Ketika Bunga Mawar Bermekaran Karya Wildayati

KETIKA BUNGA MAWAR BERMEKARAN
Karya Wildayati

Pagi telah memamerkan sinarnya. Suara burung-burung mulai berkicau. kesejukan embun yang menusuk kulit. Suara serak dari luar kamar membangunkanku. Ya, itu mama. Mama yang selalu ada untukku. “Ratu, bangun nak !”. bunyi yang tak asing lagi. Ku membuka mata dan melangkahkan kaki ke arah kamar mandi. Bersiap-siap menuju sekolah favoriteku. SMA 1 SURABAYA.

“Ma, sepatu putihku ditaruh mana?” bunyi lembut Ratu. 
“Mama sudah siapkan di ruang tengah, sayang”. Sahut sang mama.

Ku langkahkan kaki ku menurun beberapa tangga. Ku palingkan wajahku ke arah halaman rumah. Entah apa yang membawaku ke halaman. Ku perhatikan setiap titik embun di dedaunan dan  Bunga yang masih memperjuangkan keindahannya. Kuhirup udara segar halaman rumah. Ku hanyutkan pikiranku sejenak, hingga bunyi merdu mama membangkitkanku dari lamunan itu. “Ratu, ini sudah jam berapa? Ayo makan dulu”. Teriak mama. My Favorite breakfast. Nasi goreng bercampur telur mata sapi ala mama.

“Ma, Ratu berangkat dulu”. Senyuman mama pagi ini menambah semangatku. Oke. Saatnya fokus pada pelajaran dan hasil seniku. “melukis”.

Gerbang sekolah sudah di depan mata. langkahku penuh semangat. Merasakan keramaian jalan menuju kelas. Ya banyak siswi yang menggerombol dengan segenap kelompoknya. Atau biasa disebut geng. Tak ada yang menyapaku alasannya ialah saya lebih memilih untuk sendiri. Aku lebih memilih untuk menuju ruang lukis sebelum memasuki kelas. Telihat terperinci sosok perjaka yang penuh dengan kegagahannya. Dia melukis dengan kalem menyerupai hal nya ikut merasuk dalam sebuah hasil seni yang menarik itu.

“Kenapa masih di luar? Nggak mau masuk dan melihat hasilku?”. Suara itu memecahkan pikiranku. Suara yang tiba-tiba. Suara orang yang saya kagumi.
“Roy”. Bisikku dalam hati. Tingkahku tak karuan. Wajahku  memerah. Aku resah harus memalingkan kemana arah penglihatanku. Dia mengetahui kehadiranku, dan pastinya diapun tau kalau saya memperhatikannya. My god! Ini ialah hal yang memalukan. What should  I do? 
“Kau boleh masuk, Ratu. Ini juga ruanganmu.” Suara itu terdengar kembali.
“Apa yang kau lukis?”. Tanyaku.  Ya ampuun. Itu ialah pertanyaan singkat yang tak masuk akal. Sudah terperinci saya melihatnya. Bunga cantik berwarna merah “mawar”. 

Roy tersenyum melihat tingkahku yang aneh. Ayolah Ratu,, Please. Don’t make shameful. 

“Mawar”. Balas singkatnya. Hatiku mulai bertanya-tanya. Why must rose? Does he like rose? Or other reason? 
“Mawar ialah bunga yang menebarkan banyak hal. Mulai dari keindahan, keharuman, dan juga kesedihan”.  Jelasnya. Kuberfikir dalam benakku. Apa maksud dari kesedihan? Ku tak punya nyali untuk mempertanyakan itu. Ku hanya membisu seribu kata dan hanya mampu mendengarkan apa yang ia jelaskan lebih lanjutnya. Dan memang. Kesimpulannya ialah ia menyukai bunga itu “rose or mawar”. 

