BAYANG-BAYANG MIMPI
Karya Titim Mutimah
Tepat pukul 02.00 siang tet.. Tet.. Tet.. "yee... Asiik" semua murid bersorak girang dikala bel pulang sekolah berbunyi, "gi gue pulang duluan yah, kayanya udah ada yang jemput tuh didepan.." ujar silvi. Aku hanya mengangguk mengiyakan. semua teman-temanku berlarian keluar tinggal saya sendiri di dalam kelas. Aku masih duduk dikursi kayu yang berada di pojok kanan depan.
Suasana kelas sudah tampak sepi, pantas saja sudah setengah jam saya berada dalam kelas. Akupun memutuskan untuk pulang. Hari sudah menjelang sore, saya masih berada diperjalanan yang setiap harinya menyerupai biasa saya tempuh dengan berjalan kaki bersama firda dan ipi dua orang sahabatku.
Langkah demi langkahku berjalan dengan berat, tatapanku kosong, selalu terbayang bayang ketika pak yana kepala seklahku mengumumkan jikalau ahad depan akan ulangan selesai semester. bukan apa apa, hanya saja untuk siswa miskin sepertiku akan sangat sulit sekali menebus legitimasinya. "yatuhan.. Ini mimpiku, saya mohon ijinkan saya meraihnya" desusku dalam hati.
"Hai gi, mau pulang bareng nggak? Kbetulan nih motor gue lagi kosong" ajak anira yang sedang mengendarai motor metiknya. "ah nggak usah ra, lgian rumah gue kan udah deket" jawabku menolak "lo bneran gak mau nih ? Yaudah gapapa kok, gue duluan yah, dah.."
Bayang-bayang Mimpi Karya Titim Mutimah |
Anira itu temen sekelasku, yang berbeda 360 drajat dari aku. Ia murid yang pintar, keluarganya juga berada, gak sepertiku yang punya otak minim dan keluargaku juga paspasan hanya saja mimpiku untuk menjadi seorang psikolog sangat menggebu di hatiku.
"Assalamualaikum.. Bu pak Gita pulang.." dengan nada pelan saya mengetuk pintu rumah. "waalaikumsalam, ibunya gak ada teh bapak juga lagi keluar.." jawab kiki adeku sambil membuka pintu. "oh. " singkatku yang sudah tak bersemangat lagi. Aku pergi ketempat yang sangat kusukai untuk sekedar menenangkan diri, duduk dikursi menghadap keluar jendela, menatap langit kupejamkan mataku. Tiba tiba bayangan bayangan itu kembali terlintas dibenakku ujian, legitimasi, uang segala macam difikiranku yang carut marut. Ku buka mataku sambil menghela nafas dalam dalam "tuhan.. Entah pada siapa saya harus meminta, sedang orangtuaku tidak mampu" gerutukku dalam hati "akankah kau biarkan mimpiku berhenti hingga disini? Yatuhan.. Bantu hamba-Mu ini.." lanjutku. Akhirnya saya putuskan untuk tidak mengatakannya pada ibu, kali ini saya memilih jalan terakhir bagiku yakni membongkar celenganku yang sudah saya kumpulkan semenjak awal masuk ke SMA.
Tanpa berfikir panjang kubongkar celenganku, kuhitung keping demi keping, lembar demi lembar rupiah yang ada di celenganku semuanya berjumlah 374.000 "alhamdulillah, mudahmudahan cukup untuk sekedar menebus legitimasi dan sekurangnya saya mungkin akan minta keringanan, entah bisa atau enggak saya akan mencobanya..
;)
Profil Penulis:
Assalamualaikum.. Perkenalkan saya muti. Aku asli tasikmalaya dan sekolah di sebuah SMA yang berbasis islam, saya masih kelas XI
dongeng ini mungkin hanya sekedar dongeng sederhana atau bisa dibilang curhat ya. Haha.. Namun insyaallah bisa jadi motifasi untuk kalian yang membacanya.. Terimakasih.. Apabila ingin kenal lebih jauh lagi add ya facebool saya ialah Titim Mutimah IN