MENGGAPAI SEBUAH IMPIAN
Karya Mifta Septia Salindri
Sebuah kebahagian yaitu cita-cita semua orang, namun apakah saya mampu menerima kebahagiaan itu ? mustahil bagiku. Aku mencicipi hidupku tak pernah bahagia. Semenjak orang tuaku berpisah, sifat mereka berubah. Mereka menjadi orang yang mudah marah, bahkan saya dan adikku menjadi korbannya.
Semenjak perpisahan itu saya ikut dengan ayahku, namun itu juga tanpa persetujuanku. Karena sifat ayah yang mudah marah membuat saya takut untuk menolaknya.
Menggapai Sebuah Impian Karya Mifta Septia Salindri |
Aku sekarang duduk di kelas 3 smp, namun saya juga biasa bernyanyi di program – program hajatan. Setiap ada waktu luang saya selalu mengisi program hajatan. Awalnya saya menikmati kegiatanku ini, namun sejak perpisahan itu saya menjadi kurang nyaman. Karena apa ? alasannya yaitu ayahku selalu memaksa saya untuk bernyanyi bahkan disaat saya sedang ada ulangan ayahku tetap menyuruh saya bernyanyi.
Setiap hari ayahku selalu minta uang padaku, kalau saya tidak memberi uang itu pasti ayahku marah. Ia tidak segan mencaci memaki aku. Di dikala job ku sepi pun ayah memarahiku, ayah menyalahkanku.
Aku ingin ibarat sahabat – temanku mampu bermain, tapi saya tak bisa. Jangankan untuk bermain, bahkan saya menonton televisi saja ayahku mampu memarahiku. Aku iri dengan sahabat – temanku mampu mencicipi kasih sayang dari orang tuanya, menerima haknya. Sedangkan saya ? hanya mampu melihat dan membayangkannya.
Kadang saya ingin marah, dan meluapkan semua kesedihanku. Namun saya tak bisa, di mata ayah saya selalu salah. Bahkan di sekolah saya mendapat nilai indah saja taka da artinya bagi ayah.
Ayah apa salahku, apa dosaku ? Apakah perpisahan antara ayah dan ibu itu semua salahku sehingga ayah selalu menyalahkanku. Ayah apakah saya tak pantas bahagia ? Tak pantas mendapat hak ibarat anak lain? Ayah walaupun engkau ibarat ini saya akan tetap menyayangimu, menghargai, dan menghormatimu. I LOVE YOU AYAH.
Profil Penulis: -