AIR MATA DIBALIK SENYUMKU
Karya Tri Yunara Anggraini
Terik sang surya menyelimuti bab cuilan bumi daerah berteduh. Cucuran keringat membasahi wajah kolam lelehan cokelat cair. Bunga-bunga mengerang kepanasan dalam diamnya,yang tak bisa dilontarkan kepada sang raja siang. Ia menatap langit yang tersenyum cerah namun dibalasnya dengan tatapan yang penuh amarah. Satu tahun yang lalu...
“ma,hari ini saya pulang jam 2 sore”
“iya sayang,mama hari ini bakalan masakin makan siang kesukaan kamu. Nasi uduk sama bihun tumis plus sambal terasi kayak biasanya”
“wah,nggak sabaran nih mau pulang ma”
“makanya jangan telat,belajar yang rajin iya.” Tut..tutt sambungan telepon mereka terputus.
Gadis cantik berwajah lingkaran dengan bibir merah,rambut ikal menghiasi sepanjang pinggangnya. Tubuh tinggi di balut kulit putih yang bersih. Namanya Yuki. Dia memiliki seorang ibu menyerupai malaikat baginya dan ayah menyerupai ksatria tanpa kuda. Ia juga memiliki seorang kakak berjulukan April,postur badan kakaknya hampir menyerupai dengan Yuki. Tapi,April memiliki badan yang lebih atletis alasannya ialah beliau menyukai olahraga basket dan satu sekolah dengan Yuki. Mereka memilik banyak penggemar di sekolahnya.
“Yuki...”panggil seseorang ketika Yuki berjalan meyusuri koridor sekolah. Ia mencari si sumber suara.
“hei nanti siang kita makan siang bareng yuk”ajak lelaki salah satu penggemar dari Yuki.
“sorry,nanti siang saya mau pribadi pulang ke rumah. Soalnya, saya mau makan siang sama ibuku.”jawabnya lembut dengan senyuman khasnya.
“oh baiklah,mungkin lain kali saja. Aku duluan iya,see you” lelaki itu berjalan meninggalkan Yuki.
Tet..tet.. bel pulang berbunyi
Yuki menuju parkiran sekolah,hendak pulang bersama motor kesayangannya. Sore ini beliau harus pulang ke rumah untuk makan bersama ibunya. Saat motornya hendak melaju keluar dari gerbang sekolah,ia di hadang oleh seorang lelaki.
“hei Yuki,ini ada sebatang cokelat untukmu”lelaki itu menyodorkan cokelat pemberiannya.
“thanks iya”jawab Yuki sambil mendapatkan cokelatnya
“sama-sama,oh iya kenalin saya Albi”dia mengulurkan tangannya diiringi senyuman yang mempesona.
“Yuki” ia membalas uluran tangan Albi “oh iya,aku pulang duluan iya. Soalnya ada kesepakatan sama mama,bye”
“oh iya,take care Yuki” lelaki itu sudah lama memperhatikan Yuki.
Di jalan tidak jauh dari rumahnya,ia melihat ibunya dari sebuah warung. Yuki meneriakkan klakson motornya, mamanya melihat Yuki dan melemparkan senyuman. Tapi,saat mama Yuki hendak menyebrang tiba-tiba ada sebuah truk melaju kencang dari arah depan Yuki. Tubuh mamanya terlempar ke tepi jalan,darah segar menghiasai sekujur badan mamanya. Yuki pribadi berhenti dan terpaku. Saat semua orang berkerumunan melihat keadaan mamanya,Yuki pribadi tersadar dan berlari ke tengah-tengah kerumunan orang yang melihat mamanya. Saat melihat badan mamanya,Yuki menumpahkan segala air mata dan mencoba menyadarkan mamanya.
“ma, bangun ma, bangun mama....”teriak Yuki sambil memeluk mamanya.
