He’s Teached Me Loving Yang Mahakuasa Karya Widya Astuti Amriadi

HE'S TEACHED ME LOVING ALLAH
Karya Widya Astuti Amriadi

Mobil  Jazz Merah  terlihat memasuki halaman SMU Pelita Jaya sempurna pukul 08.00 pagi ini. Setelah kendaraan beroda empat itu terparkir rapi, terlihat pemilik dari kendaraan beroda empat tersebut keluar dengan kerennya. Rambutnya yang lurus panjang di biarkannya terurai begitu saja dengan di hiasi ikat rambut Biru ,sehingga angin pagi yang berhembus menerbangkan sebagian helai rambutnya yang agak pirang itu, sangat maching dengan seragam sekolahnya yang lengan pendek berumpi kotak merah dan rok sempurna di atas lutut sehingga hanya dengan sehembus angin akan menerbangkan rok yang terkesan hanya ¼ bab dari rok yang sepatutnya di gunakan di sekolah itu. Kaos kaki hitam panjang hingga menutupi betisnya yang putih mulus dengan di akhiri sepatu  kets  di ujung bawahnya, membuat ke ciri khas an gadis berparas cantik itu dan memang menjadi salah satu alasan mengapa ia di nobatkan sebagai cewek terpopuler di sekolah. Namanya Chika . Seorang cewek berparas  cantik layaknya seorang boneka Barbie di film bawah umur , yang berasal dari keluarga konglomerat  pengusaha sukses di Bandung , di mana kekayaan yang di miliki keluarganya sebagai pemilik sekolah itu, juga menjadi salah satu alasan kepopulerannya di sekolah. 

“Jessica Talita Putri,…”
‘sekali lagi, Jessica Talita Putri” 
“Ma..maaf bu, kayaknya Chika terlambat lagi hari ini” kata salah satu  murid kelas XII.A yang merupakan sahabat sebangku Chika yang menempati kursi paling depan akrab pintu masuk. 
“Iyya bu, pasti ada sesuatu yang mendadak deh, yang menimbulkan Chika terlambat” sambung siswi yang duduk di belakang kursi Chika. 

Belum sempat Ibu Guru Mata Pelajaran Kimia merespon alasan dari teman-temannya,…

Tok…tok…tok…
“Morning Mom ?” sapa Chika dengan wajah tak sedikit pun menunjukkan rasa bersalah dan pribadi masuk ke dalam kelas hendak menuju ke daerah duduknya. 
“Chika!!!! Cegah Bu Guru sebelum Chika melanjutkan untuk duduk di bangkunya
“Yes Mom “ 
“Nggak usah pake’ bahasa inggris segala kamu, ini pelajaran kimia, bukan bahasa inggris” kata Bu Guru dengan wajah  marah
“It’s Okey, ya bu??”
“Ya bu…ya bu…. Ke sini kamu!!!” tungkas Bu Guru yang memang terkenal sebagai paling killer dari semua guru Mapel di SMU Pelita Jaya
“Waduh alamat bakalan dapat ceramah 50 BAB nih,” gumam Chika sambil kembali maju ke depan dan mendekati gurunya

Setelah hingga sempurna di depan semua teman-temannya meledaklah amarah guru Kimia yang mengajar jam pertama di kelasnya. 

“Kamu tahu? Jam berapa sekarang?” Tanya Bu Guru
“Jam 8 lewat 10 menit bu” jawab Chika singkat sambil melirik jam tangan Merahnya
“Apakah kau tahu kesalahan kau yang berulang-ulang kau lakukan?” Tanya Bu Guru lagi dengan tatapan tajam seakan ingin mencekik Chika 
“Tidak bu” Jawab Chika singkat dengan verbal wajah biasa-biasa saja
“Oh My God , kau i…” Belum sempat Bu Guru melanjutkan apa yang ingin di katakannya, pribadi saja Chika mengatakan apa yang ingin di katakannya.
“Apakah ibu guru juga tahu apa kesalahan ibu?” Tanya Chika kepada gurunya itu persis menyerupai bagaimana gurunya bertanya tadi kepandanya. 
“Ka…” belum sempat untuk yang ke dua kalinya ibu guru berbicara, Chika pribadi menimpalinya lagi
“Kesalahan ibu adalah, Ibu menggunakan bahasa Inggris di ketika jam mata pelajaran kimia, bukan begitu bu peraturannya” Kata Chika dengan sedikit tersenyum 

