KESEMPATAN KETIGA
Karya Ayu Dewi Safitri
Langkah-langkah itu kuperhatikan, suara-suara itu kudengarkan, sentuhan itu tak dapat kugapai, dan kehangatan itu tak lagi bisa kurasakan. Perasaan sakit yang kurasakan ini, mungkinkah saya iri?
Aku menuju daerah lain, yang lebih membuatku damai. Sebuah daerah dimana hanya ada kebahagiaan, keindahan, tanpa ada yang lain. Keelokan bunga-bunga itu memanggilku, hanya dapat kudekati dan kupandangi, alasannya yaitu saya tak dapat menyentuhnya, bahkan untuk menghirup aroma harumnya. Perasaan sakit yang kurasakan ini, mungkinkah saya menyesal?
Seekor kelinci muncul dari balik sekumpulan bunga-bunga, ia mendekatiku seolah ingin bermanja padaku, saya pun ingin meraihnya, namun saya salah, ia melewatiku begitu saja, saya pikir ia tahu keberadaanku. Perasaan sakit yang kurasakan ini, mungkinkah saya kesepian?
Terbawa oleh angin, tempat-tempat yang dilalui menjadi pemandanganku. Kendaraan melintasiku, tanpa perasaan telah mengabaikanku. Sekelompok burung yang bertebaran di langit, seolah menemani perjalananku. Entah angin atau memang sesuatu yang membawaku pergi. Biarlah sang waktu yang mengetahuinya.
Berhenti di hutan. Hutan?. Apa ini?. Di sini tempatku?. Tak jauh dari posisiku terdengar bunyi kehidupan, diliputi perasaan penasaran, saya mengunjunginya. Di tepi hutan, saya menjumpai sebuah pedesaan.
Angin berhembus lagi, dan membawaku ke sebuah rumah sederhana yang letaknya bagaikan dikucilkan. Terdapat jalan setapak. Sebaris bunga yang segar menjadi penutup kekurangan rumahnya. Tali jemuran yang dikaitkan dengan pohon di sisinya agak kendor. Terdapat satu pakaian sederhana yang tergantung di sana. Sebuah bisikan menyuruhku memasuki rumah ini, namun anehnya saya tak dapat masuk. Ada apa ini?. Kemampuanku tidak berfungsi?. Harapanku terpenuhi, penghuni rumah ini keluar untuk sekedar menyirami bunga. Bagaimana wajahnya, saya tidak tahu, dia menutupi wajahnya dengan cadar.
Kesempatan Ketiga Karya Ayu Dewi Safitri |
‘’Kau datang?’’
Wanita bau tanah renta itu sekejap membuatku terkejut, ia membalikkan tubuhnya dan tidak mendapati seorang pun.
‘’Aneh. Aku merasa putriku telah kembali.’’
Beliau membuka cadarnya, sekejap saya pribadi tahu siapa beliau. Mataku sembap. Aku bisa mendengar bunyi sesenggukanku. Kenangan pahit itu kembali begitu saja.
‘’Ibu. Maafkan aku. Boleh saya masuk?’’
Aku terbawa ke masa lalu, melihat kejadian pahit yang pernah kulakukan pada Ibu.
‘’Bu. Aku bosan hidup miskin. Aku bosan! Bahkan Ibu tidak mengizinkanku menikahi pria itu. Lalu mau hingga kapan hidup menyerupai ini?’’ Ibu terkejut dan menangis menerima sikapku. Aku yang sekarang melihat betapa kasarnya diriku berbicara pada Ibu.
‘’Dia bukan pria yang baik-baik, Yunju. Ibu dapat melihat dari matanya—‘’ belum selesai Ibu bicara, saya pribadi memotongnya. Aku yang sekarang menyetujui pendapat Ibu, pria itu menghilang entah kemana setelah berhasil membuatku menelantarkan Ibu.
‘’Bahkan Ayah pergi meninggalkan kita tanpa perasaan bersama wanita lain. Kau tahu, Bu? Jika Ayah bisa pergi. Aku juga bisa. Tapi jangan berharap saya kembali lagi. Dan bahkan saya tidak sudi lagi masuk ke rumah ini. Aku janji.’’ dengan tas lusuh yang kugunakan sebagai wadah pakaianku saya angkat kaki. Aku yang sekarang menyesal melihatnya, alasannya yaitu hingga sekarang saya benar-benar tidak dapat lagi masuk kerumah Ibu. Dan entah bagaimana Allah mengatur kehidupanku, saya sebagai Yunju telah berakhir. Tuhan, jika Kau dapat mendengarku, beri saya kesempatan kedua.
Aku terbawa angin lagi, dan berhenti di kehidupan keduaku.