“uhuk... Yuki mama tidak berpengaruh lagi,jaga kakak dan papa iya. Jadilah Yuki yang kuat,dewasa, dan buat mama besar hati memiliki kamu. Mama sayang Yuki.” Darah keluar dari verbal dan mamanya menghembuskan nafas terakhir.
“nggak..Yuki nggak mau mama tinggalin. Mama.....” Yuki alhasil pingsan sambil memeluk mamanya.
Di rumah...
Malam, hening tak bisa mengeluarkan kicauan malam menyerupai biasanya, Yuki duduk di teras rumahnya sambil termenung. Papa melihat Yuki dan menghampirinya.
“Yuki,ayo masuk. Di luar hambar nak,ayo kita ngobrol di dalam yuk”ajak papa namun Yuki tetap membisu dalam lamunannya. “Yuki sayang...”
“kenapa mama ninggalin Yuki? Padahal hari itu Yuki mau makan siang sama mama,kenapa pa? kenapa?”papa pribadi memeluk Yuki mencoba menenangkannya.
“sudahlah sayang,mama sudah bahagia di sana. Dia bakalan nangis kalo lihat Yuki menyerupai ini, Yuki harus melanjutkan kehidupan dan jadilah anak yang bisa membanggakan mama dan juga papa sama kak April. Papa tahu, Yuki anak yang kuat”
Air Mata Dibalik Senyumku Karya Tri Yunara Anggraini |
Seminggu kemudian,
Yuki mengikuti ujian kenaikan kelas,semua kesedihannya ia sembunyikan di balik senyumannya. Yuki kembali ceria di sekolah,menghadapi semua penggemarnya yang selalu menghibur dan menjadi sumber kisah untuknya.
Pulang sekolah, Yuki menyempatkan datang ke makam mamanya untuk melepas rindu. Di sanalah,Yuki dapat menjadi Yuki sebenarnya. Di samping makam ibunya,Yuki menangis dan menceritakan betapa sulitnya perjuangannya selama ini. Berpura-pura bahagia di hadapan banyak orang termasuk papa dan kak April. Tapi jauh di lubuk hatinya,luka Yuki masih terbuka dan belum terobati.
“Ma,Yuki capek berpura-pura berpengaruh di depan mereka. Yuki butuh sandaran untuk menguatkan Yuki ma”ia menceritakan segala isi hatinya dengan air mata yang membanjiri pipinya. Namun,diam-diam ada seseorang yang mengikutinya. Sejak tadi beliau berdiri tidak jauh dari daerah Yuki. Ia berjalan mendekati Yuki.
“Yuki”panggilnya dengan bunyi selembut mungkin. Yuki menoleh dan kaget. Cepat-cepat ia menghapus air matanya.
“Albi,kenapa kau bisa di sini?”tanya Yuki menunjukkan senyum palsunya.
“sudahlah Yuki,kamu tidak perlu berpura-pura berpengaruh di depanku. Aku siap jadi sandaran kapanpun kau mau,aku tahu kehilangan ibu memang berat. Aku juga pernah merasakannya. Yuki menunduk.
“maksudmu ibumu ...”
“iya,jadi kau harus kuat. Mama kau pasti lebih senang kalo lihat Yuki ceria menyerupai dulu tanpa berpura-pura. Ikhlaskanlah Yuki. Kamu harus melanjutkan hidupmu dengan kebahagiaan”
“Albi, boleh saya pinjam bahumu?”
“tentu saja,Yuki.” Yuki bersandar di bahunya. Albi mengusap pundak Yuki mencoba menenangkannya.
“aku capek bi,aku nggak mau akal-akalan terus”air mata Yuki tumpah di hadapan orang yang kini menjadi sandaran untukknya.
“tenang Yuki,masih ada aku. Aku bakalan bantu kau untuk bangun lagi,kamu harus membanggakan keluargamu. Ayo kita pulang”ajak Albi membantu Yuki berdiri.
Kini,hari-hari Yuki ada seseorang yang selalu menjadi sandaran untuk menguatkannya kembali. Albi menjadi sosok malaikat yang melindungi Yuki dan selalu membantunya dalam kesulitan. Yuki kembali tertawa dan ceria. Mendengar kelucuan kisah Albi yang selalu membuatnya tertawa.
