Kenapa Indah Pelangi Tak Dapat Tersentuh? Karya Eka Adipriyanto

KENAPA INDAH PELANGI TAK DAPAT TERSENTUH?
Karya Eka Adipriyanto

Di sudut malam saya menulis wacana gelisah,
Manantang kekalahan ,
Menapaki kepedihan,
Menghadapi yang tersirat,A


Hujan masih mengguyur permukaan tanah di kota ini, ibarat tanpa ampun menghajar tanah, lalu lalang kendaraan pun masih menyesaki tiap sudut kota, sememtara seorang leleki masih asyik menyudut di seboah kafe, berkawan secangkir kopi hangat, seolah bisa menghangatkan tiap sudut kerongkongan, masih asyik menyusut sendiri dibawah remang lampu kafe itu, seolah mewakili apa yang dirasakannya, seoraang  leleki yang tersudut dalam remang kehidupannya.

Malam ini sepertii malam-malam sebelumnya selalu di lewatinya sendiri, hanya berkawan dengan secasngkir kopi yang di biarkan menguap tanpadi sedu, dalam masbodoh ini hanya berselimutkan resahb yang menyesakkan, segala pikiran dan perasaan masih wacana gadis kecil itu, segaris senyum dalam seraut wajah itu kerap hadir menemani tanpa bisa di  usir, seorang gadis yang dengan mudah masuk dalam hidupnya, menyesaki tiap sudut kosong di ruang hatinya.

Segaris senyum itu kembali hadir dalam ingatannya, dimana ketika pertama kali gadis itu tersenyum padanya, juga di malam yang di guyur hujan ibarat ini, ketika ia asyik menghembuskan asap dari sebatang rokok, di mana ia menunggu hujan reda di depen kafe ini, tapi sang lelaki hirau saja ketika pertama kali segaris senyum itu menghampiri, “lagi nunggu hujan bang?” “he’em.” Jawab lelaki itu se enaknya, hujan ibarat ini sangat rupawan ya? Aku sangat suka hujan, terpesona saya pada sang hujan, dengan sejuk hawanya, dengan kabut menyertainya, terkagun saya pada hujan, hilangkan penat, hilangkan dahaga, andaikan saya sang hujan.” Terdengar gadis kecil itu mengatakan pelan, “hem, saya malah ga suka hujan bila lagi di luar gini, yang membuat saya harus berlama-lama di luar gini, di mana semua orang sudah berhangat-hangat dengan pasangan mereka, sementara kita masih terjebak di sini”,”ah, kau  ini bang, berarti kau tak  dapat menikmati segala apa yang ada dalam hidupmu, bukankah harusnya kita dapat menikmati segala yang ada dalam hidup ini, apapun itu, baik sedih, bahagia,” gadis kecil itu  masih saja asyik mengutarakan perasaannya, ibarat telah lama mengenal sang lelaki, sementara sang leleki hanya tersenyaum simpul.

Setelah malam itu sang lelaki kembali bertemu dengan sang gadis kecil, tapi tidak dalam suasana terjebak dalam hujan, melainkan di malam yang rupawan dengan kerlip bintang dalm pekatnya langit, sempurna di sudut kefe sang lelaki sedang asyik memandang keluar, dalam temeram lampu gadis kecil bisa mengenali sosok lelaki itu, sosok yang seolah tersudut dalam kesenderian dan remang kehidupannya, “sendiri aja?” senyum itu masih tersirat dalam raut sang gadis, ketika senyum itu hangat menyapa, “emang kau lihat ada orang lain duduk sama aku?, kecuali bila kau mau duduk dan menemaniku melamun,”balas sang lelaki, “ kau ini apa tak ada acara lain selain termangu di sudut ini?”  “aku tentu punya alasan kenapa saya selalu asyik dalam lamunanku, dan cukup hanya saya yang tau,” “lagian siapa juga yang mau tau alasan kamu,” balas sang gadis tak kalah sengit.
“kadang kita membutuhkan waktu untuk sendiri dalam hidup kita,” ”mencoba mencari kebahagiaan dalam lamunan bukan berarti tak waras kan? Kadang dalam kesendirian dan lamunan itu kita bisa menemukan apa yang kita cari, ketika saya sudah menemukan sesuatu yang saya cari dalam lamunanku itu saya akn berusaha mencarinya dallam dunia nyata,” “ya, dalam kesendirianmu itu, akan kau temui kebahagiaan yang tak kau temui dalam dunia nyata, setiap orang berhak untuk sejenak menyepi mencari kebahagiaanya, walau dalam kesendirian walau dalam lamunan, saya juga kadang sepertimu, bahkan saya kadang tak ingin kembali dalam dunia aktual yang hanya menyiratkan kepediahan dalam penat. Ya sudah lah, sorry uda ganggu lamunan kamu, saya cabut dulu ya,hehehehe. “tak nusah lah kau buru-buru, duduk aja disini, alasannya yakni sesuatu yang saya cari dalam khayalku udah saya temukan, maka tak kubiarkan ia pergi, “maksudmu?” “ya kau ini, seseorang yang bisa mengerti aku, bisa diajak sharing ketika saya keluar dari dunia khayalku, “dasar saya idiot, bialng aja bila mau saya temani,”

Kenapa Indah Pelangi Tak Dapat Tersentuh?  Karya Eka Adipriyanto

Disudut malam saya menulis,
Tentang bahagia, resah, mimpi, 
Menanti dalam pekat malam,
Menantang pongahnya penat,

Sejak pertemuan kedua malam itu sang lelaki kerap menghabiskan malam-malam dengan gadis kecil itu, tak hanya di sudut kafe itu, mereka kerap menghabiskan malam-malam mereka, di sudut-sudut kota, di pinggiran kota, menikmati tiap jengkal kehidupan kota itu, sang lelaki kerap kmembicarakan wacana bahagia, gadis kecil mananggapi dengan segala resah, sang lelaki membicara wacana mimpi-mim[pi yang tertunda, gadis kecil kerap membicara wacana khayalan-khayalan gilanya, kadang mereka juga menghabiskan malam dengan berdiam, karam dalam lamunannya sendiri-sendiri, seakan mereka bisa mengembara meninggalkan penat.