Ratusan tahun kemudian. Aku mencicipi reinkarnasi, diriku hidup kembali sebagai seorang yang hidup di tengah keluarga bisa yang bahkan memiliki beberapa perusahaan terkenal. Saat itu saya telah diberi kepercayaan di salah satu perusahaan Ayah. Aku dilimpahi kemewahan hidup. Hingga suatu hari, anak perusahaan yang bersamaku kini mulai mendekati gulung tikar. Aku takut kepercayaan Ayah padaku akan berkurang, lalu saya melaksanakan perbuatan nekat demi menyelamatkan anak perusahaan ini.
Aku berhasil membuat anak perusahaan Ayah naik daun, dengan bangganya Ayah menyanjungku sebagai anak dan pekerja yang baik.
‘’Jennie. Ayah akan memperlihatkan kepercayaan lagi padamu. Mengingat usia Ayah yang sudah renta. Kau harus melanjutkan karir Ayah di posisi Ayah sekarang.’’ Ayah memberikanku jabatan tertinggi sebagai pemilik perusahaan sentra dan anak-anaknya. Aku bangga. Bahkan saya ingin membuat Ayah lebih besar hati lagi. Aku ingin membeli pulau kecil sebagai daerah pribadi kami sekeluarga. Karena itulah, saya berusaha lagi melalui dana gelap. Hingga suatu hari, setiap kediaman kami di manapun itu selalu menjadi materi pencarian negaraku. Aku membuat kesalahan pada negaraku.
Ayah meninggal dunia. Ibu mendekam di rumah sakit jiwa. Dan aku.. aku.. saya bunuh diri. Tuhan. Maafkan aku, kesempatan hidup kedua yang Kau beri telah saya sia-siakan. Hingga kini, saya hanyalah sesosok arwah yang bergentayangan. Dan berulang kali terbawa oleh kenangan lama menuju masa lalu.
Tuhan. Jika saya meminta kesempatan ketiga, mungkinkah Kau akan memberikannya?. Tuhan. Kini saya ingin mengulang dan memperbaiki kehidupan lamaku sebagai Yunju atau Jennie. Bukan ingin terlahir kembali dengan sosok lainnya. Hening. Mungkin Allah ingin memberitahukanku bahwa kesempatanku telah berakhir.
Aku ingat. Saat saya menjadi Yunju kecil, saya suka mengunjungi hutan untuk menyendiri. Ibu merawat bunga miliknya sebaik mungkin, saya iri melihatnya, alasannya yaitu saya merasa diduakan. Tapi Ibu bilang, bahwa dia merawatku sebaik mungkin lebih dari merawat bunga miliknya. Aku benar-benar tidak bersyukur memiliki Ibu yang berhati lembut menyerupai itu. Oh Yunju, kau begitu gila harta hingga menelantarkan Ibumu. Kau menginginkan hasil yang cepat tanpa proses.
Saat saya menjadi Jennie, Ayah begitu memanjakanku dengan kemegahan hidup, namun saya tidak pernah puas, saya selalu merasa kurang dan kurang. Padahal perusahaan Ayah sangat besar lengan berkuasa pada negara, tapi tanpa berpikir panjang, saya malah melampaui batas, dan menghancurkannya.
Walaupun diriku sekarang seringan angin, tetapi saya tetap merasa membawa beban yang berat. Aku takut dengan nasibku nanti di akhirat. Tuhan. Kenapa saya Kau ciptakan?. Aku tidak sanggup hidup bagaimanapun wujudku. Apa mungkin Allah tahu bahwa saya bisa melakukannya?. Jika memang kehidupanku hancur berantakan, kenapa harus diciptakan?. Kenapa?. Sebaiknya saya lenyap dari dunia maupun di akhirat, dan tidak ada di manapun.
Kini saya sebagai arwah Jennie selalu menunggui kediaman lama Yunju, kediaman lama Jennie yang berpindah-pindah di banyak sekali negara, dan selalu mendengar pembicaraan manusia-manusia di sekitarnya.
‘’Aku baca dari buku peninggalan sejarah keluarga kakek buyutku. Rumah ini bangkit dari tahun 1677, sering muncul penampakan yang katanya arwah Yunju. Kadang kedengaran bunyi tangisan. Di masa hidupnya, dia gadis yang membuat pedesaannya mempunyai nama buruk’’
‘’Kenapa rumahnya tidak dibongkar? Sekarang pedesaannya sudah menjadi bab dari bandara.’’
‘’Katanya sangat sulit untuk menghancurkan rumah itu.’’
‘’Rumah ini tidak bisa dihancurkan semenjak tahun 1797. Rumah pertama Jennie. Orang yang mengkhianati negara ini. Mari kita pindahkan lokasi suplemen ke arah timur biar tidak menutupi rumah ini.’’
Tiba-tiba lubang bercahaya terperinci berada tak jauh dari pandanganku dikala saya sedang mendengar suara-suara insan itu, dari sana terdengar suara-suara kehidupan. Aku memasukinya. Dan.. ‘’Yunju!’’ Aku kembali.
Profil Penulis: -