Secuil Rasa Anak Ingusan Karya Farah Dinna

SECUIL RASA ANAK INGUSAN
Karya Farah Dinna

Kekeluargaan ini benar-benar membuatku sakit. Meski berkali-kali telah ku coba untuk menganggapnya sebagai kakak kandungku sendiri, tapi tak bisa. Rasa perih itu selalu hadir ketika mata kami saling bertemu meski dalam waktu yang singkat.

Namanya Fahmi. Nama yang cukup simpel dan mudah dihafal. Sosok yang dewasa, tegar, hening dan sabar. Tidak pernah mengeluh walau selalu ku repotkan. Mungkin alasannya yaitu mas fahmi merasa banyak hutang akal dengan bapak. Kaprikornus ia pun memperlakukanku sebaik mungkin. 

Aku tak tau apa yang sebetulnya terjadi ketika itu, ketika saya masih duduk di dingklik 3 SMp. Aku menjadi sosok yang jutek dan pemalu didepannya. Entah apa yang membuatku berlaku menyerupai ini. Dan perlahan mulai ku pahami ketika beliau memperkenalkan seorang gadis desa yang anggun dikeluargaku.

Aku menghampiri ibu dan bapak yang tengah berbincang-bincang di ruang tengah. “nduk...kamu mau kan besok di program peminangan mas fahmi izin sekolah dulu?” tanya ibu halus.

Aku yang gres saja datang ternganga. Kaget dan tak percaya.” M-m-mas fahmi bu?” tanyaku tak percaya. 

“Iya..besok sabtu depan..sama mbak liya dari desa sebelah. Pintar sekali fahmi mencari pendamping,orangnya itu ndukk..baik,kalem,pinter..wong jadi guru ngaji di TPA” kata ibu berbinar-binar.

Aku hanya membisu seribu bahasa, darah yang mengalir di nadiku terasa berhenti seketika. Perlahan rasa cuek merasuki seluruh tubuhku. Rasanya jiwaku tak lagi ditempatnya. Aku menelan ludah yang tiba-tiba terasa pahit dan segera pergi sebelum butiran bening ini meleleh.

***

Sejak ketika itu..aku selalu menghindar dari mas fahmi. Aku lebih sering mengurung di kamar,memastikan perasaanku selama ini. Benarkah saya menyukai seseorang yang umurnya jauh 13 tahun dariku?dan parahnya lagi..mas fahmi yaitu anak angkat bapak. Setelah ayah mas fahmi pergi meninggalkan rumah begitusaja.

”Nduk..keluar,dicari mas mu ki lho”.ujar ibu dibalik pintu kamarku.

Dengan cepat saya berkaca dan menghapus sisa linangan air mataku.”bilang aja buk..mila lagi tidur”. 

“Ehm...bohong itu dosa kan buk???” kata salah seorang.dan saya yakin itu bunyi mas fahmi. Aku mendengus kesal. Terpaksa saya harus memulai sandiwara lagi untuk merasa saya baik-baik saja.
“Gimana mil??kok malah melongo sih?” tanya mas fahmi mengelus jilbabku.

Desiran didadaku semakin terasa sakitnya. Harapan utuk menjadi seseorang yang lebih untuk mas fahmi masih mengendap dihati. Dan ketidak mungkinan itu yang membuatku terpuruk.
“Emm..tapi mila gk janji mas,mila udah kelas 3 jadi banyak les, lagian ekstra mila banyak disekolah!”. Jawabku penuh dengan kebohongan. Terlihat sedikit kekecewaan diwajah mas fahmi. Tapi tak kuhiraukan. Batinku lebih harus ku perhatikan. Bukan dia, sosok yang tidak peka bagiku. Tidak mungkin saya menjadi pager ayu di janji nikah mas fahmi besok.
”Mil, jawab jujur ya? Kenapa akhir-akhir berubah?”
“Kenapa sering ngurung dikamar?”
“Kenapa mendadak jadi pendiam?” . mas fahmi memborong pertanyaan.
“Gak rela yaa kalo saya nikah?”. Goda mas fahmi. Memandangku dengan sorot mata yang meneduhkan.

Aku terperanjat.”ha??gak rela??nikah gak nikah itu urusan mas fahmi!.” Bentakku dan meninggalkan mas fahmi yang  penuh dengan sejuta tanya. Aku menangis sejadi-jadinya. Sebodoh itukah mas fahmi?hingga tidak dapat membaca raut wajahku selama ini. Atau mungkin memamng saya terlalu dini untuk mencintai sosok menyerupai mas fahmi?

