. Aku mikirin Ardi.

"Seandainya aja kau tau perasaanku Di. Aku suka sama kau tau. Tapi kayaknya kau sukanya sama cewek lain. Walau beliau bukan pacar kamu, tapi kau tetap gak punya perasaan apa- apa sama aku. " Pikirku.
"Tapi tak apalah, saya bahagia cuma menjadi sahabat kau Di.  Walaupun itu menyakitkan mencintai kau diam-diam. Karena rasa ini cuma saya dan Allah yang tahu. Bahkan Flora sahabat terdekatku pun gak tahu wacana ini. Tapi akan lebih menyakitkan jika kau menjauhiku sebab tahu saya suka sama kamu. Karena kau mecintai orang lain. Makara lebih baik tetap menyerupai ini." Gumamku.

Profil Penulis:
Nama: Marilyn Kembara
Umur: 16 tahun
Asal: Sumatera Utara

Previous
Next Post »