“udah bi nggak kuat,kamu itu kayaknya cocok jadi badut. Haha...”Yuki kembali tertawa sambil memegang perutnya.
“enak aja,cita-cita saya bukan mau jadi badut. Huh.. sok tahu”jawab Albi.
“haha... saya tahu kau pasti mau jadi pelatihnya badut? Iya kan..”
“iya..iya terserah kau deh”
“oh iya bi,malam ini ada pasar malam kita ke sana yuk. Tapi,jemput saya iya?” kata Yuki sambil tersenyum.
“hm.. gimana iya. Sebenarnya,aku itu lagi sibuk banyak kegiatan buat syuting.”jawab Albi sok sibuk.
“ayo dong bi,Albi-kan baik. Iya..iya?”kata Yuki memohon.
“iya deh,tapi jangan lama dandannya iya”
“sip deh”
Malam harinya...
Malam ini, papa masih sibuk kerja di kantor mungkin bakalan lembur. Kak April ada di kamarnya bermain dengan gitar kesayangannya. Seperti biasa. Dan,aku menyerupai biasa juga duduk di balkon kamarku. Malam ini bebeda alasannya ialah sedang saya menunggu kehadiran orang yang sudah sangat bersahabat denganku ketika ini. Albi. Bintang-bintang tampak tersenyum melihat saya duduk melihatnya,sang bulan memancarkan kebahagiaannya di atap rumahku. Seandainya mama masih ada...
Tin..tin.. bunyi klakson motor Albi berteriak di luar pagar rumahku,dia melambaikan tangan ke arah kamarku. Akupun membalas lambaiannya dan pribadi menuju ke bawah.
“kak April,aku izin ke pasar malam bareng Albi iya. Nggak lama-lama kok?”tanya Yuki masih berdiri di ambang pintu kamar kakaknya.
“iya boleh,tapi jangan lupa bawa buah tangan iya. Oke?”mereka membuat kesepakatan.
“aku pergi dulu iya,kak” Yuki melambaikan tangan ke arah kak April yang berdiri di teras rumahnya. Kak April membalas lambaiannya dan tersenyum.
“iya,hati-hati”
Gemerlap lampu warna-warni kolam pelangi malam hari,memecah kegelapan yang suram. Suara teriakan,tertawa semua menjadi satu di sini. Jajanan berbaris rapi di sepanjang jalan. Iya. Ini pasar malam.
“Albi,kita naik perahu itu yuk?”ajak Yuki memohon.
“emang kau berani? Keliling aja dulu,ayo”ajak Albi balik.
“sebentar aja kok,aku penasaran nih”ajak Yuki lagi. Albi alhasil menuruti undangan Yuki.
Mereka menaiki perahu berayun yang semakin lama semakin kencang, Yuki menggenggam tangan Albi. Ketakutannya akan kecepatan mengingatkannya dengan kejadian mama-nya. Yuki menangis sambil berlindung di samping Albi.
“Yuki,kamu nggak papa? Yuki”tanya Albi khawatir setelah perahu berayun itu berhenti. Tapi,Yuki masih memejamkan matanya. “Yuki,perahunya sudah berhenti” Albi mengingatkan.
Huh.. Yuki menghembuskan nafas panjang,ia melihat di sekelilingnya. Kemudian,mereka berdua turun.
“bi,saat naik perahu tadi saya teringat kejadian mama.” Yuki meneteskan air mata dan memandang perahu berayun dari kursi daerah mereka duduk.
“Yuki,aku tahu itu sulit. Tapi, perlahan kau pasti bisa mengatasi rasa stress berat kamu.”jawab Albi sambil menghapus air mata Yuki.
“thanks udah jadi wadah air mataku selama ini”balas Yuki meneteskan air mata kembali.