Semua siswa hanya bisa menahan tawa mereka alasannya yaitu mereka tahu berhadapan dengan guru kimia itu, melaksanakan kesalah sedikit saja pasti dapat hukuman . 

“ Chikaaaaaaaa…… keluar sekarang juga dan berjemur di depan tiang benderaaaaaaaaaa” Teriak Ibu Guru saking tak tahan menghadapi siswi menyerupai Chika yang menghadapinya walau dengan mengumpulkan semua guru di sekolah tetap saja tidak akan kelar. Bukan mentang-mentang Ayahnya Chika yaitu pemilik SMU Pelita Jaya, sehingga semua guru tak sanggup menangani Chika. Guru akan menjunjung tinggi martabatnya sebagai seorang yang patut di segani dan di teladani. Tapi guru-guru di SMU Pelita Jaya akan angkat tangan jikalau mendengar nama Chika saja. 

Memang itulah Chika dengan kebiasaan buruknya yang tak pernah bisa pudar, memiliki hati sekeras batu, dan segala kemauannya harus di turuti. Termasuk memaksa ayahnya untuk terlibat dalam urusan pembagian kelas ketika ia tidak di tempatkan di kelas yang sama bersama kedua sahabatnya Elsa dan Cindy. Ke dua sahabatnya itulah yang selalu menolong Chika jikalau ada duduk perkara sedikit, menyerupai duduk perkara keterlambatan yang selalu menjadi rutinitas Chika setiap hari. 

“Dad, please…. Help me … Chika mau sekelas lagi sama mereka. Pokoknya Chika nggak mau sekolah kalau nggak sekelas sama mereka titikk!!!.” Kata Chika kepada Ayahnya dengan wajah memelas dan matanya menampung air mata yang hendak jatuh. 

Meski ini tak ada urusannya dengan dirinya sebagai pemilik sekolah, dengan terpaksa Pak Haryo Kusumo Jaya harus turun tangan demi melihat anaknya sekolah . Sebenarnya ia merasa tak enak dengan pihak guru, ia tak ingin di katakan mentang-mentang pemilik sekolah, lalu mau seenaknya saja. Tapi untunglah para guru mengerti  dan memang sudah tahu sikap Chika yang tak pernah bisa berubah. 

Dan itulah Chika . Hidupnya yang penuh kemewahan bahkan tak pernah merasa sedikitpun kesulitan dalam hidupnya. Ia selalu mendapatkan apa yang ia inginkan. Bahkan ketika mobilnya hanya tergores 2 mm saja ,goresan  kayu itu mengenai body bab belakang mobilnya, dimana ukiran itu nyaris tak terlihat dengan kasat mata, Chika pribadi minta mobilnya itu diganti lagi untuk yang 3 kalinya. 

“Dad… kendaraan beroda empat saya tergores tuh. Pokoknya saya nggak mau kemana-mana apalagi ke sekolah kalau Daddy nggak beliin saya kendaraan beroda empat baru!!!” kata Chika kepada papa yang di panggilnya Daddy, dengan manja. 
“Tapi, sayang mobilnya kan gres Daddy beliin 1 bulan yang lalu, masa kau mau ganti lagi?” Tanya papanya dengan sabar
“biarin…Chika nggak sudi pakai kendaraan beroda empat yang udah lecet kayak gitu” teriak Chika sambil berlari ke kamarnya. 

