"Bukan wacana sekarang ataupun besok tapi wacana perjalanan menjadi lebih dewasa". Demikianlah esensi dari salah satu puisi yang ditulis oleh Zahrah Putri Ramadhani dalam syairnya "Bukan Tentang Ataupun Karena."
Berikut kami sajikan kumpulan puisi wacana kehidupan yang merupakan karya dan catatan leksikal sekaligus asosiatif seorang Zahrah...Selamat membaca.
# Bukan Tentang Ataupun Karena
Bukan wacana kalah ataupun menang
bukan wacana ya ataupun tidak
bukan wacana benar ataupun salah
tapi wacana ada atau tidak
Ini bukan wacana cinta ataupun benci
bukan wacana jauh ataupun dekat
bukan wacana sama ataupun berbeda
tapi wacana mengerti ataupun keacuhan
bukan alasannya ialah sekarang ataupun besok
bukan alasannya ialah kapan ataupun dimana
bukan alasannya ialah apa ataupun bagaimana
tapi alasannya ialah mengapa dan siapa
bukan alasannya ialah hidup ataupun mati
bukan alasannya ialah kaya ataupun miskin
bukan alasannya ialah normal ataupun cacat
Tapi alasannya ialah sendiri atau berkelompok
Tapi wacana sunyi ataupun ramai
dan wacana senyum dan tawa
Tentang perih dan derita ataupun senyum dan tawa
wacana perjalanan menjadi lebih dewasa
dan menjadi diri sendiri yang sempurna
tepat dalam insan yang tak akan sempurna
Embun pagi yang datang saban hilangnya malam
bersajak rinaian hujan di tengah jengahnya malam
risaukan Sang penguasa yang akan bersinar
hiraukan sedih di ujung tetesan si hijau
memuncak mengering dengan hebatnya
menyeruput hawa ceria yang tengah melanda
menciutkan segalanya menjadi tak berkutik
melemaskan perasa sampai jatuh menyentuh tanah
Angin pun berhenti dan gugur jatuh untuk menjerit
semua seakan berhenti berkehidupan
lenyaplah dentingan jam yang tak ayal pecah
semua berhenti dan mati alasannya ialah ketakutan
Embun tetap bersajak di tengah kemirisan
namun tetesan membeku di tengah sesaat ia jatuh
tapi, bila pun jatuh, hanya dentingan kristal es beku yang terdengar
yang jatuh berhambur menyeruak ruangan hampa
Kau datang dengan sulur bayang melilit tubuhmu
dengan pandangan tajam dan gigi pencabik
bergerak bebas ketika semua mati bisu dan ketakutan
tebarkan hawa suram di setiap kepakan cahaya di punggungmu
Desahan nafasmu menusuk tulang-belulangku
geramanmu memberhentikan darah ku yang mengalir
namun jantungku berdegup amat tak terkendali
tak sanggup mengendalikannya ketika ku tatap wajah hingar bingar bertaring itu,
wajah yang kau condongkan di tiap hela'an nafas di wajah ku
Aku melihatmu...,gelap tapi tak berkilau..
Aku dapat melihatmu..., tapi yang lain tidak
Saban ku lirik bola matamu, saya terkulai dan tak nian bangkit
Rinaian hujan mulai kembali normal
dentingan jam kunjung mencuat membahana telinga
dan ku tersadar dari dunia-nya ketika saya terkulai
"Dia telah pergi"
ia telah pergi di waktu penguasa telah bangun
dan datang saban helaan nafas yang banyak mulai bertebaran
yang bangun dari dunia kian beradu tak tertentu di kelelapan
Aku kalah lagi...
dan hanya kekalahan yang saya punya
pernahkah engkau berpikir wacana ku?
wacana berapa kali kesempatan yang diberikan untukku..
dan kau yang terlahir sebagai pemenang
ya, kaulah pemenangnya, absolute....
pernahkah engkau berpikir bagaimana wacana ku?
wacana bagaimana bila kau jadi diriku?
tak pernah perduli....
Dan tak akan mungkin pernah...
ini memang permainan
bila saya melihat ke belakang
maka saya akan kalah dan terjatuh
Ya..., akulah yang melakukannya
Dan peraturan itu tak berlaku untukmu
alasannya ialah ini permainan yang kau buat
saya hanya pemain yang terperangkap dan haus akan taktikmu
maka saya ikut bermain dalam permainanmu
selalu menyakiti apapun yang kulakukan
Ya.., saya tahu ia lebih dari caraku bermain
saya hanya amatiran, ia ahli
saya hanya penonton, ia pemain
Ya.., itulah saya yang mencoba bermain
Tentu kumulunimbus pun tahu akan nasibku
fungi dan sporangiumpun tertawa kepadaku
PASTI KALAH!!
Dan yaaa, benar... AKU KALAH!!