“udah dong,nggak boleh nangis lagi. Semangat..”kata Albi kembali menghapus air mata Yuki.
“semangat!!!” mereka berdua tertawa bersama. Albi dan Yuki merasakan semua jajanan yang menarik perrhatian,mencoba menaiki semua wahana di sana dan membeli kembang api. Albi mengajak Yuki ke lapangan basket daerah biasa Albi latihan. Jaraknyaa tidak jauh dari daerah pasar malam.
“ngapain kita ke sini?”tanya Yuki melemparkan pandangan ke seluruh sudut lapangan basket.
“kita hidupin kembang apinya di sini aja,nggak bakalan mengganggu orang lain kok”jawab Albi sambil tersenyum.
“oh itu maksudnya,iya udah sini saya mau juga satu” Albi memberi satu kembang api kepada Yuki.
Semua kembang api kecil sudah habis mereka mainkan,tinggalah satu buah kembang api yang besar. Mereka memutuskan untuk menghidupkannya sebagai penutup perjalanan pasar malam mereka. Albi dan Yuki memegang kembang api bersamaan,kembang api itu mereka arahkan ke langit. Meluncurlah warna-warni kembang api menghiasi langit malam yang penuh bintang. Yuki tersenyum melihat cahaya dan warna-warni kembang api di atap dunia,ia melihat bintang yang paling terang. Ma,aku tahu bintang itu pasti mama. Mama,sekarang saya punya seorang malaikat lagi yang selalu menemaniku setiap saat. Dia sangat berarti untukku. Sahabat sekaligus tameng untukku. Aku kesepakatan akan tetap semangat dan membuat mama besar hati memiliki Yuki. I miss you,mama. Air mata mengalir membasahi pipi Yuki,Albi yang sedari tadi melihatnya mencoba memecah kesedihan di wajah Yuki.
“Yuki,lihat kembang api di sana”kata Albi mengangkat telunjuknya ke langit.
“oh,iya. Albi itu rupawan banget”Yuki tersadar dari lamunannya dan tersenyum.
Mereka berdua duduk berdampingan melihat kembang api lainnya yang meluncur ke langit dengan pancaran warnanya. Suaranya begitu khas di indera pendengaran begitu juga dengan warna-warninya.
“Yuki,aku kesepakatan bakalan selalu jadi malaikat untukmu”tiba-tiba Albi membuka pembicaraan tapi pandangannya tetap mengarah ke langit. Yuki pribadi menoleh ke arah Albi kemudian kembali melihat keindahan kembang api.
“terima kasih untuk semuanya,Albi”balas Yuki. Mereka berdua bergandengan tangan dan kembali pulang menuju motornya.
Ia memandang langit begitu lama,kemudian seseorang memanggilnya. Ia menoleh.
“Albi”sosok itu lamban laun menghilang bersama angin sore,ia kembali memandang kedua makam dihadapannya. “terima kasih,malaikatku. Aku akan sangat merindukan kalian” iapun beranjak dari tempatnya meninggalkan sejuta kenangan. Malaikatku meninggalkanku di ketika kekuatanku berdiri. Albi. Setelah pulang dari pasar malam,dia jatuh sakit. Dia mengidap penyakit jantung. Tidak lama dirawat,dokter yang menanganinya angkat tangan. Kedua malaikatku kini tak bisa kulihat,tak bisa kusentuh,dan tak mungkin lagi menjadi sandaran untukku.
Setiap kejadian,pasti akan mengubah hidupmu. Namun,percalah! Percayalah pasti ada hadiah besar untukmu di depan sana. Kamu hanya perlu berpengaruh dan berani untuk mengatasi dan melewati kejadian di hadapanmu ketika ini.
Profil Penulis:
NAMA:TRI YUNARA ANGGRAINI
TTL:PALEMBANG,19 AGUSTUS 1997
NOPE:085379448961
HOBI:menulis,jalan-jalan,dan makan
ALAMAT:Jln.raden patah,perum pondok rupawan B.15 KOTA BENGKULU