He’s Teached Me Loving Tuhan  Karya Widya Astuti Amriadi

Sementara pak Haryo hanya bias geleng-geleng kepala melihat perilaku anaknya itu. 

Inikah hasil didikan istrinya selama ini? Pikirnya. Chika memang salah satu anak korban broken home. Mama dan Papanya berpisah  sejak Chika berumur 10 tahun. 

Mamanya menikah lagi dengan pria lain, dan Chika memilih untuk tinggal dengan papa kandungnya di rumahnya sekarang ini. 

Pak Haryo sadar, tak boleh membiarkan putrinya terus menyerupai ini. Akhirnya beberapa hari setelah Chika meminta untuk segera di belikan kendaraan beroda empat baru, untuk kali ini Pak Haryo tidak menuruti seruan anaknya. 

“Chika, sekarang perusahaan papa melarat total. Banyak utang yang Papa harus bayar di Bank. Bahkan ke 4 kendaraan beroda empat kita yang ada di garasi harus di sita setelah semua tanah, villa, bahkan perusahaan papa di Bali juga tidak bisa menembus banyaknya utang Papa yang tertinggal bangkrut. Karena itu Papa tidak dapat lagi membiayai sekolah kau di Pelita Jaya. Sekarang hanya rumah ini satu-satunya yang kita miliki “ Pak Haryo mencoba menjelaskan apa yang terjadi kepada anakanya ketika Chika melihat papanya duduk di ruang tengah dengan banyak dokumen-dokumen terhampar di meja sementara papanya terus memegang kepala. 
“What?? Daddy…it’s  just dream?? Iyya kan??” Tanya Chika tidak percaya
“Ini bukan mimpi sayang, ini kenyataan yang harus kita hadapi” Jelas Pak Haryo lagi sambil meneguk kopinya
“Oh..No,, sekarang saya miskin? “kata Chika putus asa dan tak mau mendapatkan kenyataan
“Jadi Papa harus mengirim kau untuk bersekolah di Pesantren, Daddy juga sudah mengurus surat pindah dan mendaftarkan namamu di sana .Daddy dengar-dengar pesantren biayanya murah“
“Tapi kan, sekolah itu miliki Daddy, ya, SMU Pelita Jaya milik Daddy”
“Daddy sudah menjualnya ke orang yang memiliki segala kegiatan untuk lebih memajukan Pelita Jaya. Dan sekarang kau kemasi barang-barangmu alasannya yaitu besok pagi-pagi sekali kau harus ke pesantren.” Kata papanya dengan tenang
“Whatt?? Pesantren ? Oh…Benar-benar hancur hidup Chika Daddy. Daddy tega melihata Chika menderita di sana nantinya? Daddy tega Chika berebutan  sepotong ikan kering dengan bawah umur pesantren yang kampungan itu? Ihh…nggak banget Dad” kata Chika dengan sombongnya

Tapi hasilnya ia merasa telah mengalah dan hanya bisa tertunduk tak berdaya ketika melihat tatapan Papanya yang seakan mengharuskan apa yang telah ia putuskan. Chika tak bias mengelak lagi untuk di kirim ke pesantren. Akhirnya dengan langkah berat , Chika melangkah ke kamarnya, membereskan seluruh barang-barang yang ingin di bawanya.  Tapi papanya tau apa yang harus dan tidak harus di bawa oleh Chika. Setelah semua barang-barang yang ingin di bawanya ke pesantren telah ia siapkan, memang dunia Chika harus terbalik, di ketika yang bersamaan Papanya datang dan menukar ke 3 koper Chika yang berisi barang-barangnya yang mahal dengan hanya 1 koper yang berisi barang-barang yang sehsarusnya di bawanya ke pesantren. “Oh my god, ini benar-benar penderitaan yang berat” fikir Chika. 

Chika hanya bisa menurut, alasannya yaitu ia takut Papa yang selama ini selalu memanjakannya, menyayanginya, dan selalu melindunginya malah mengeluarkan amarahnya di ketika menyerupai itu. 