Bel masuk kelas memisahkanku dengan roy. Dia lebih dulu meninggalkan ruangan. Sedangkan saya masih sibuk dengan hasil lukisan roy yang menawan itu. “Kapan hasilku jadi seindah miliknya?” Pikirku dalam hati.

Oke. Pelajaran hari ini dimulai. Mulai membosankan. Dan membuat mataku berat. Ngantuk.

Ketika rasa malas itu datang. Aku lebih memilih untuk mebuka lembaran putih dairy ku. Mecari-cari objek disekitar kelas. Dan inilah event yang tak pernah ku  lupakan. Roy dan teman-temannya berjalan melewati ruang kelasku. Dia menatapku dan tersenyum. my god! Itu roy? Benarkah? Dia tersenyum?padaku?  suatu hal yang tak ingin ku lupakan. Senyumnya begitu indah. Pantas saja kalau saya menyukainya.

Bel istirahat berbunyi. Lagi-lagi ku lebih memilih untuk pergi ke ruangan kesayanganku. Ruang lukis. Keadaan sekarang beda dengan keadaan tadi pagi. Tak ada Roy. Melainkan banyak siswa-siswi yang masih sibuk dengan lukisannya. Ku ambil kanvas dan alat lukisku. Mengambil tema yang sama. Sejuknya taman yang dihiasi oleh bunga Mawar. Hanya saja bunga mawar yang saya buat belum memancarkan keindahan sepenuhnya. Menguncup.

Mawar memang indah. Maka dari itu saya memilihnya untuk di tanam di halaman rumahku. “Apa roy juga menyukai mawar? Berarti ia sama denganku dong?”. Gumamku.

Apa yang roy ketahui  tentang bunga kesayangannya itu jauh lebih besar daripada saya yang hanya menyukainya alasannya ialah warna yang cantik dan keharumannya. Tanda tanya yang besar masih ada di pikiranku. Kesedihan?  Apa artinya itu? Dan hanya Roy yang tau. Mungkin suatu ketika ia mampu menjelaskannya padaku. Ya, kalau waktu mendekatkannya denganku.

Ketika Bunga Mawar Bermekaran  Karya Wildayati

Hasilku telah jadi. Tak begitu cantik dan menawan. Tapi, lumayan saja lah.

“A beautifull rose”. Suara yang  tak asing ku dengar. 
“Roy? Sejak kapan disini?”.  “Sejak tadi”. Jawabnya.  Lagi-lagi singkat. Dan lagi-lagi tingkahku bermetamorfosis aneh. Apa mungkin ini efek dari rasa suka ku? Tolonglah jangan datang ketika ia benar-benar didekatku ketika ini. Ini memalukan sekali.
“Apa kau juga menyukai mawar?”. Tanya roy.
“Ya, saya suka bunga mawar alasannya ialah keindahan warnanya dan keharumannya”. Jelasku.
“Hanya Itu?”.  “Ya, hanya itu. Oh ya roy, dari alasanmu menyukai mawar tadi. Kenapa ada kesedihan? Bukannya mawar itu menyerupai menunjukkan semangat alasannya ialah keindahan yang mempesona itu?  Tak semua bunga mampu bermetamorfosis cantik menyerupai bunga mawar. Dan itu akan selalu membawa kebahagian tersendiri”. Jelasku.

Pertanyaan yang sangat panjang. Mungkinkah roy mengerti dengan apa yang saya pertanyakan? Ya ampun. Tingkahku memalukan lagi. Menyebalkan.

“Sudah pertanyaannya? Kau akan menemukan jawabannya kalau bunga yang kau gambar bermekaran”. Jawabnya.

Loh? Dia tiba-tiba pergi setelah menunjukkan tanggapan yang sama sekali tak ku pengerti.  Mana ada gambar bunga yang kulukis mampu bermekaran?thank you banget Roy. Rasa penasaranku semakin mejadi-jadi.