Aku berfikir keras terhadap perasaan yang salah ini,sebelum terlalu jauh dan jadinya saya akan merusak rumah tangga mas fahmi dan mbak liya. Aku harus membuang jauh-jauh perasaan ini. Dan mengikhlaskan mas fahmi menikah dengan orang yang lebih pantas untuk mendampingi mas fahmi. Besok mbak liya datang kerumah dan saya harus mampu bersikap biasa. Lebih baik lagi kalau menyambut mereka hangat, atau loncat-loncat ketika mereka datang.

***

Pagi buta saya sudah disibukan bersih-besrsih rumah. Hanya untuk menyambut kedatangan calaon mas fahmi. Sepertinya tidak hanya saya yang mencicipi kemelut hati pagi ini. Sejak tadi awan menghitam disertai rintik hujan tak beraturan. Aku menatap jalan setapak depan rumah yang lembap tersiram hujan.Terselip sedikit harapan, biar kedua mempelai itu tidak jadi datang. Dan sepertinya kali ini doaku tak sampai. Samar-samar lerlihat kendaraan beroda empat merah menuju rumah. Aku segera bergegas menghampiri ibu.

Ku hirup banyak oksigen dan mengeluarkanya perlahan. ku lakukan  berulang-ulang, sebelum menemui mas fahmi dan mbak liya yang tengah menungguku di ruang tamu. Dan jadinya .. saya menjabat tangan mbak liya, untuk kali pertamanya. Ia tersenyum manis. senyum penuh keikhlasan yang tak dibuat-buat. Tak sepertiku.

”Adikmu mas??’’ tanya mbak liya basa-basi. Aku memicingkan mata dan berkata sekenanya dalam hati. Menyebalkan!
”Iya..gimana?cocok kan..jadi pager ayu kita besok??” goda mas fahmi.
”Iya mas..cantik.” 

Hatiku semakin bergemuruh melihat kemesraan mereka. Tak sepatah katapun yang saya lontarkan. Hanya manggut-manggut dan tersenyum kaku.

”Ah..cantikan juga kau dik..” puji mas fahmi pada mbak liya, dan disusul tawa renyah dari keduanya. Aku melirik mas fahmi sebal. Sempurna sudah kegalauanku.

***

Secuil Rasa Anak Ingusan Karya Farah Dinna

Hari ini saya berdiri lebih awal saya harus berkemas-kemas untuk mengantar surat izin kesekolah dan mengantar mas fahmi untuk peminangannya. Dibalik keributanku yang mencari sepatu balet, rahasia saya melirik mas fahmi yang sedari tadi melihat tingkahku. bukannya ge-er. Tapi saya merasakannya.

Pranggggggg....aku tak sengaja menjatuhkan asbak bapak dimeja. alhasil. kotoran tersebar dimana-mana.”cieee...yang salting..’’ mas fahmi tertawa terbahak-bahak melihat mulutku yang mulai manyun.

”Udah deh..berhenti godain mila! Udah mau nikah juga masih ganjen.”balasku dongkol. Kalo mas fahmi masih sering membuatku salah tingkah menyerupai ini, akan mempersulit untukku melupakan rasa yang salah ini. Sungguh tak mudah. Apalagi mas fahmi lebih sering menginap dirumah.
”Biarin..masa ganjen sama adiknya gak boleh??”
”Gak usah bawel.bersihin tuh..mila kesekolah dulu.” Aku berangkat tak memperdulikan mas fahmi yang terus mengoceh.

***

Esok harinya ketika ketika itu tiba. Aku menatap mereka hancur. Bagaimanapun juga saya belum mampu sepenuhnya melupakan mas fahmi. Dengan cepat saya menghapus air mataku setelah mas fahmi menghampiri.

’’ Nii tisu..’’ mas fahmi menyodorkan sekotak tisu. Tapi saya tak juga mengambilnya. Aku menatap mas fahmi sejenak lalu ku tolehkan kearah yang lain. Mas fahmi menggandengku dan mengajaku keluar dari ruangan yang penuh dengan kericuhan itu.

Dibawah pohon karsen ini mas fahmi mengutarakan semuanya. Hal yang tak pernah terfikirkan sedikitpun sebelumnya dibenakku. Aku masih saja tertunduk, ingin sekali menyembunyikan kehancuran ini. Tapi sedikitpun tak bisa.