Keesokan harinya, mau tak mau Chika harus meninggalkan papanya seorang diri di rumah mewah itu, yang di ketahuinya tinggal satu-satunya harta yang di miliki oleh ayahnya.  Namun tak menyerupai apa yang beliau bayangkan sebelumnya. Kehidupan di pesantren ternyata tidak  seburuk apa yang Chika pikirkan. 

“Excusme, boleh nanya, ruang kepala pesantren ini di mana yah ?” Chika bertanya pada seorang pemuda ganteng, keren dan alim. Ia terpaksa harus bertanya pada pemuda itu, alasannya yaitu hanya dial ah satu-satunya orang yang ia temui ketika berjalan menyusuri halaman pesantren. 
“Di sana “ jawab  cowok tampan itu sambil menunjuk kearah utara , sempurna di depannya kemudian berlalu meninggalkan Chika.  Tentu saja  aneh bagi Chika bagaimana tidak absurd baginya, gres kali ini ada seorang pemuda yang enggan menatapnya ketika berbicara. 

Namun bukan hanya itu hal absurd yang ia rasakan. Hal absurd lain itu, yaitu getaran yang mengguncang dadanya ketika pertama kali melihat pemuda itu dari jarak 5 meter darinya. Ia merasa jiwa dan raganya terpisah ketika mendengar bunyi lembut pemuda itu ketika berbicara dengan Chika walau hanya 2 kata. 

Terlebih lagi ketika Chika mendengar alunan syahdu yang benar-benar menggetarkan jiwanya , ya alunan syair al-qur’an yang di lantunkan oleh pemuda itu. Begitu merdu dan seakan membawa jiwa Chika terbang bersama alunan syahdu itu. Dari waktu itu, Chika mulai mendapatkan hidayah. Tiba-tiba hatinya yang sekeras kerikil luluh ketika mendengar pemuda tampan yang alim itu melantunkan syair al-qur’an. Ia sangat ingin mencar ilmu ngaji dan mencar ilmu shalat sebagai hal yang belum pernah ia lakukan selama hidupnya. Sebenarnya papanya pernah mengajarkannya, namun alasannya yaitu kesibukan papanya hingga tak pernah mengontrol  ketekunan anaknya untuk beribadah, hingga hingga dewasa menyerupai ini, Chika tak pernah beribadah. 

Kini ia berusaha keras untuk ingin belajar, dan ustazah Khadijah memperlihatkan tanggung jawab sepenuhnya kepada santri kepercayaannya yang sangat berprestasi untuk mengajarkan Chika mengaji, dan shalat. 

“Syukur Alhamdulillah Chika, hasilnya hatimu tergugah juga setelah ustazah mendengar penuturan papa kau kalau hatimu itu sangat keras nak” kata Ustazah Khadijah dengan sejujurnya. 
“Kalau boleh ustazah tau, hal apakah yang membuat Nak Chika hendak  belajar secepat ini? Hal apa yang membuat hati nak Chika luluh?” Sambung Usatzah Khadijah lagi. 
“Itu ustazah, kemarin sore, saya melihat seorang laki-laki, kayaknya beliau sedang sholat deh, soalnya gerakan-gerakannya itu, persis kayak gerakan Daddy yang di sebut shalat, terus habis shalat, Chika dengar alunan yang merdu banget ustazah. Alunan merdu itu, ternyata bunyi laki-laki itu. Dia melihat sebuah buku tebal, mungkin itu yang di sebut al-qur’an, soalnya Chika pernah lihat Daddy baca gituan. Tapi bacaan Daddy tak semerdu pemuda itu” kata Chika terus terang dengan polosnya. Ia tak peduli jikalau ustazah Khadijah mengangapnya miskin agama alasannya yaitu memang itu yang bahwasanya di alami Chika. 
“Baiklah Chika, Ustazah mengerti, dan mungkin sebentar lagi orang yang ustazah pilih untuk mengajari  kamu shalat dan ngaji akan datang” kata usatazah Khadijah dengan senyumnya. 