Hampir 1 bulan saya tak lagi melihat langkah kaki roy. Tiba-tiba lukisan yang menggambarkan mawar yang mekar cantik itu tergeletak di atas meja kelasku. Nama singkat itu tertulis di bab bawah lukisan. “Roy”.

Ya, lagi-lagi ia membuatku penasaran dan kebingungan. Apa maksud dari semua ini? Selama ini saya selalu berfikir apa yang terjadi ketika mawar itu mekar. Kesedihan? Satu kata yang tak mampu ku tebak. Kenapa, kenapa dan kenapa?

Ku bawa hasil lukisan  indah itu ke ruang lukis. Tak ada sosok roy disana. Ku mencicipi kerinduan. “Kapan saya mampu mendengar penjelasan itu dari mu eksklusif Roy? Jangan buat saya menunggu untuk sebuah alasan”. Gumamku.

“sekarang!”. Suara yang  aku dengar  tak asing lagi. Suara yang berhasil menggetarkan tubuhku.
“Roy?”. Ku palingkan wajahku ke arah bunyi itu. “Apa kau akan mejawabnya sekarang?”.tanyaku singkat.
“Iya” Senyumnya begitu indah. Menghipnotisku seketika. My god! Ciptaan-Mu  memang sempurna. Sosok lelaki yang menawan. Eits ... apa yang saya pikirkan? Dia ada di depanku sekarang. Jangan bersikap yang memalukan, ratu.
“Mau mendengarkannya sekarang?”. Tanya roy.
“Oke, kau boleh memulainnya sekarang.” Jawabku.  Roy terlihat santai. Memasang wajah yang tenang. Dan ia benar-benar berhasil membawaku ke alam yang tak pernah ku lihat. Indah. Dia menarik tanganku menuju halaman sekolah. Halaman yang tak pernah kuketahui. “taman  mawar”.
“Lihatlah bunga mawar ini. Kau mampu terhipnotis oleh keindahannya, keharumannya. Namun, kau melupakan satu hal yang sangat berarti. Kesakitan yang diakibatkan oleh bunga mawar. Duri yang terletak di setiap batang bunga itu.jika kau ingin mengambil keindahan bunga mawar, maka kau di tuntut untuk selalu berhati-hati.  Kau dapat mengambil pelajaran dari setiap hal yang ada di bunga mawar. Kebahagiaan yang faktual tidak akan selalu berada disisi kita. Kau melupakan 1 hal yang kecil namun akan berdampak besar ketika kau membiarkannya. Berhati-hatilah terhadap hal yang membuatmu bahagia. Pasti ada kesakitan dibalik itu semua.”

Ku perhatikan setiap kalimat yang roy katakan. Ya, semua itu benar. Aku harus lebih berhati-hati pada hal yang membuatku bahagia. Begitupun dengan kehadiran roy dalam kehidupanku. Aku belum mengetahui bagaimana roy. Kehidupan yang nyata. Siapa dia. Dan bagaimana ia terhadap dirinya sendiri.

“Sudah terperinci alasanku,Ratu?” sambungnya.  “Lalu? Kenapa kau menyukai mawar?”. Jawabku 
“Mawar telah menyadarkanku kalau semua yang ada didunia ini tak akan selamanya berjalan baik. Tak semua berjalan sesuai keinginan kita. Dibalik kebahagian yang kita ciptakan, masih ada kesedihan yang belum terungkap identitasnya. Dan suatu saat. Semua itu akan muncul bergantian mengikuti berjalannya waktu.”  “Cintailah dirimu sendiri dan bahagialah dengan apa yang kau miliki.tak perlu dengan orang lain untuk menumbuhkan kebahagiaan.” 

Roy mengelus rambutku. Seperti halnya kakak beradik. Untuk pertama kalinya, ia memegang tanganku, mengajakku ke halaman yang penuh keindahan ini dan mengelus rambutku. Hatiku mulai tak karuan. “Terima kasih atas alasanmu,Roy. Semoga saya mampu memetik perlajaran dari itu semua.” Jawabku 

“Dari sekian lama, saya  selalu memperhatikanmu sendiri, apa kau tak mempunyai beberapa sahabat atau kekasih?”tanya roy.