“Mila.. tidak seharusnya dihari yang membahagiakan ini kau sedih. Mila juga sekarang banyak berubah. Semenjak kehadiran liya.kenapa?” Tuturnya menatapku lembut. Hatiku hancur tak beraturan. Apa katanya??hari yang membahagiakan??itu untuk mas fahmi. Dan tidakakan pernah untukku.
”Mila..?hoyy kenapa sih?”pancing mas fahmi yang belum mendapat respon setelah setengah jam duduk berdua dibawah pohon ini.
“Mas fahmi gak perlu tau dan gak akan pernah mampu ngerti perasaan mila” kataku yang membuatku kaget sendiri. kenapa jadi mengutarakan perasaan gini?
Mas fahmi memandangku lebih dalam.”mila takut kesepian ya kalo mas pulang kebandung?”

Aku menggeleng pelan. Hatiku berkata ungkapkan! dan saya janji akan membuang jauh-jauh perasaan ini.AKU JANJI. Lagian..mas fahmi setelah menikah dengan mbak liya akan pindah kebandung ditempat kelahiran maas fahmi.

”Mas fahmi...sebenarnya..” .
“Hmmm..sebenarnya milla..” .mas fahmi menatapku serius.
”Aku..suu..ka..”
”Mas fahmi........”. Mas fahmi terperanjat. Suara lembut itu datang begitu saja mengagetkan keseriusan kami dan lebih tepatnya lagi mengurungkan niatku. Kami menoleh. Bidadari mas fahmi datang.
"Mas fahmi serius banget ngobrol sama milla?ditunggu keluarga mas didalem.” Tuturnya lembut. Parasnya yang meneduhkan membuat mas fahmi betah memandangnya. Begitupun aku.
”Eh..iya liya sebentar lagi saya nyusul kedalem. Kamu duluan aja yaa..” 
“Iya mas..jangan lama-lama gak enak dah nunggu”
”Iyaa sayang...” 

Jleeebbbbbb ..entah  benda apa lagi yang menghunjam hatiku. Mataku mulai berkaca-kaca. Haruskah saya memendamnya lebih lama lagi? atau memang takpantas untuk ku ungkapkan?.

”Milaa??kok bengong?ayoo nyampe mana tadi?suka apa?mas udah di tunggu didalem tuuu..”. wajah tampanya dipenuhi tanda tanya. Aku mengendorkan niatku lagi.

Mungkin ini bukan ketika yang tepat. Pikirku. “nggak kok mas..maksut milla..suka jadi pager ayu besok dipernikahan mas fahmi.” saya tersenyum lemas. Kata-kata yang sudah ku rangkai ahirnya ku telan kembali.  Mas fahmi mengerutkan dahi. Tak percaya.

“Lantas ini?” katanya menyodorkan selembar kertas origami yang telah kusut.

Aku kembali tersentak sedemikian hebat. Hati yang tadi kian meredup tak berdegup, kini mengalun lebih cepat. Aku masih ingat sekali. Beberapa hari lalu saya menuliskannya. Ya.. perihal perasaan ini. Dan ku urungkan untuk memberikannya pada mas fahmi. Tapi?Mengapa mampu hingga ditangan mas fahmi?.

Badanku bergetar hebat. Aku tak berani sedikitpun memandang mas fahmi yang kini membisu menunggu tanggapan dariku.

“Mila..” 

Aku menunduk. “Maaf mas.. gak seharusnya mila menyerupai ini”.  Air mataku mulai luruh perlahan. Mas fahmi memelukku erat. Mencium keningku dan berkata “ selamanya akan tetap menyerupai ini..menjadi kakak mila yang selalu jaga mila”. Katanya memberi tanggapan singkat yang dibutuhkan saya dapat memahaminya. Aku benar-benar merasa ndeso dan tidak tau diri. Ku balas anggukan meskipun berat. 

Tapi kalau bisa, saya ingin waktu berjalan lebih lamban lagi. Aku ingin menyerupai ini selama mungkin. Sampai rasa ini hilang, hingga cinta ini bermetamorfosis manjadi sebagaimana mestinya. Dan hingga hatiku benar-benar kembali ketempatnya.  

Selesai

Profil Penulis:
Nama: maulida farahdina
Nama kecil: farah
Ttl: purworejo,25 agustus 1996
Hobi: menulis, mendengarkan musik, baca novel dan komik
Akun : fb @ farah dinna
Alamat email: farahdinna18@yahoo.com
Alamat fb: https://www.facebook.com/people/Farah-Dinna/

Previous
Next Post »