Dan betapa terkejutnya Chika ketika dari pintu terlihat pemuda yang membyat hatinya luluh itu muncul sebagai orang pilihan ustazah khadijah untuk mengajarinya. “is’s surprise” gumam Chika. 

“Assalamu Alaikum” bunyi merdu pemuda itu, membuat hati Chika lagi-lagi bergetar . bahkan kata Assalamu Alaikum itu tak pernah ia ucapkan lebih dari 5 kali seumur hidupnyaa. Terakhir, ketika neneknya masih hidup dan mengajarinya mengucapkan kata itu. Memang Chika yang miskin agama, begitu fikir Chika dalam hatinya. Ah, betapa malunya saya dengan keadaanku menyerupai ini. Betapa miskinnya Chika yang selama ini buta alasannya yaitu kemewahan. Ternyata di belahan dunia lain masih ada orang menyerupai pemuda ini. Masih  ada pemuda keren yang tali agamanya sangat kuat. Di tengah zaman modern ini, masih ada pemuda yang benar-benar 100% bahkan 200% sangat menghargai kesucian cewek. Gumam Chika dalam hatinya ketika pemuda yang berjulukan Reihan itu mengajarinya baca tulis al-qur’an, kemudian setelah itu mengajarinya shalat. 
“subhanallah” kata kedua yang di ajarkan Reihan kepada Chika setelah kata “Alhamdulillah”. “subhanalah” sangat sejuk hati Chika ketika sekali lagi mendengar alunan syair merdu bunyi Reihan. 
“Chika? “ tegur Reihan tanpa melihat mata Chika ketika ia mengetahui kalau cewek itu sedang melamun. Dan Reihan juga tahu, kalau makhluk yang ada di hadapannya sekarang dari tadi memperhatikannya. Tapi Reihan akal-akalan tak tahu akan hal itu. Karena ia tak ingin terbuai akan makhluk yang di sebut perempuan. Ia hanya melaksanankan peran yang di berikan pak Haryo kepadanya ketika ia pertemuannya dengan Pak Haryo ketika ia menemani ayahnya untuk mengadakan pertemuan di sebuah cafe. Pak Hary tahu kalau Reihan bersekolah di sebuah pesantren. Dan ia berfikir setelah melihat semua yang ada pada diri Reihan  bahwa, Reihanlah yang bisa mengubah Chika. 

Dan itu ternyata benar , kini Chika sangat menikmati kehidupannya di pesantren. Mulai mengenakan hijab setelah di sarankan oleh Reihan 

“Seorang wanita seharusnya menutupi auratnya dengan berhijab” kata Reihan kepada Chika setelah Chika selesai membaca suarh yang di ajarkan oleh Reihan di mushallah pesantren. 

Keesokan harinya Chika benar-benar Nampak mengenakan hijab. Benar-benar suatu hal yang tak pernah di bayangkan oleh Chika sebelumnya

Baginya, ia telah menemukan dunia yang baru, di mana dunia yang menyadarkannya semua hal-hal buruk yang ia lakukan selama ini. Dan itu semua terjadi setelah ia bertemu dengan seorang pemuda penghuni pesantren si mana ia di kirim oleh papanya.Semua berubah setelah ia bertemu dengan santri pesantren itu “Reihan”. 

Kini ia telah menjadi Chika, seorang gadis yang telah merubah kepribadiaanya 180 derajat dari kepribadian buruk yang dimilikinya alasannya yaitu makhluk yang dikirimkan Tuhan untuknya. 

Profil Penulis:
Penulis berjulukan legkap Widya Astuti Amriadi,lahir di Watansoppeng,22 Juli 1996. Berdomisili di Makassar,sulawesi selatan. Sementara mengenyam pendidikan di Politeknik Negeri Ujung Pandang. 
Facebook : Widya Astuti Amriadi
Twitter : @widya_astutiA

Previous
Next Post »