“kamu ternyata asyik ya?”kalau sudah membicara wacana mimpi-mimpimu paling semangat kau ini, sang gadis membuka pembicaraan “karena dengan mimpi kita serasa hidup, tanpa mimpi-mimpi itu kita akan mati walau raga kita masih seutuh purnama,” “tapi jangan Cuma bermimpi kau ini, wujudkan mimpi-mimpimu itu, kecuali bila kau mau mimpi-mimpimu itu menguap begitu aja, ibarat kopi ini yang bila lama-lama di biarkan menguap tentu rasa tak akan senikmat waktu hangat,  begitulah mimpi kita bila di biarkan menguap dan tak segera mewujudkannya maka keindahannya akan segera hilang,” sang lelaki memberi argumennya.

Begitulah dua anak adam ini bila sedang dalam bimbang  dan resah, mereka punya tekad yang sama, mewudkan mimpi-mimpi mereka, mimpi yang telah menari-nari lincah dalam pekat malam, mimpin yang membuat mereka berani menantang pongahnya penat.

Tiap sudut malam mereka lalui, ibarat menemukan sosok yang di cari selama ini sang lelaki tak akan bisa jauh dari gadis kecilnya, sosok gadis kecil yang membuatnya mengenal galau bercampur  bahagia, membuatnya menemukan arti mimpi yang sesungguhnya, begitu pun dengan sang gadis kecil, ia ibarat menemukan sosok seorang kakak dalam diri sang lelaki, yang setiap ketika bisa melindung dia, menyayang dia, selalu ada ketika ia butuhkan.

Disudut malam saya menulis, 
Tentang kegagalan, kebodohan, kekalahan,
Kepedihan menertawakan,
Kelam kembali memperasing,

“aku tidak dapat menghindari dari apa yang sudah di gariskan, semua telah tersurat, maksud hati ingin saya mendapatkan semua ini tapi saya tak bisa membohongi diri sendiri, alam bawah sadarku tak bisa mendapatkan itu, bukan kemewahan yang saya cari, itu tak ada dalam tiap mimpi-mimpiku, hanya kebahagiaan yang saya cari, yang selalu ada dalam tiap mimpi-mimpiku,” bunyi gadis kecil terdengar berat, seolah manghujam di hati yang paling dalam sang lelaki, dan ia hanya mematung mendengar semua itu tak bisa berkata apa-apa, kepedihan seolah menertawakan, dan mereka pun melewati tiap sudut malam dengan alam pikirannya masing-masing.

Kembali di sudut malam sang lelaki menyendiri, seolah mewakili perasaannya yang tersudutkan oleh kekalahan, kegagalan, kebodohan, kepedihan membayang di depannya, menari-nari dan menertawakannya, dan kelam itu kembali memperasing dirinya, ia mengutuku diri sendiri yang tak bisa jujur wacana perasaanya, suram kembali membayang.

Sementara disudut lain kota itu akan dilangsungkan sebuah komitmen nikah,  di mana gadis kecil itu sebagai mempelai wanita, gadis kecil yang merasa terasing dalam bahagia semu, bahagia yang di ciptakan bukan olehnya, hingga tak nampak secuil pun rona bahagia dalam dalam segaris senyum wajah sang gadis. 

Di ujung malam kita yang termangu,
Mematung semati bebatuan,
Dalam diam dan sunyi,
Menatap hutan yang menjadi suram,
Sesuram jalan yang terbentang,
Di antara kelamnya jurang-jurangmu,

Di ujung malam itu gadis kecil dan sang lelaki masih diam semati bebatuan, seolah karam dalam pikirannya sendiri, “kenapa kau lakukan itu? Dasar gadis bodoh, segalanya telah tersurat di depanmu, kau tinggal menjalani aja, kenapa kau malah lari meninggalkan segalanya,?” “kau ini yang paling akrab dengan saya malah tak dapat kau mengerti wacana tindakanku ini,? Aku ga mau mimpi-mimpi yang telah saya rajut selama ini hancur begitu saja, lari ku ini yakni perwujudan dari mimpi yang ingin saya raih, “ah andai saya tau saya ingin menjadi bab dari rajutan mimpi-mimpimi itu” tanpa di sadari oleh sang lelaki gadis kecil telah pergi meninggalkan ia dalam kelamnya malam, ia yang masih termangu dalam kesendiriannya, karam dalam sebuah tanya “kenapa rupawan pelangi tak dapat tersentuh?”

Di sudut malam hingga ujung malam,,,17 maret 2012,,,

Profil Penulis:
eka adipriyanto
laki-laki
05 april 1985
aries

Hanya seorang laki-laki sederhana yang ingin menulis apapun, segala yang meresahkan.

Previous
Next Post »