Waw!! Pertanyaan yang menakjubkan. Kapan saya mempunyai teman? Apalagi kekasih? 

“Tidak! Tidak kapanpun. Keduanya tak pernah ada di hidupku selain keluargaku.”
“Kenapa?” pertanyaan itu mampu dibilang sedikit kepo. Tapi tak apa lah. Aku ingin mencicipi bagaimana mempunyai seorang sahabat  curhat. Selebihnya seorang kekasih.
“Kesendirian itu membuat ku tenang. Melampiaskan segala sesuatu ke lukisan itu lebih menarik daripada harus melampiaskan kepada sahabat yang belum tentu baik dibelakang kita. Aku ingin menyimpan diam-diam dengan sendiri. Biar yang kuasa dan saya yang tau. Namun berbeda dengan sekarang. Terima kasih telah mengajakku untuk mengobrol dan hadir dalam beberapa hari di hidupku. Sekarang saya mampu mencicipi bagaimana enaknya mempunyai seorang teman.” Jelasku.
“Bolehkah saya melengkapi kesendirianmu dengan menjadikanmu sebagai kekasihku untuk yang pertama kalinya?jadilah sesorang yang mampu mengerti hal yang saya ciptakan. Kau menjadi orang pertama yang ku bawa ke halaman ini. Dan inilah harapanku.menuangkan segala pikiran pada tujuan yang sama. Mencari kebahagiaan tanpa ada kesedihan dibalik semuanya.” 

Waiiiit!!!! What did you say? Semua ini membuatku shock seketika. Roy? Say love? Mimpi apa gue semalam? Kaprikornus selama ini saya dan ia sama-sama menyimpan rasa? Mana mungkin? Singkat padat dan jelas. Begitu mudahnya  Roy menyatakan cintanya padaku. Wajahnya penuh harapan. Dengan cara apa saya mampu memandanginya? 

“Apa kau akan menggantungkanku dengan hanya membisu menyerupai itu dan tak inginkah kau menjawab perasaanku,ratu?”. Sahutnya.

What should i do? What must I say? Bibirku bergetar. Wajahku memerah. Sepertinya otakku sedang tak beres sekarang.

“Yes,, I accept you to be my first boyfriend.” Jawabku. Singkat.

Tak tau tanggapan apa yang saya ucapkan tadi. Tapi itu membuat wajah Roy berubah. Tersenyum lebar dan sedikit memberi kesan pemalu. Aku akan berguru mengenal siapa  Roy dan bagaimana dia. Mencari kebahagian bersama menyerupai yang ia harapkan. 

“Thank you so much, Ratu. You will be the first and the last for me” sahut Roy 
“Everything will be happy if I near with you,Roy. Thank you too.” Jawaban itu. Tak pernah kusangka.  “ I LOVE YOU,Ratu”. Roy says 
“Me too,Roy” 

Rasa gemetaran itu hilang. Dan kini saya akan bebas untuk memandangi wajahnya tanpa ragu-ragu dan bersembunyi. Inilah diam-diam yang kuasa yang menciptakan sepasang makhluk  untuk saling memiliki sebuah cinta. Cinta yang tak pernah disangka kapan datangnya. Cinta yang berawal dari bunga “MAWAR yang bermekaran”.

TAMAT

Profil Penulis:
hy! namaku wildayati. singkat padat dan jelas. saya lahir di lumajang jawa timur. 22 Desember 1998. saya masih duduk di kursi SMA. tepatnya MADRASAH ALIYAH NEGERI Lumajang. alamat facebookku "Wilda Shizura". semoga cerpenku menghibur ya :)

Previous
Next Post »